Menikah dengan Mantan

Bab 191 \"MENGAKUI\"



Bab 191 \"MENGAKUI\"

HAI HULA HULA.. UP GUYS…     

MAAF YA… TYPO MASIH BETEBARAN.     

GUYS… MASIH ADA TIGA ORANG YANG BELUM HUBUNGIN AKU UNTUK MENGAMBIL HADIAN YANG UDAH AKU SIAPIN.     

OH IYA GUYS.. AKU ADA CERITA BARU YNG JUDULNYA PERNIKAHAN SATU MALAM. YUKS RAMAIKAN RIVIEW, KOMENT DAN POWER STONENYA GUYS…     

SEPERTI BIASA, KALAU BANYAK KASIH POWER STONE, AKU AKAN KASIH HADIAH UNTUK KALIAN. JADI YUKS, MERAPAT KE NOVEL TERBARUKU SEMENTARA POWER STONENYA. WKWKWKW..     

GUYS... MAAF YA.... AKU LAKUIN INI LAGI...     

Sudah pukul 5 sore, waktunya Qia pulang ke rumah. Namun, sampai di rumah ia melihat seorang wanita berdiri di depan pintu appartementnya. Ia mengernyitkan dahinya karena ia tidak begitu tahu siapa wanita di depan appartementnya. Seingatnya, ia tidak memiliki janji dengan siapapun.     

Wanita itu pun menolehkan kepalanya menyadari ada seseorang yang sedang berjalan ke arahnya. Wanita itu berdiri dengan raut wajahnya yang begitu angkuh. Qia terus berjalan hingga ia berdiri di hadapan wanita di depan appartementnya. "Mbak cari siapa ya?" tanya Qia seraya menatap serius wanita di hadapannya ini.     

"Gua mau ketemu lo," ucapnya dengan suara begitu dingin.     

"Siapa ya, apa kita saling mengenal?" tanya Qia karena ia merasa tidak mengenal wanita di hadapannya ini.     

"Ya ampun, lo habis kecelakaan atau apa. Bisa-bisanya lo enggak kenal gua?" tanya wanita itu menatap tidak percaya pada Qia.     

"Maaf mbak, tapi saya benar-benar enggak tahu siapa mbak," ucap Qia.     

"Gua Lova lengkapnya Arumi Bellova. Udah ingat siapa gua?" tanya Lova menatap serius Qia.     

"Sepupunya kak Kenan, kan? Ada apa ya mbak, mau bertemu dengan saya."     

"Gua cuma mau ngasih tahu, kalau orang yang mau buat lo celaka sehari sebelum pernikahan itu gua," ucap Lova dengan penuh percaya diri.     

Satu hari sebelum hari pernikahan, Qia saat itu akan pulang ke kosannya. Ia pulang menaiki bis seperti biasanya. Ya, walaupun besok menikah, Qia sama sekali tidak ambil cuti karena menurutnya semuanya sudah di urus oleh calon ibu mertuanya dan juga WO yang di percaya. Jadi, menurut Qia tidak masalah jika dirinya masihlah bekerja sehari sebelum pernikahan. Toh, setelah menikah ia akan mengambil cuti selama kurang lebih 10 hari. Ya, dia melebih batas cuti, tapi mau bagaiaman jika yang mengambil cuti istri pemilik perusahaan. Raka juga tidak mempermasalahkannya.     

Ketika ia akan menyebrangi jalanan, tiba-tiba sebuah mobil melaju ke arahnya. Qia masih tidak menyadari hal itu hingga seseorang berteriak membuat Qia pun segera berlari menghindar. Qia yang tiba-tiba saja menghindar langsung menatap mobil itu. Jantungnya berdetak begitu cepat karena begitu terkejut. Qia pun berjalan ke pinggir jalan dan duduk di atas trotaor karena kakinya tiba-tiba terasa lemas.     

Rasanya ia ingin menangis saat ini juga karena terlalu terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. Wajah Qia pun tampak pucat dan keringat mengucur dari dahinya. Jari-jari tangannya bergetar karena ia terlalu ketakutan. Seorang pejalanan kaki yang tado meneriaki Qia pun menghampiri Qia. "Mbak enggak apa-apa?" tanya seorang wanita yang terlihat masih muda mungkin bekisar umur 35 tahunan.     

"Enggak apa-apa, bu," jawab Qia seraya menatap si ibu.     

"Saya bantu bangun," ucap si ibu menawarkan bantuan.     

"Ah, sebentar bu," ucap Qia karena kakinya masih terlalu lemas. Ia butuh waktu supaya jantungnya berdetak normal dan kakinya bisa berpijak kokoh lagi.     

