Menikah dengan Mantan

Bab 188 \"KEMARAHAN\"



Bab 188 \"KEMARAHAN\"

HAI HULA HULA.. UP GUYS…     

MAAF YA… TYPO MASIH BETEBARAN.     

HAPPY READING…     

GUYS... MAAF YA... KALAU AKU BARU GANTI JUDU SEKARANG... AKU LAGI KACAU BANGET HARI INI. MAA YA GUYS...     

Pagi pun tiba, Kenan membuka matanya secara perlahan. Ia tersenyum ketika melihat Raka yang masih tertidur di sampingnya. Ia pun memiringkan tubuhnya untuk menatap Raka yang masih tertidur nyaman. Tadi malam adalah hal terindah yang ia lewati. Sudah sekitar enam bulan mereka tidak melakukannya. Milik Raka terasa begitu ketat ketika ia memasukinya.     

Tangan Kenan terulur untuk menyentuh pipi Raka secara perlahan. Namun, hal itu membuat Raka sedikit terusik. "Hum, Chik. Aku masih mengantuk," ucap Raka kemudian memiringkan tubuhnya dan menarik selimutnya untuk menutupi kepalanya.     

Tangan Kenan kini mengantung di udara mendengar ucapan Raka barusan. Ia terdiam cukup lama dan menggelengkan kepalanya untuk menayadarkan dirinya. "Kamu tadi bilang apa Ka?" tanya Kenan menatap Raka yang masih tidur.     

Raka tidak merespon karena dirinya yang masih mengantuk. Ketika dirinya akan membangunkan Raka dering handphone mengalihan dirinya ke arah sumber suara. Ia mencari dimana hadphonenya berada sampai pergerakkannya di atas temapat tidur membuat Raka terusik dan menolehkan kepalanya menghadap Kenan. "Kenapa sih, Ken?" tanya Raka dengan suara serak khas orang baru bangun tidur.     

"Handphone gua, coba lo bangun," ucap Kenan dengan nada ketus.     

Raka mengernyitkan dahinya dengan jawaban ketus Kenan, apalagi Kenan menggunakan bahasa lo gua ketika menjawab. Raka pun bangun dan segera membantu mencarai hendphone Kenan. Sementara ia akan menahan pertanyaannya dahulu. Kenan menemukan handphonenya dan ketika akan mengangkat, telphonenya mati. Kenan pun turun dari tempat tdur seraya mengambil pakaiannya dan menggunakannyanya asal. Ia berjalan ke luar dari kamar menuju ruangan yang lebih besar.     

Kenan menelphone melalui sambungan vcall telphonenya dan terlihadan ketika tersambung Kenan bisa melihat wajah Qia yang masih mengantuk. "Jam berapa ini, kenapa telephone hum?"     

["Kakak kemana aja?"] tanya Qia seraya menguap lebar dan punggung tangan kirinya ia letakkan di depan mulutnya.     

"Aku capek, jadi langsung tidur,"     

["Hum,"] jawab Qia dan matanya kemabli tertutup.     

"Tidur lagi sana, aku juga mau siap-siap untuk lanjut ke lokasi," ucap Kenan karena melihat Qia yang memejamkan matanya.     

["Nanti telephone ya, jam-jam makan siang."] ucap Qia memiringkan tubuhnya dan matanya terpejam dan kamera menghadap langit-langit atas. Kenan mengernyitkan dahinya melihat langit-langit atas appartementnya.     

"Kamu tidur di sofa?" tanya Kenan dengan mata yang memicing.     

["Hum,"] jawab Qia yang hanya bergumam.     

"Kenapa enggak tidur di kamar? Nonnton korea lagi?" tanya Kenan yang sudah mulai emosi.     

["Hum,"] jawabQia yang hanya bergumam.     

"Udah aku bilang untuk enggak nonton korea-korea lagi sampai ketiduran di sofa?" tanya Kenan dengan suara meninggi, bahkan Raka samapi mengernyitkan dahinya mendengar suara Kenan yang meninggi.     

"Kenapa sih, Ken?" tanya Raka seraya berjalan ke arah Kenan.     

Kenan menolehkan kepalanya untuk menatap Raka. "Enggak apa-apa," jawabnya singkat dan ia kembali ke sambungan vcallnya tetapi ternyata sambungannya sudah terputus.     

Kenan pun kembali menghubungi Qia dan tidak di angkat sama sekali. Beberapa kali dirinya mencoba menghubungi dan hasilnya tetap sama. Qia sama sekali tidak mengangkat telphonenya. "Kamu telephone Qia?" tanya Raka seraya membawa mineral di dalam gelas.     

"Iya," jawab Kenan kesal kemudian ia mengambil gelas yang berisi air mineral itu dari tangan Raka.     

