cinta dalam jas putih

Over Protektif



Over Protektif

Nita duduk disamping axel yang tengah mengerjakan tugas yang harus dikerjakannya ketika menjalani hukuman karena perbuatannya pada temannya Radit.      

"Tadi ayah radit terus saja memperhatikan bubu " ucap axel tanpa mengalihkan pandangannya, dia masih fokus pada tugas yang berada di depan matanya.     

"Biarkan saja " nita menanggapi, "dia itu pimpinan ibu di tempat kerja, jadi kedua matanya bertugas mengawasi semua pekerjanya "     

"Mungkin karena bubu ijin hari ini " tebak Axel, "apa dia akan memarahi bubu karena tidak bekerja tapi menemani aku menjenguk Radit? "     

Nita tersenyum, "tidak apa-apa, kamu kan lebih penting untuk bubu daripada pekerjaan jadi, tidak usah khawatir "     

Dia mengusap lembut rambut Axel, sambil memikirkan kembali wajah kepala keperawatan yang membuatnya merinding, dia seperti pernah melihat wajahnya dulu tapi sepertinya dia telah lupa dimana pernah melihatnya. Axel membuatnya harus mengingat kembali kejadian tadi, padahal dia berusaha untuk tidak mengindahkannya.     

"Tapi bu, sepertinya ayah radit bukan marah pada bubu. Dia tersenyum melihat bubu tadi, seperti ayah yang selalu tersenyum jika ada bubu " anak usia sepuluh tahun itu bicara seperti layaknya seseorang yang dapat membaca wajah seseorang.     

"Sepertinya dia menyukai bubu! " tetiba axel berkata sesuatu yang membuat nita terdiam seketika dan memandangi axel dengan tatapan penuh keterkejutan.     

"Aku kan laki-laki juga, bu " ucap axel kembali, "aku juga senang melihat teman-temanku yang cantik "     

"Ya ampun, ternyata anakku sudah mulai tertarik dengan wanita " nita menyipitkan matanya ke arah axel, "jangan-jangan kamu sekarang sudah pacaran ya! "     

Nita menggelitik pinggang axel, membuat tubuh putranya itu menggeliat karena kegelian.      

"Pasti kamu jadi idola para wanita di sekolah " nita masih melancarkan serangannya menggelitik axel, "kamu kan keren, pintar juga.. "     

"Ampun, bubu " teriak axel dalam tawanya.     

Nita tertawa kecil dan menghentikakn aksinya, dia tidak pernah menyangka diberikakn kesempatan oleh tuhan untuk bisa melihat perkembangan axel. Dari ketika dia pertama lahir oleh kedua tangannya sendiri, dan tumbuh besar bersamanya.      

"Kamu akan semakin besar " nita memeluk axel, "nanti ketika kamu besar, kamu akan sangat sulit bubu peluk seperti ini. Pasti bubu kesepian... "     

"Jangan lupakan bubu dan ayah jika kamu sudah memiliki seorang pacar "     

Axel tertawa malu, "bubu aku masih kelas empat sekolah dasar, masa aku sudah punya pacar. Aku hanya suka saja jika melihat temanku yang cantik, itu seperti aku melihat bubu "     

"Makanya bubu berikan aku adik, supaya nanti ketika aku sibuk karena harus kuliah ayah dan bubu ada yang menemani "     

Nita tertawa mendengar perkataan axel yang meloncat begitu jauh, "apa boleh kamu sebesar ini saja terus, supaya bubu bisa terus memelukmu seperti ini! "     

"Tapi akukan ingin sukses seperti ayah, jadi ingin cepat besar "     

Tangan kecil axel mengusap lembut pipi nita, dia memandangi wajah nita yang sedari tadi memeluknya dengan penuh kasih sayang.     

"Aku berjanji walaupun aku sudah besar nanti, aku akan selalu memeluk bubu seperti ini. Karena aku menyayangimu.. "     

"Baiklah " nita tersenyum, "untuk sekarang tetaplah seperti ini, aku ingin menghabiskan waktu sekarang dengan terus memperhatikanmu "     

"Iya, bubu boleh memelukku selama mungkin hari ini "     

Sepertinya mereka terlalu serius bicara berdua, sehingga tidak menyadari kehadiran yoga yang sedari tadi berdiri di belakang mereka mendengarkan semua pembicaraan istri dan putranya itu.     

"Apa boleh aku ikut bergabung " yoga memberi mereka kejutan dengan tiba-tiba memberikan pelukan dari belakang, "kalian serius sekali sampai tidak mendengar ayah datang "     

Nita tersenyum ke arah yoga, satu tangannya meraih tangan yoga yang memeluknya. Karena sosok nitalah yang paling dekat denganya, diapun melayangkan satu ciuman di pipi nita terlebih dulu.     

"Aku dengar pembicaraan kalian tentang ayah radit " yoga berbisik ke telinga nita, membuat wanita itu langsung menyipitkan kedua matanya ke arah yoga.     

