Bab 85 \"OTAK SEMPIT\"
Bab 85 \"OTAK SEMPIT\"
BTW… yuks chat aku yang kemarin ngikutin CHALLEGE ke dua ku guys… di mana CHALLENGENYA BANYAKIN POWER STONE+PRIVI+HADIAH… YUKS LAH LANGSUNG DM DI IG KU ATAU KIRIM PESAN DI FACEBOOK KU YA… KALIAN KIRIM SS AJA APA YANG UDAH KALIAN KASIH KE AKU. NANTI AKU YANG AKAN MENILAI KALIAN DAPAT HADIAN APA. WKWKWKW…..
IG : CHI_HYO_KI95
FB : ACHI HYOKI95
HAPPY READING GUYS….
Qia dan Bu Suri sudah ada di ruangan kerja Bu Suri. "Sebelumnya Qia mau minta maaf karena ini terlalu mendadak," ucap Qia dengan wajah serius.
"Ada apa Ta?" tanya Bu Suri dengan wajah khawatirnya.
Qia menghembuskan napasnya dengan berat sebelum ia mengatakan niatnya datang ke panti. "Sebulan lalu Qia masuk rumah sakit dan Qia kini enggak ada kosan lagi karena uang Qia belum cukup untuk sewa kosan," ucap Qia menatap serius Bu Suri. Tanpa basa-basi ia mengatakan niatnya datang ke panti dan bertemu Bu Suri.
Qia menatap Bu Suri yang hanya diam saja. "Jadi, maksud kedatangan Qia kesini untuk menumpang sementara waktu di panti sampai gajihan Qia keluar. Apa boleh bu?" tanya Qia.
Bu Suri tersenyum, "tentu saja boleh. Ibu sudah pernah bilang bukan, jika kamu kapan saja boleh kesini bahkan tinggal di sini," jawab Bu Suri.
"Makasih bu," jawab Qia seraya tersenyum.
"Kalau begitu, kamu nanti tidur sekamar dengan Ayu ya, tidak apa kan?"
"Bu boleh aku tidur bareng anak-anak saja?" tanya Qia menatap bu Suri.
"Kenapa nak? Oh iya," ibu Suri mengingat apa yang terjadi semalam.
"Ya, ibu pasti sudah tahu. Selain itu, bisahkah ibu panggil saya Qia. Jangan Tata bu. Qia enggak suka dengan nama Tata."
"Iya, ibu akan panggil Qia," jawab Bu Suri seraya tersenyum. "Ya sudah, sekarang ibu antar kamu ke kamar anak-anak," ucap Bu Suri seraya tersenyum.
"Iya, bu," jawab Qia singkat.
Bu Suri dan Qia sama-sama bangkit dari duduk mereka. Ketika pintu ruangan kerja di buka Qia dan bu Suri di buat terkejut karena Flora ada di depan pintu "Nak Flora, ada apa?"
"Ah, enggak bu. Enggak ada apa-apa," jawab Flora tergagap.
Qia menatap malas Flora, ia yakin Flora tadi menguping pembicaraannya karena penasaran dengan tujuannya datang ke panti. "Oh, ya sudah. Kalau begitu ibu mau mengantar Qia ke kamar dulu," ucap Bu Suri seraya tersenyum.
"Ayo, Qia," ajak Bu Suri seraya menatap Qia.
"Iya, bu," jawab Qia singkat kemudian ia mengikuti langah Bu Suri di belakangnya.
Qia kini sudah di kamar anak-anak. "Ini lemarinya dan kamu bisa tidur di sini," ucap Bu Suri seraya menunjukkan tempat tidur.
"Ini kasurnya siapa bu?" tanya Qia seraya mendudukkan dirinya di atas tempat tidur.
"Itu tempat tidurnya Sekar. Nanti, Sekar bisa tidur dengan Ayu, karena tempat tidur Ayu cukup di tempati untuk dua orang.
"Kalau anaknya mau, tidur berdua sama Qia enggak apa-apa bu," ucap Qia menatap bu Suri.
"Enggak apa-apa, nanti Sekar bisa tidur dengan Ayu," ucap bu Suri seraya tersenyum. "Ya, sudah. Kalau kamu mau istirahat, istirahatlah. Ibu masih ada yang mau di kerjakan."
"Iya, Bu. Terimakasih karena sudah mengizinkan Qia tinggal di sini," ucap Qia menatap serius ibu panti.
Bu Suri tersenyum, " Ya sudah, ibu tinggal."
"Iya, bu," jawab Qia singkat.
