Menikah dengan Mantan

Bab 201 \"PERNIKAHAN\"



Bab 201 \"PERNIKAHAN\"

HAI HULA HULA.. UP GUYS…     

MAAF YA… TYPO MASIH BETEBARAN.     

GUYS… MASIH ADA TIGA ORANG YANG BELUM HUBUNGIN AKU UNTUK MENGAMBIL HADIAN YANG UDAH AKU SIAPIN.     

OH IYA GUYS.. AKU ADA CERITA BARU YNG JUDULNYA PERNIKAHAN SATU MALAM. YUKS RAMAIKAN RIVIEW, KOMENT DAN POWER STONENYA GUYS…     

SEPERTI BIASA, KALAU BANYAK KASIH POWER STONE, AKU AKAN KASIH HADIAH UNTUK KALIAN.     

HAPPY READING GUYS...     

Chika tersadar dari lamunanan ketika Alura berteriak histeris. Ia menatap dengan tatapan yang entah apa ia tunjukan ke arah Raka. Beberapa penjaga sudah menghalangi Alura yang histeris. Setelah melakukan tes, Alura di nyatakan mengalami gangguan jiwa oleh dokter yang menangani Alura. Itu sebabnya Chika terkejut ketika Alura datang ke acara. Apalagi pakaian yang di gunakan Alura adalah pakaian rumah sakit.     

Chika tersenyum tipis ketika menyadari ada beberapa reporter yang memotret Alura. Entah kenapa ia menjadi senang dalam hati, rasanya sangat bahagia bisa membuat Alura malu seperti ini. Ia juga tidak peduli jika Papanya akan malu dengan hal ini. Setelah Alura di amankan, MC segera mengambil alih supaya acara kembali tenang.     

Semua sudah tenang acara ijab Kabul pun di lanjutkan. Hanya dalam satu tarikan napas saja Raka resmi menjadikan Chika sebagai istrinya. Acara tukar cincin yang di lanjut sungkeman pada orang tua Chika. Dari keluarga Raka sendiri tidak ada sama sekali. Setelah itu acar di lanjut ke resepsi yang ada di hotel yang sama, hanya saja kali ini resepsi di adakan di dalam gedung. Acara resepsi akan di lakukan sekitar pukul 7 malam karena itu yang Chika mau. Selagi menunggu acara untuk resepsi, Chika melakukan pemotretan dengan Raka.     

Selesai acara pemotretan mereka bersitirahat sampai nanti pukul 4 sore Chika harus kembali di rias. Pakaian yang mereka kenakan kini sudah berganti dengan pakaian biasa. "Mau malam pertama sekarang, atau nanti?" tanya Raka seraya menatap Chika dengan tatapn mesumnya.     

"Nanti malam saja," jawab Chika yang sudah merebahkan dirinya di atas temoat tidur.     

"Yakin nanti malam? Memangnya enggak capek?" tanya Raka seraya menaik turunkan alisnya menggoda Chika.     

"Dasar mesum!" kesal Chika saeraya melempar bantal ke arah. Dengan gesit Raka segera menangkapnya kemudian terkekeh karena bantalnya ia tangkap. Hal itu membuat Chika mendengkus kesal.     

"Tidur deh Ka, tadi malam aku enggak bisa tidur," ucap Chika yang sudah memejamkan matanya.     

"Astaga… ngapain aja kamu? Kengen sama pedangku ya, makanya enggak bisa tidur?" tanya Raka kembali dengan nada menggoda.     

"Raka!" teriak Chika kesal dan kembali melemparkan bantal yang sedang ia pakai ke arah Raka.     

Raka kembali menangkisnya dan terkekeh melihat wajah kesal Chika. Hari ini sepertinya Raka sedang berbahagia sampai-sampai sedari tadi ia tertawa untuk hal-hal kecil. Raka mendekati Chika yang menatapnya kesal. Ia kemudian duduk di ujung ranjang seraya menatap Chika yang menatapnya kesal. "Jangan cemberut gitu, masa baru nikah udah di cemberut gitu?" tanya Raka seraya tersenyum menggoda.     

Chika memutar malas bola matanya kemudian ia menarik kasar bantal yang di pegang Raka. Ia pun merebahkan dirinya dan tidak mempedulian Raka. Ia ingin istirahat sebelum nanti sore harus kembali di make-up. Raka pun membiarkan Chika tidur dan ia pun memilih mendudukkan tubuhnya di sofa Ia menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa. Ia memejamkan matanya dan helaan napas berat terdengar dari bibirnya.     

