Menikah dengan Mantan

Bab 195 \"SIAPA YANG BENAR\"



Bab 195 \"SIAPA YANG BENAR\"

HAI HULA HULA.. UP GUYS…     

MAAF YA… TYPO MASIH BETEBARAN.     

GUYS… MASIH ADA TIGA ORANG YANG BELUM HUBUNGIN AKU UNTUK MENGAMBIL HADIAN YANG UDAH AKU SIAPIN.     

OH IYA GUYS.. AKU ADA CERITA BARU YNG JUDULNYA PERNIKAHAN SATU MALAM. YUKS RAMAIKAN RIVIEW, KOMENT DAN POWER STONENYA GUYS…     

SEPERTI BIASA, KALAU BANYAK KASIH POWER STONE, AKU KAAN KASIH HADIAH UNTUK KALIAN.     

Kenan menatap kepergian Qia begitu saja, tadinya ia ingin marah pada Qia tetapi apa yang di katakana Qia ada benarnya. Hari pertama haid, Qia itu tidak bisa di ganggu gugat, nanti sekitar lima hari setelah datang bulan biasanya Qia masih bisa di ajak mengobrol dengan baik. Ia ingat betul saat pertama kali ia menghadapi Qia yang sedang datang bulan. Saat itu mereka sehabis ke toko buku dan Kenan mengajak Qia makan.     

"Kamu mau pesan apa?" tanya Kenan menatap Qia yang duduk di sampingnya.     

"Apa aja, yang penting bisa di makan, kak," jawab Qia saat itu.     

Kenan pun memesankan makanan pedas saat itu dan Qia pun hanya makan nasi saja tanpa menyentuh lauknya membuat Kenan mengernyitkan dahinya. "Kenapa enggak di makan,"     

"Hah, apa kak, kenapa?" tanya Qia wajahnya seperti menahan sesuatu.     

"Itu kenapa enggak di makan," ucap Kena seraya menunjuk ayam pedas di hadapan Qia.     

"Ah, iya," jawab Qia begitu saja dan ia pun makan begitu saja. Tanpa berpikir makanan itu akan membuat perutnya bermasalah. Ia sedang datang bulan dan pantang bagi dia untuk makan-makanan pedas karena perutnya akan bermasalah. Padahal orgam reproduksi dengan pencernaan itu berbeda, tetapi bagi Qia itu sama saja.     

Jika ia sedang tidak datang bulan, makanan sepedas apapun tidak membuat perutnya mengalami gangguan. Namun, ketika ia sedang datang bulan, sudah pasti perutnya akan bermasalah jika memakan makanan pedas. Biasanya ia akan murus-murus, bolak balik ke kamar mandi setelah memakan makanan pedas atau terkadang perutnya akan menjadi kembung jika ia makan pedas.     

Semua terlihat baik-baik saja, tetapi di hari ke lima ia datang bulan. "Kak Ken, waktu kita ke toko buku kakak beliin aku buku apa ya?" tanya Qia ketika mereka sedang ada di halaman belakang sekolah, tempat biasanya mereka habiskan waktu istirahat.     

"Ya, enggak tahu kamu beli buku apa. Kan, kamu sendiri yang beli kemarin itu," jawab Kenan yang fokus dengan bacaannya.     

"Buku ini bukan?" tanya Qia seraya menyodorkan buku yang ia maksud ke Kenan.     

Kenan pun menatap buku yang Qia sodorkan, "iya, itu bukunya. Kenanpa memangnya?" tanya Kenan yang kini menatap Qia.     

"Wah… gua salah ambil buku," ucap Qia kemudian menundukkan kepalanya. Ia pun hanya mampu menghela napasnya.     

"Kok bisa salah ambil?" tanya Kenan yang kini sudah menutup buku bacaannya.     

"Au deh kak, oleng otak aku kemarin. Kalau lagi dapet, suka gak fokus!" kesal Qia kemudian ia menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi taman yang sedang ia duduki bersama Kenan.     

"Sampai segitunya?" tanya Kenan menatap tidak percaya. Ada begitu datang bulan sampai menganggu konsentrasi. Kenan pun tidak mempedulikan lagi., ia kembali fokus dengan apa yang sedang ia baca. Walau Kenan tidak mempedulikan lagi, tetapi Kenan mengungat baik apa yang terjadi pada Qia jika ia sedang datang bulan. Qia sering tidak mempeduliak hal-hal di sekitarnya.     