Yoga tersenyum tipis, "aku sudah bisa menebaknya, tadi ketika berada di rumah sakit pikirannku malah semakin tidak karuan. Dan aku memutuskan untuk pulang cepat "      

Nita tersenyum dengan wajahnya yang terkejut dengan apa yang diucapkan yoga padanya, "Aku tidak tahu apa-apa, dan aku juga tidak menggodanya. Lagipula itukan pembicaraan seorang anak kecil, mungkin mereka punya pemikiran sendiri "     

"Lain kali aku tidak akan mengijinkan kamu pergi sendirian " yoga menanggapi ucapan nita, "harus aku yang mengantarmu kemana pun kamu pergi! "     

Nita bukan ketakutan dia justru tersenang ketika yoga berbicara yang menunjukan sikap overprotektifnya pada nita, dia akan sangat senang jika suaminya itu dengan senang hati akan menemaninya kemanapun dia pergi.       

"Awas saja kalau dia berani macam-macam denganmu! " ancamnya.     

Nita dan axel saling memandang untuk beberapa saat dan kemudian tawa mereka muncul mendengarkan ancaman yang di ucapkan yoga, ternyata dia telah mengambil begitu serius ucapan dari axel.     

Yoga pun ikut menertawakan dirinya sendiri setelah menyadari ancaman yang berlebihan itu, pada awalnya dia hanya ingin mengucapkan sebuah candaan saja tetapi sepertinya dia telah terbawa emosi.     

"Ayah sepertinya ingin diberikan sesuatu " celetuk axel.     

Nita tertegun dia lalu menoleh ke arah yoga yang juga memusatkan pandangannya ke arahnya, wajah nita seketika memerah. Sepertinya sindiran axel itu begitu mengena pada nita, walaupun sebenarnya axel hanya asal bicara saja.     

Axel hanya sedang memberikan nita pemberitahuan secara tidak langsung, bahwa ayahnya itu tidak lama lagi akan berulang tahun. Tapi sepertinya nita tidak mengerti dengan apa yang telah dia ucapkan.     

"Axel sudah besar, jangan kamu perlakukan seperti itu " yoga meraih tangan nita untuk duduk disampingnya, "itu akan membuatnya manja "     

Nita duduk disamping yoga dan memberikan pijitan lembut di bahu suaminya itu. Dia tersenyum menanggapi pembicaraan suaminya itu.     

"Apa di usia axel yang sepuluh tahun sudah tidak boleh memeluk dan menciumnya? "     

"Bukan tidak boleh " yoga menanggapi pertanyaan nita, "anak seusia axel mungkin sudah dapat merasakan menyukai lawan jenisnya, mungkin ketika kamu memeluknya axel juga harus diberikan pendidikan bahwa dia tidak boleh melakukannya dengan teman-teman wanitanya di sekolah "     

Nita tersenyum kecil dengan tangannya yang masih memberikan pijatan lembut di bahu yoga.     

"Axel sudah besar ternyata " ucap nita, "sebentar lagi kita akan punya menantu! "     

"Menantu? " yoga berbalik dan tertawa kecil menanggapi perkataan nita, "tidak ada menantu, yang benar itu aku mendapatkan seorang bayi kecil darimu! "     

"Axel harus sekolah yang benar, baru dia boleh membawa calon menantu padaku " sambungnya.     

"Wah, ternyata calon mertua galak sudah terlihat sekarang! " cetus nita.     

Yoga semakin dibuat nita tertawa, dia menganggap tadi itu nita memujinya. Dia mengusap rambut nita dengan lembut.     

"Aku juga harus memberitahumu, jika laki-laki seperti itu lebih baik tidak kamu hiraukan. Dia laki-laki yang sudah memiliki seorang istri " kali ini dia kembali ke topik bapak kepala keperawatan yang dikhawatirkan akan mennggoda nita.     

"Siap suamiku sayang " nita menyandarkan kepalanya di bahu yoga, "jangan marah padaku ya, tadi itu aku sama sekali tidak tahu kalau akan bertemu dengan seseorang seperti itu "     

Yoga terdiam, sepertinya nita memang belum mengetahui tentang latar belakang laki-laki yang baru ditemuinya tadi. Dia hanya sedang menyembunyikan sesuatu atas apa yang telah dilihatnya beberapa bulan yang lalu.     

"Jangan pernah pergi tanpa sepengetahuanku, apalagi aku sama sekali tidak tahu dengan siapa kamu pergi. Jadi kamu harus selalu pergi denganku dan atas persetujuanku " ucap yoga, "aku akan mulai over protektif padamu "     

"Iya aku ikut saja aturannya " nita tersenyum ketika yoga mulai membatasi gerakannya kali ini hanya karena mendengarkan pembicaraan axel dengannya tadi.     

Dia hanya akan menerima peraturan dari suaminya itu sebagai rasa kasih sayang padanya, dan itu akan membuatnya tidak merasa terkekang sama sekali..     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.