Bab 180 \"TUNJUKAN KAMU MAMPU\"
Bab 180 \"TUNJUKAN KAMU MAMPU\"
MAAF YA TYPO MASIH BETEBARAN.
HAPPY READING….
Pagi ini Kenan yang membuat sarapan, hanya nasi goreng seafood dan juga jus yang ia buat. Qia benar-benar tidak di izinkan melakukan apapun. Padahal ketika tadi Kenan mengganti kain kasanya luka Qia sudah menutup walau jika tersenggol luka itu akan terbuka lagi. Seharusnya kenan membiarkan saja lukanya terbuka supaya cepat kering, jika di tutup seperti itu bisa saja lukanya malah lembah dan akan lama keringnya. Namun, Kenan tahu seberapa cerobahnya Qia, di bandingkan lukanya kembali terbuka. Lebij baik tangan Qia di perban seluruhnya.
Qia menikmati sarapan pagi ini, ia benar-benar tidak menyangka seorag Kenan Melviano Pradipa bisa memasak. Masakannya rasanya pas, hanya saja Qia yang memang suka asin, rasa masakan Kenan sedikit kurang garam. Namun, Qia tidak mempermasalahkan karena makannya sudah cukup membuat ia bisa menelannya.
Selesai sarapan, Qia meletakkan piring bekas makannya ke tempat cucian piring. "Jangan di cuci, biar nanti bi Munah yang nyuci!" peringat Kenan ketika Qia menghidupkan air keran.
"Hum." Jawah Qia singkat.
Selesai sarapan mereka pun berangkat bekerja bersama. "Oh, iya Qi. Lusa aku dan Raka akan pergi ke Autralia mengurus pembangunan perusahaan di sana. Raka akan membantuku untuk mengurus interior di sana. Jadi, selama Raka pergi kamu yang akan menggantikan Raka," ucap Kenan seraya menatap Qia yang berdiri di sampingnya.
Mereka saat ini sedang berada di dalam lift menuju basement. "Apa kak? Aku gantiin bang Raka sementara? Enggak bisa kak!" ucap Qia menolak perkataan Kenan.
Bagaimana mungkin dirinya menggantikan Raka untuk mengurus perusahaan. Ia tidak punya ke ahlian untuk mengurus perusahaan. Ia bisa menjadi asisten Raka saja sudah sangat beruntung, padahal ia tidak mengerti dengan pekerjaannya.
Jika bukan karena Kenan – suaminya, Qia yakin, dirinya tidak akan bisa di posisi sperti ini. Dirinya hanya lulusan SMA dan pengalaman bekerjanya saja hanya seorang pelayan restoran dan juga OG, jadi mana bisa ia di posisi sekarang ini. Qia tidak mau semakin maruk jika menggantikan posisi Raka.
Apalagi dirinya termasuk orang baru di perusahaan dengan pendidikan rendah. Minimal semua karyawan di perusahaan itu pendidikannya Strata Satu dan hanya OG saja yang pendidikannya SMA bahkan ada juga yang SMP. Dirinya di perusahaan itu masih belum banyak mengerti, apalagi ia baru bekerja sekitar setengah tahun ini semenjak dirinya resmi menjadi tunagan Kenan.
Ia masih perlu banyak belajar, jadi walau hanya sebentar dirinya menggantikan Raka. Ia tetap masih belum pantas menggantikan Raka sementara waktu. "Hanya sekitar kurang lebih satu minggu saja kamu menggantikan Raka," ucap Kenan seraya melangkah ke luar dari lift.
"Enggak kak, orang lain aja. Ada karyawan lama yang pantas untuk menggantikan Bang Rala untuk sementara waktu. Atau kalau enggak, Bang Raka masih mengawasi kerjaan dengan online. Jadi, aku enggak perlu gantiin Bang Raka selama Bang Raka pergi ke Ausi sama kakak."
Kenan menghentikan langkahnya kemudian ia mengahadapakan seluruh tubuhnya untuk menatap Qia. Qia pun kini meghentikan langkahnya kemudian menghadapkan seluruh tubuhnya ke arah Kenan. Tangan Kenan kini terangkat kemudian ia memegang kedua lengan atas Qia. "Qi, kamu harus belajar memimpin, karena Raka jika ada pekerjaan ia sering keluar kota. Jadi, kamu harus bisa menggantikan Raka ketika dia pergi keluar kota," ucap Kenan dengan sorot mata seriusnya menatap tepat di manik mata Qia.