Bayangan ketika akad tadi terlintas dalam benaknya, ia bisa melihat jelas bagaimana wajah Kenan yang tidak begitu baik. Kenan pastinya tidak menyukai tentang pernikahan ini, tetapi apa salahnya jika ia menikah. Kenan jug menikah untuk menutupi hubungannya dengan Raka, jika Raka juga menikah bukankah kakek Kenan akan semakin percaya jika mereka sudah tidak ada hubungan apapun?     

Selagi Raka terus menghela napasnya, tiba-tina seseorang duduk di sampingnya. Memeluk lengan Raka dan menyandarkan kepalanya di bahu Raka. "Apa ada masalah?" tanya Chika dengan suara lembutnya.     

Ia tadi ingin tidur, hanya saja mendengar helaan napas Raka begitu mengaanggunya. Jadi, ia pun membuka matanya kemudian turun dari tempat tidut kemudian berjalan menghampiri Raka yang sedang duduk di sofa seraya menyandarkan kepalanya itu. Raka membuka matanya dan melirik kea rah Chika yang menyandarkan kepalanya di bahunya. "Katanya tadi mau tidur?" tanya Raka heran.     

"Denger kamu ngehela napas begitu aku enggak bisa tidur. Apa kamu menyesali pernikahan ini? Kalau iya, kenapa enggak sedari awal saja kita enggak perlu menikah," ucap Chika tanpa melepaskan pelukannya di lengan Raka dan kepalanya bersandar di bahu Raka     

"Bukan, aku hanya lelah," jawab Raka bohong.     

"Tidur, kalau capek, hum," ucap Chika yang kini menegakkan tubuhnya dan menatap Raka.     

Tangan Chika terulur untuk menyentuh wajah Raka, ia mengusap pipi Raka dengan lembut. "Kalau capek itu istirahat, jangan Cuma menghela napas."     

Raka tersenyum kemudian ia memegang satu tangan Chika yang sedang menyentuh pipinya. "Aku tidak mau tidur, nanti bangunnya malah kemaleman," ucap Raka kemudian ia mengecup telapak tangan Chika.     

"Ada aku, jadi enggak mungkin sampai lewat jam. Kita istirahat, hum," ucap Chika dengan suara lembutnya.     

Raka menatap intens mata Chika, tanpa berkedip. Tatapan mereka terputus ketika Chika yang tadi mencondongkan tubuhnya untuk mengusap pipi Raka kini menegakkan tubuhnya. "Ayo kia tidur," ucap Chika seraya menarik tangan Raka.     

Raka pun berdiri dari duduknya dan mengikuti Chika berjalan ke arah tempat tidur. Ia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Chika tidur dengan memunggungi Raka yang berbaring terlentang. Walau Chika berbaring memunggungi Raka tetapi Chika menarik tangan Raka untuk ia peluk dengan tangan Raka yang ada di atas lehernya.     

Suara dengkuran halus itu mulai terdengar, Raka masih diam seraya menatao langit-langit kamar yang sedang ia tempati sekarang. Raka kembali menghela napasnya karena ingat Kenan, tetapi ia sendiri tidak bisa melakukan apapun. Ini semua sudah terjadi, jadi kita hanya bisa menjalaninya. Perlahan, Raka pun mulai memejamkan matanya untuk menyusul Chika yang sudah lebih dulu tertidur. Ia pun kemudian memiringkan tubuhnya agar bisa memeluk tubuh Chika. Perlahan, ia pun akhirnya tertidur juga.     

Sekitar pukul 3 sore, mata indah Chika mulai bergerak. Perlahan ia membuka matanya dan sedikit tersentak kaget karena ia seperti bangun kesiangan. Rasa terkejut Chika membuat Raka pun terbangun dan menatap Chika dengan heran. "Kenapa?" tanya Raka.     

"Jam berapa ini?" tanya Chika dengan wajah paniknya.     

Raka pun langsung melihat jam tangan yang ada di pergelangan tangannya. "Jam 3," jawab Raka membuat Chika menghela napasnya lega.     

TBC…     

YO YO YO… GIMANA INI GUYS…     

YUKS LAH KOMENT DAN POWER STONENYA BANYAKIN YA GUYS…     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.