Bu Suri pun keluar dari kamar, setelah bu Suri keluar dari kamar Qia pun merebahkan dirinya. Ia menatap tempat tidur di atasnya. Kamar untuk anak-anak itu terdiri dari 3 kamar tidur tingkat. Qia dulu tidur sendiri di karenakan dokter sikologinya yang menyarankan agar Qia tidur sendiri supaya ia tidak terganggu.
Ia memilih tidur di kamar anak-anak pertama memang ia tidak ingin tidur sekamar dengan Ayu dan yang kedua, ia ingin merasakan suasana ketika tinggal bersama anak-anak lainnya yang tidur di tempat tidur seperti ini. Mencoba melawan rasa muaknya dengan tempat ini dengan membangun kenyaman dan keinginan yang ia inginkan saat dulu.
Qia memang menampilkan raut wajah datarnya di depan anak-anak, tetapi jika mereka mengajaknya bermain pun ia akan menanggapinya. Seperti kemarin ada beberapa anak yang mengajaknya menggambar, ia pun ikut menggambar. Walau gambarannya tidak terlalu bagus, tetapi untuk ukuran anak-anak gambaran Qia sudah sangat bagus.
Tiba-tiba ia mendengar langkah seseorang yang masuk kemudian menutup kamarnya. "Apa yang kamu mau?" tanya seseorang yang melangkah ke arahanya.
Qia bangun dari tidurnya dan duduk, "saya tidak ada maksud apa-apa selain memang ingin tinggal di sini sementara waktu," jawab Qia seraya menatap Flora. Seseorang yang baru masuk itu adalah Flora.
"Apa kamu sudah lupa dengan peringatan saya?" tanya Flora dengan tatapan marahnya.
"Saya enggak lupa, bu. Hanya saja saya tinggal di sini bukan untuk mendekati mas Janu. Saya tinggal disini karena saya membutuhkan tempat tinggal sementara."
"Kamu menyukai kak Janu kan? Ngaku aja kamu!" tuduh Flora dengan sedikit meninggikan suaranya.
"Apa saya perlu menjawab bu? Karena ini urusan privasi saya," ucap Qia masih dengan santai.
"Saya mau kamu pergi sekarang, ini peringatan terkahir dari saya atau kamu akan tahu akibatnya!" tegas Flora dengan tatapan marahnya.
"Apa yang akan ibu lakukan, apa ibu akan memecat saya?" tanya Qia yang kini sudah berdiri.
"Lebih dari ini," ucap Flora seraya tersenyum.
"Apa yang lebih dari pemecetan?" tanya Qia heran. "Oh, iya, bu. Kalau sampai saya di pecat, maka saya akan lama keluar dari panti ini," ucap Qia seraya bersedekap.
"Kamu mengancamku?" tanya Flora melebarkan matanya karena semakin marah mendengar ucapan Qia.
"Saya bukan mengancam, tapi saya bicara fakta. Saya berada di sini karena saya tidak punya cukup uang untuk menyewa kosan," jawab Qia menatap berani Flora.
"Hah!" Flora ikut bersedekap dan menatap malas Flora. "Jangan coba-coba kamu memeras saya, karena kamu tidak segera ke luar dari panti ini."
"Otak sempit!" ucap Qia dengan suara dinginnya.
"Apa kamu bilang?" tanya Flora mengepalkan tangannya erat denga kedua tangannya yang kini sudah lurus ke bawah.
"Cara berpikir ibu terlalu sempit jika hanya berpikir saya mengancam ibu dengan perkataan seperti itu. Apa yang saya katakana bukan untuk mengancam, tetapi karena memang itu adanya!" tegas Qia.
"Jadi, saya hanya mau mengingatkan ibu. Jika saya di pecat tandanya saya akan tinggal lebih lama disini," ucap Qia tegas kemudian ia melangkahkan kakinya ke luar dari kamar.
"Qia, berhenti!" tegas Flora seraya membalikkan badannya.
Qia tidak peduli, ia segera membuka pintu kemudian menutup kamarnya meninggalkan Flora sendiri di kamar. Flora mengepalkan tangannya kuat karena Qia tidak mengindahkan ucapannya. "Lihat saja, apa yang aku lakukan padamu supaya kamu kapok!" ucap Qia menatap pintu yang ada di depannya.
TBC…
Cus, banyakin Koment , Power Stone dan hadiah ya guys… JANGAN LUPA TUH PEMBERITAHUAN DI ATAS DI BACA. Wkwkwkwk….