"Tapi kak, aku ini anak baru dan aku hanya lulusan SMA. Apa aku pantas untuk menggantikan Bang Raka sementara waktu? Sedangkan yang lain banyak yang lebih pantas untuk menggantikan Bang Raka dari pada aku yang hanya lulusan SMA," ucap Qia yang wajahnya terlihat sedih.
Satu tangan Kenan kini teraangkat keatas kemdian ia mengusap samping kepala Qia dengan sayang dan menatap Qia dengan tatapan teduhnya. "Dimana Ananta Putri Sidqia yang selalu PeDe dengan dirinya. Kamu seharusnya enggak perlu memikirkan apa lulusan kamu, tetapi yang harus kamu pikirkan adalah kamu yang memiliki kemampuan sehingga kamu pantas untuk berada di posisi itu. Dengan kamu menggantikan Raka sementara waktu dan menunjukkan kemampuan kamu, itu semua akan membuat mulut-mulut orang yang sering menggunjingmu di belakang mengakui kemampuan kamu. Jadi, jangan pesimis, hum," ucap Kenan denga suara yang begitu lembut seraya tersenyum manis.
"Tunjukan kamu ada di jenjang ini bukan karena sumimu, tetapi karena kemampuan kamu yang mumpuni," ucap Kenan dengan tangan yang masih mengusap samping kepala Qia sayang.
Qia tampak berpikir sejenak sebelum ia menganggukkan kepalanya menyetujui apa yang Kenan katakana. Mereka kembali melanjutkan jalannya untuk menuju kendaraan yang akan mereka naiki. Belum juga sampai ke mobil, Qia kembali menghentikan langkahnya kemudia ia menolehkan kepalanya untuk menatap Kenan yang juga menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Qia. "Ada apa?" tanya Kenan mengernyitkan dahinya.
"Aku naik bis kak, enggak naik mobil. Ya udah ya, aku berangkat," ucap Qia kemudian ia mengambil tangan Kenan untuk mencium punggung tangannya.
Selesai Qia mencium punggung tangannya ia akan segera pergi, tetapi sayangnya Kenan malah menggenggam tangan Qia. "Kak, aku harus segera berangkat," ucap Qia seraya mencoba melepaskan tangan Kenan.
"Kamu berangkat bareng aku," ucap Kenan kemudian ia menarik tangan Qia agar ikut dengannya.
"Kak, Qia mau naik bis aja!" teriak Qia mencoba melepaskan pegangan tangan Kenan.
Kenan tidak mempedulikannya, ia tetap menarik tangan Qia. Seseorang datang menghalangi langkah Kenan yang menarik Qia. "Lepaskan wanita itu!" ucap seorang pria paruh baya yang berdiri di hadapan Kenan. Di sebelah wanita paruh baya itu ada seorang wanita paruh baya juga yang menatap Kenan dengan tatapan marahnya.
"Ah… dia istriku jadi, jangan menganggu kami," ucap Kenan seraya menatap malas dengan ke dua orang paruh baya di hadapannya.
"Jangan bohong, kamu pasti ingin mencabulinya kan!" tuduh pria paruh baya itu dengan kalimatnya yang begitu frontal.
Qia kemudian berdiri di depan Kenan, "Ah, pak maaf. Dia memang suami saya. Tadi saya tidak mau berangkat bekerja bersama jadi dia maksa saya," ucap Qia tersenyum sungkan karena merasa tidak enak sudah menibulkan kesalah pahaman.
"Oh…" dua orang paruh baya itu pun hanya ber-oh saja.
"Sebaiknya jika sedang ada masalah di selesaikan baik-baik di rumah. Jangan sampai masalah rumah tangga di bwah ke tempat kerjaan. Itu tidak akan baik," nasihat wanita paruh baya itu seraya menatap Qia dan Kenan bergantian.
"Ah, iya bu," jawab Qia seray tersenyum.
"Kalau begitu, selesaikan masalah kalian. Kami permisi," ucap si pria paruh baya itu kemudian melangkahkan kakinya meninglkan Qia dan Kenan.
Kini hanya ada Qia dan Kenan, Kenan pun tanpa aba-aba langsung menggendong Qia ala bridal style membuat QIa reflek berteriak kemudian mengalungkan tangannya di leher Kenan.
TBC…
YO YO YO GUYS… GIMANA PART INI?
DUDUDUDDU… YUKSLAH BANYAKIN KOMENT N POWER STONENYA YA GUYS…