Bab 178 \"TIDAK SEHARUSNYA HIDUP\"
Bab 178 \"TIDAK SEHARUSNYA HIDUP\"
MAAF JUGA TYPO MASIH BETEBARAN.
HAPPY READING….
Kenan dan Qia sudah sampai di appartement, Kenan duduk di sofa ruang televise sera menyandarkan tubuhnya. Sedangkan Qia sudah masuk ke kamar untuk mengganti pakaiannya. Tubunnya tidak begitu lengket. Ia hanya mencuci wajah dan bagian bawahnya saja selebihnya tidak. Padahal jika ia kedinginan ia tinggal memutar showernya ke air hangat.
Memang dasarnya Qia yang malas mandi. Ini sudah menajdi kebiasaan Qia semenjak dirinya yang mulai bekerja. Ia biasa kerja di restorant yang pulangny malam. Sampai di rumah biasanya jika tidak lelah Qia akan mencuci wajahnya dan juga bagian bawahnya. Tetapi jika sudah sangat lelah ia hanya melepaskan pakain, bh dan celananya saja menyisakan tanktop dan juga celana pendeknya.
Selesai memebersihkan diri, ia kemudian ke luar dari kamar dan berjalan menuju dapur. "Kak, mandi sana, biar seger," ucap Qia ketika melewati Kenan yang masih menyandarkan tubuhnya di sofa.
"Hum," jawab Kenan yang hanay bergumam saja.
Qia terus melangkah hingga ia sampai di dapur. Ia segera membuka kulkasnya kemudian mengambil kangkung yang sudah ia potong dan cuci bersih di dalam wadah. Ia kemudian mengambil udang yang sudah di kupas serta mengambil tempe.
Walau hampir sebulan Qia melupakan ingatannya, tetapi tubuh Qia sepertinya sudah terbiasa dengan tatanan di dalam kulkas dan tahu apa saja isi di dalam kulkas. Kenan sudah menceritakan apa saja selama hampir sebulan ini pada Qia.
Dirinya yang hilang ingatan karena terlalu ketakutan dengan kecelakaan yang terjadi. Dan apa saja yang sudah mereka lakukan selama hampir sebulan ini. Qia sedikit sedih karena tubunya seperti ini.
Biasanya ia hanya akan ketakutan dan menyembunyikan diri di kamar kosannya ketika ketakutannya datang menyerang. Selama beberapa hari ia akan berdiam diri dan terus mengkonsumsi obar yang sudah dokter resepkan padanya.
Ia tidak tahu jika ketakutannya semakin parah hingga ia mengalami hilang ingatan sementara. Hal ini pun terjadi bukan Cuma sekali, tetapi sebelumnya Qia juga pernah mengalami hilang ingatan. Kenan pun menceritakan kejadian pertama kali Qia mengalami hilang ingatan.
Kejadian itu sudah beberapa bulan yang lalu terjadi, dirinya benar-benar tidak mengingat akan hal itu. Yang ia ingat dirinya yang terus membayangkan kecelakaan yang pernah terjadi padanya dan dirinya juga merasa sudah menajdi orang yang buruk karena masih hidup di dunia ini setelah semua keluarganya meninggal. Tidak seharusnya ia berada di dunia ini, yang seharusnya terjadi adalah Qia yang ikut bersama keluarganya meninggal di kejadian naas itu.
Qia menggelengkan kepalanya ketika mengingat pembicaraannya dengan Kenan di dalam bis tadi. Ia berusaha untuk menghilangkan rasa bersalahnya kepada ke dua orang tuanya dan juga kakaknya karena ia yakin apa yang terjadi pada dirinya sampai kehilangan ingatannya semua karena ia merasa dirinya tidak pantas untuk tetap hidup di dunia ini.
Apalagi semenjak bertemu dengan Kenan kembali, dirinya seperti di tambahkan nyawa kembali di dalam hidupnya. Mengingat betapa ia merindukan Kenan berada di sampingnya untuk menguatkannya melewati semua yang terjadi dalam hidupnya. Semakin dirinya merasa di berikan kehidupan baru dengan kehadiran Kenan hati kecilnya semakin merasa bersalah dan seharusnya ia ikut bersama keluarganya.
Qia yang melamun tidak sadar jika jarinya teriris cukup dalam hinggan Kenan yang ingin mengambil air minum berteriak melihat dari yang keluar dari jari Qia. QIa pun tersentak kaget dan ia menatap Kenan.