Lantas siapa yang harus Kenan percayai saat ini. Qia bisa saja berkata benar, tetapi rekaman cctv menjelaskan semuanya bahwa Lova tidak datang menemui Qia sama sekali. "Apa Qia mengalami episode sehingga ia behalusinasi?" tanya Kenan kini menatap ke arah jalan kemana kamarnya dan Qia berada. Ia tidak bisa memutuskan siapa yang ucapannya benar, walau dari segi bukti Lova benar jika ia tidak datang menemui Qia. Namun, dari segi pandang Qia yang saat pernikahan ia sedang datang bulan pun benar. Apalagi, ketika pertunangan sebagian besar sepupu Kenan tidak datang.     

Lova juga sedang mengurus ijazahnya, jadi ia tidak datang ke acara pertunagan. Butik yang di kelola Lova itu masihlah sangat baru. Butik itu telihat besar karena bantuan keluarga, jika bukan karena bantuan keluarga butik itu pun tidak bisa sebesar itu. Kenan menyandarkan tubuhnya lelah dengan segala pemikirannya saat ini. Siapa yang salah sebenarnya saat ini, ia benar-benar tidak tahu siapa yang salah.     

Qia di dalam kamar sudah meringkuk di bwah selimut dan memejamkan matanya. Tubuhnya mengigil karena ia mandi air dingin, bukan mandi dengan air hangat. Ia berpikir mandi dengan air dingin akan membuatnya bisa lebih segar karena tubuhnya yang saat ini sedang tidak fit. Qia menutupi seluruh tubuhnya di bawah selimut rapat-rapat supaya ia tidak kedinginan.     

Tiba-tiba saja ia merasa tidak enak badan, padahal kemarin ia hanya kehujanan sedikit ketika ia berlari dari halte bis sampai ke appartementnya. Qia yang kedingingan hanya mengganti pakaiannya dan mencuci wajahnya tanpa mandi sama sekali. Ia juga tidur di runag televise tanpa menggunakan selimut karena ia yang menonton televise akhirnya ketiduran. Qia benar-benar tertidur begitu saja dengan televise yang menyala.     

"Ngaoain dia, kok lama benget mandi doing," ucap Kenanyang mulai sadar jika Qia sudah terlalu lama di kamar. Ia pun kemudian berdiri dari duduknya.     

Ia berjalan ke akamr untuk melihat keadaan Qia. Ketika ia membuka pintu, Kenan mengernyitkan dahinya melihat selimut di atas tempat tidur membungkus seluruh tubuh Qia. Kenan pun berjalan ke arah Qia kemudian ia mendudukkan tubuhnya tepat di samping tubuh Qia yang tertidur dengan tubuh tertutup selimut. "Qi." Panggil Kenan tetapi Qia sama sekali tidak membuka selimutnya.     

Kenan pun perlahan membuka selimut yang menutupi tubuh Qia, tetapi Qia menahan selimutnya. "Kak, aku ngantuk. Jangan ganggu," ucap Qia seraya menahan selimut agar tidak terbuka.     

Kenan pun menuruti apa yang di katakan Qia, ia tidak membuka selimut Qia. Ia kemudian berdiri dan berjalan ke sofa yang ada di kamar itu. Ia mengambil handphonenya dan mulai mengecek e-mail masuk dan juga mengecek beberapa pekerjaan lainnya yang ia letakkan ke dalam file di handphonenya.     

Sekitar pukul 9 malam Kenan sudah mulai merasa mengantuk. Ia pun meregangkkan otot-otonya dengan cara mengangkat kedua tangannya ke atas. Setelah itu, Kenan pun berdiri dari duduknya dan ia pun berjalan kea rah tempat tidur. Ia meletakkan handphonenya di atas nakas samping tempat tidurnya. Ia pun tidak lupa mematikan lampu utama kamar dan menghidupkan lampu tidur.     

Kenan sudah masuk ke dalam selimut, tetapi entah mengapa ia merasa hawa di dalam selimut begitu panas ia pun mengambil remote ac yang berada di atas lampu tidur yang ada di meja nakas. Ia mengecilkan ac hingga ke suhu terendah karena rasanya begitu panas. Kenan pun merebahkan tubuhnya dan mulau memejamkan matanya.     

TBC…     

YO YO YO… GIMANA INI GUYS…     

YUKS LAH KOMENT DAN POWER STONENYA BANYAKIN YA GUYS…     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.