"Hari ini kita langsung berangkat ke lokasi?" tanya Raka seraya berjalan ke arah sofa yang ada di ruangan tersebut.     

"Iya," jawab Kenan dan berjalan ke mana Raka sedang duduk sekarang.     

"Enggak mau disini dulu sehari lagi?"     

"Kita selesain dulu kerjaan, setelah itu kita baru jalan-jalan. Bagaimana?" tanya Kenan yang kini sudah duduk di samping Raka.     

"Hum, boleh," jawab Raka.     

"Ya udah, kalau gitu kamu mandi duluan aja Ken," uca Raka.     

"Hum," jawab Kenan dan ia pun bangun dari duduknya.     

Kenan berjalan ke arha kamar untuk membersihkan tubuhnya sedangkan Raka kembali merebahkan tubuhnya di sofa. Ia msaih sangat mengantuk, tetapi melihat wajah Kenan tadi ia menjadi penasaran kenapa wajah Kenan menjadi marah seperti itu. Namun, ketika ia tadi menyapa raut wajah Kenan sudha tidak seperti tadi. Bahkan ketika ia tadi meminta Kenan untuk mandi terlebih dahulu, Kenan langsung menuruti perkataannya begitu saja.     

Raka pun benar-benar kembali tertidur karena ia yang begitu lelah. Bayangkan saja mereka baru tertidur sekita pukul pagi dini hari waktu Canberra, Australia. Dan sekarang baru pukul setegah tujuh pagi, bahkan matahari saja belum terlihat karena di Australia matahari belum menampakkan cahayanya karena baru sekitar pukul 7 lebih matahari baru akan menampakkan dirinya.     

Kenan kini berada di kamar mandi, mengguyur tubuhnya di bawah guyuran shower yang begitu menyegarkan. Tidak peduli jika hari masih pagi, tetapi dengan semangat ia mengguyur tubuhnya. Rasa lengket akibat pelampiasan yang tidak pernah tersalurkan selama 6 bulan ini pada akhirnya terlampiaskan juga.     

Kenan menengadahkan kepalanya, membiarkan air shower menerpa wajah. "Ah..." ucap Kenan seraya menyugar rambutnya dengan kedua tangannya. Rasanya benar-benar begitu menyegarkan bahkan sebuah senyuman terbit di bibirnya.     

Rasa kesalnya pada Qia hilang begitu saja dengan ingatannya tentang kejadian semalam. Dimana ia menjadi dominant dan menguasai Raka sepenuhnya. Ia benar-benar menikmati hal indah itu semalam. Selesai dengan mandinya Kenan keluar dengan handuk yang melilit dipinggangnya.     

Satu tangannya yang memegang haduk lainnya ia gosokkan ke rambutnya supaya kering. Namun, tetesan-tetesan air yang masih tersisa di tubuhnya membuat kesan yang begitu indah dan membuat author pun ingin menyentuhnya. #plakauthorkurangbelaianwkwkwk     

Kenan mengambil kemeja berwarna putih dan celana dasar berwarna navy. Kemeja lengan panjang dan celana dasar itu begitu pas membentuk tubuh Kenan. Setelah itu Kenan merapihkan rambutnya. Setelah rapih penampilannya ia pun keluar dari kamar.     

Kenan berjalan ke arah sofa dimana terkahir dirinya meninggalkam Raka. Sampai di sofa, Raka ternyata sedang tidur membuat Kenan mengernyitkan dahinya. Untuk apa Raka bangun, jika hanya untuk pindah tidur saja     

Kenan duduk di samping kaki Raka dan ia pun menatap wajah Raka yang begitu damai. Sudah lama ia tidak melihat wajah Raka seperti ini. Ia menatap sedih Raka kerwna harus membuat Raka membencinya. Ia tidak ada pilihan lain selain menyembunyikan semuanya dari Raka. Jika Raka tahu semua hanya bohongan, ia yakin kakeknya akan mengetahuinya karena Raka yang kurang bisa jika harus berpura-pura.     

"Chik," ucap Raka yang hanya seperti gumaman. Namun, telinga Kenan sepertinya sedang sangay sensitif sehingga sebuah gumaman bisa terdengar jelas di telinganya.     

Rasa kesal yang tadi sempat hilang kini kembali mencuat. Darah seperti mengalir ke otaknya membuat ia sangat marah. "Raka!" bentak Kenan seraya berdiri dan Raka pun langsung terduduk dari tidurnya dengan wajah mengantuk serta kebingungannya.     

TBC…     

YO YO YO… GIMANA INI GUYS…     

YUKS LAH KOMENT DAN POWER STONENYA BANYAKIN YA GUYS…     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.