"Apa yang kamu lakukan Qi!" teriak Kenan dengan wajah khawatirnya.
Qia dengan wajah bingungnya menatap Kenan hingga Kenan menarik pergelangan tangannya dan membawanya ke bak cucian piring untuk menyiram luka di jari telunjuk kiri Qia. Qia pun merasakan pedih karena memang lukanya cukup dalam. Bahkan dagignya terlihat putih karena terobek.
"Apa kamu ingin memasak jarimu?" tanya Kenan kesal masih mengarahkan tangan Qia ke arah air keran di bak cucian piring.
Qia pun hanya diam tidak menjawab. Kenan pun membawa Qia ke meja makan masih dengan menarik pergelangan tangan Qia. "Tunggu di sini, aku ambil kotak obat dulu," ucap Kenan dengan nada tegas.
Ia pun segera berlari menuju kamarnya untuk mengambil kotak obat. Hanya sekitar 3 manit, Kenan sudah kembali di hadapan Qia. Tangan Qia masih mengeluarkan darah tetapi tidak sebanyak tadi karena Qia sudah menekan lukanya dengan tisu yang ada di atad meja makan.
Terlihat sekali tisu-tisu yang penuh darah itu berada di atas meja makan. Kenan segera berjongkok di depan Qia kemudian membuka kotak obatnya. Kenan menarik tangan Qia kemudain dengan hati-hati ia membuka tisu yang Qia gunakan untuk menghentikan lukanya.
Kenan sedikit ngeri melihat robekan di jari Qia yang cukup dalam itu. Ia kemudian mengambil kapas yang sudah di basahi dengan alkohol. Qia reflek menari tangannya ketika kapas yang sudah tercampur alkohol itu mengenai lukanya. Rasanya begitu pedih dan menyakitkan.
"Sakit kak, enggak usah pakai alkohol. Tadi kan udah di cuci pakia air juga," ucap Qia dengan dahinya yang mengernyit karena rasa sakitnya.
Kenan pun tidak menjawab, ia pun langsung meletakkan kapasnya di tumpukan tisu yang ada di meja makan. Kemudian ia mengambil obat merah membuat Qia reflek menarik tangannya membuat obat merah itu sedikit terlempar hingga isinya mengenai wajah Kenan.
Qia meringis melihat wajah Kenan terkena obat merah walaupun tidak banyak. Ia pun segara mengambil tisu untuk mengelao wajah Kenan. Kenan membuka matanya kemudian ia memegang pergelangan tangan Qia yang tangannya sedang menghapus obat merah di wajahnya.
"Obati dulu tangan kamu," ucap Kenan mendongakkan kepalanya untuk menatap Qia.
"Tangan kanan ku enggak kenapa-napa, jadi kakak kalau mau obatin, ya obtain," ucap Qia seraya menatap Kenan.
Kenan pun meraih tangan Qia yang terluka kemudian ia mengambil kain kasa. Ia memotong kain kasa kemudian melipatnya, kain kasa yang di lipat itu ia gunakan untuk menutupi lukanya. Jika menggunakan kapas, kapasanya akan menempel di kapas. Jadi, ia melipat kain kasa dan meletakkan di atas luka setelah itu ia membebat lukanya dengan kain kasa.
Qia yang fokus mebersihkan obat merah di wajah suaminya tidak menyadari jika tangannya sudah di bebat oleh Kenan. Kenan kini sudah selesai mengobati tangan Qia dan Qia pun melihat tangannya. "Kak Ken, ini apa-apaan?" tanya Qia menatap nanar tangannya yang di bebat habis oleh Kenan.
Bagai mana tidak Qia langsung menatap nanar tangannya jika satu tangannya di perban oleh Kenan. Yang terluka hanya jari telunjuknya. Namun, bisa-bisanya Kenan membalut seluruh telapak tangannya dengan kain kasa.
Kenan dengan santainya berjalan ke dapur kemudian meletakkan kotak obatnya di dalam lemari yang berisi gula, teh dan kopi. Ia benar-benar tidak merasa bersalah dengan apa yang sudah ia lakukan.
TBC…
YO YO YO GUYS… GIMANA PART INI.
DUDUDUDDU… YUKSLAH BANYAKIN KOMENT N POWER STONENYA YA GUYS…