Qia kemudian berdiri dengan di bantu si ibu. "Terimakasih bu," ucap Qia seraya tersenyum.     

"Ini, mbak. Minum dulu," ucap si ibu memberikan sebotol air mineral.     

"Enggak perlu bu, terimakasih." Tolak Qia dengan kedua tangannya kedepan pertanda ia menolak.     

Si ibu pun tidak lagi menyodorkan minumannya. "Kalau begitu saya permisi ya bu, atas bantuannya," ucap Qia seraya tersenyum.     

"Iya, mbak sama-sama," jawab si ibu seraya tersenyum. Qia pun pamit untuk melanjutkan perjalananya, begitu pun dengan ibu itu.     

Kini Qia menatap Lova dengan tatapan yang sulit di artikan. Ia pikir kejadian mobil yang mengebut itu adalah kejadian biasa, bukan kejadian yang di sengaja. "Kenapa? Takut lo? Gua bisa lakuin lebih lagi. Gua peringatin sama lo ya, gua enggak setuju dengan pernikahan lo dengan Kak Kenan. Lo itu cuma cewek rendahan yang enggak pantas bersanding dengan Kak Kenan. Jadi, gua saranin untuk lo bercerai dengan Kak Ken. Atau—" Lova sengaja menjeda perkataannya.     

Qia diam tidak bersuara , ia hanya menatap mata Lova saja. "Atau gua akan buat hidup lo itu enggak akan tenang!" tegas Lova dengan tatapan mata tajamnya. Ia bersedekap dengan tatapan matanya, ia berusaha untuk mengintimidasi Qia supaya Qia takut dan pergi meninggalkan Kenan.     

"Lo denger enggak, apa yang gua bilang?" tanya Lova karena Qia hanya diam saja tidak berkata apapun ketika ia mengatakan semuanya.     

"Saya dengar," jawan Qia begitu saja. Qia menjawb singkat karena ia masih tidak menyangka, sepupu Kenan akan berbuat nekat untuk membunuhnya hanya karena ia tidka setuju Kenan menikah dengannya. Wanita di depanya ini sepertinya wanita pesakit, itu sebabnya ia berani melakukan hal ini. Padahal jika sampai terjadi sesuatu pada Qia, kemungkinan besar Lova bisa terjerat tindakan pidana.     

"Kalau begitu, tanda tangani ini!" ucap Lova seraya memberikan sebuah map berwarna hijau kepada Qia. Qia mengambil map itu kemudian membukanya. Di sana tertulis surat perceraian yang membuat Qia mengernyitkan dahinya. Apa lagi ia yang menjadi pihak yang menceraikan.     

Qia menatap ke Lova dengan tatapan entah apa. "Tanda tangani surat itu, jika lo ingin hidup nyaman!" tegas Lova.     

"Apa yang saya dapatkan?" tanya Qia tiba-tiba membuat Lova mengernyitkan dahinya.     

"Apa yang kamu daptakan?" tanya Lova menatap tidak percaya pada Qia seraya memutar malas bola matanya malas. "Hei, lo itu ngaca. Cewek yatim piatu, lulusan SMA dan enggak punya banyak bakat berharap dapat imbalan. Jangan harap kamu dapat imbalan seperti itu, bich!"     

"Apa katamu?" tanya Qia yang memanas mendengar ucapan terakhir Lova.     

"Apa, bich!"     

Plak..,     

Satu tamparan kuat mendarat di pipi Lova hingga ia memalingkan wajahnya. Wajah Qia sudah sangat marah. Tadi ia menaham dirinya karena ia sadar dirinya memanglah tidak pantas bersanding dengan Kenan. Namun, ketika kata bech itu terucap dari bibir Lova, darah langsung lari ke otaknya membuat ia begitu marah. Ia bukanlah pelacur yang menjajakan tubuhnya hanya untuk mengaet pria tampan dan kaya seprti Kenan. Ia serius dengan perasaannya pada Kenan.     

"Lo!" ucap Lova seraya menunjuk wajah Qia dengan telunjukknya.     

Dengan kasar Qia menepis tangan Lova dan tatapan matanya begitu tajam. "Anda boleh merendahkan pendidikan saya dan saya seorang yatim piatu. Tapi, mulut anda jaga ya. Saya bukan seroang pelacur. Jangan-jangan anda yang seorang pelacur?" tanya Qia dengan nada sini.     

"Lo!" marah Lova dan akan menampar Qia. Namun sayangnya itu tidak terjadi karena Qia segera menghindar dengan masuk ke dalam appartement.     

TBC…     

YO YO YO… GIMANA INI GUYS…     

YUKS LAH KOMENT DAN POWER STONENYA BANYAKIN YA GUYS…     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.