Menikah dengan Mantan

Bab 177 \"CUMI ASIN\"



Bab 177 \"CUMI ASIN\"

HAI HULA HULA…     

MAAF JUGA TYPO MASIH BETEBARAN.     

HAPPY READING….     

Sampai di appartement Raka langsung menjatuhkan tubunya di atas sofa ruang televise. Chika keluar menggenakan kaos Raka berwarna hitam dan celana pendek Raka. Chika sebenarnya memiliki pakaian, tetapi entah kenapa ia lebih suka memakai pakaian Raka.     

Chika berjalan menghampiri Raka kemudian duduk di sebelah Raka. "Capek banget, banyak kerjaan ya?" tanya Chika seraya meletakkan handuk untuk mengeringkan rambutnya yang basah di atas meja.     

"Hum," jawab Raka singkat.     

"Mandi gih, biar seger badannya. Habis itu makan, aku tadi masakin makanan kesukaan kamu," ucap Chika membuat Raka langsung membuka matanya kemudian menatap Chika.     

"Kamu masak cumi asin?" tanya Raka yang kini sudah menegakkan tubuhnya.     

"Iya. Jadi, buruan mandi habis itu kita makan malam bareng," ucap Chika seraya tersenyum.     

Raka kembali merebahkan tubuhnya, ia ingat wanita di sampingnya ini tidak bisa memasak. Bagaimana bisa ia menikmati makanan kesukaannya jika yang memasak Chika. Bisa-bisa, rasa cumi asin yang sudah asin akan semakin asin atau mungkin malah sangat b=pedas seperti terbakar.     

"Bukannya bangun, malah tidur lagi. Bangun, ish!" kesal Chika kemudian ia berdiri dan menarik pergelangan tangan Raka agar bangun.     

"Aku mengantuk," ucap Raka yang sama sekali tidak mau bangun. Ia tetap pada posisinya yang kembali menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa dengan kepalanya yang mendongak menatap langit-langit ruang televise appartementnya.     

"Pasti karena takut makan mala mini enggak enak. Tenang makanan kali ini di jamin 100 persen enak," ucap Chika dengan semangat bahkan senyuman itu terpancar di wajahnya.     

Raka membuka matanya kemudia menatap Chika yang masih tersnyum. "Ayo, bangun buruan mandi. Habis itu makan malam bersama. Laper nih, aku belum makan dari siang," ucap Chika seraya menarik-narik pergelangan tangan Raka supaya bangun.     

Raka yang mendengar Chika belum makan siang sedari siang pun menatap tidak suka. Kemudian ia mengubah pegangan tangan Chika dengan tangannya yang kini memegang pergelangan tangan Chika dan menarik Chika hingga terjatuh ke dalam pelukannya. "Raka!" pekik Chika kesal karena di tarik tiba-tiba.     

Chika akan berdiri, tetapi Raka menahan tubuh Chika dengan memeluk pinggang Chika. "Lepasin, Ka! Pegel kalau begini!" kesal Chika yang mencoba berdiri tetapi sangat sulit karena Raka yang memeluk pinggangnya hingga ia susah untuk berdiri.     

"Ka!" pekik Chika kesal kemudian Raka memindahkan posisi mereka dengan Chika yang kini terbaring di sofa tepat di bawah tubuh Raka.     

Chika menatap kesal Raka yang ada di atasnya saat ini. "Kenapa enggak makan siang?"     

"Lagi males!" jawab Chika ketus dan ia memalingkan wajahnya tidak mau menatap Raka.     

"Kenapa enggak makan siang, hum?" tanya Raka denga suara lembutnya kemudian satu tangannya yang lain bergerak untuk merapihlan helaian rambut Chika yang ada di wajahnya.     

"Lagi males makan, " jawab Chika kesal.     

"Males makan boleh, tapi inget kesehatan. Kalau kamu kurus bisa-bisa papa kamu itu enggak ngijinin kamu menikah denganku.     

"Aku akan mengancam bunuh diri lagi jika Papa melarang. Memangnya ada hak apa dia melarangku?" tanya Chika dengan nada tidak suka.     

Raka menjitak kening Chika kesal dengan pertanyaan bodohnya. Kemudian ia pun bangun dari atas tubuh Chika dan berdiri. Ia menoleh kea rah Chika. "Apa kepalamu habis terbentur sesuatu hingga kamu lupa, jika Papamu memiliki hak atas dirimu sebelum kamu resmi menikah?" tanya Raka seraya memutar malas bola matanya.     

Ia kemudian berjalan meninggalkan Chika yang mengusap keningnya. Ia pun hanya menggerutu kesal dengan ucapan Raka padanya. Ia tidak lupa jika papanya memiliki hak atas dirinya. Tapi, semenjak papanya lebih mempercayai wanita jal*** itu bagi Chika papanya itu hanya sekedar papa dalam kertas yang ada di akta kelahirannya dan juga kartu keluarga. Selebihnya, dia bukanlah siapa-siapa.     

Chika kemudian mengambil handuk yang tadi ia pakai sehabis mengeringkan rambutnya. Ia berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah jemuran untuk menjemur handuknya. Selesai menjemur handuknya, ia pergi kekamar untuk mengambilkan pakaian Raka dan ia letakkan di atas tempat tidur.     

Ia berjalan ke arha meja rias untuk mengeringkan rambutnya dengan hairdryer. Chika memutar musik di handphonenya kemudian mulai mengeringkan rambutnya dengan hairdryer. Sekitar 20 menit, Raka keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk yang di lilitkan di pinggangnya. Tubuh kekar dan perut sixpax dangan air yang mengalir karena rambutnya yang belum di keringkan mengalir di sela-sela perut sixpacknya.     

Chika yang sedang duduk di tempat tidur seraya menyandarkan tubuhnya di sandaran tempat tidur sekitika tersipu malu ketika matanya tidak snegaja melihat tubuh putih kekar milik Raka. Padahak, ia sudah sering melihat tubuh Raka yang bahkan tanpa sehelai benangpun menutupi tubuhnya.'     

Namun, rasanya masih malu melihat tubuh Raka seperti itu ketika mereka tidak melakukan aktifitas ranjang. Raka tidak mempedulikan Chika yang sedang tersipu malu, ia tanpa malu berganti pakaian di hadapan Chika. Apalagi ketika memakai celana dalam Raka benar-benar berdiri di hadapan Chika membuat Chika memekik kesal. "Ya, Raka! Kamu bisa pakai di kamar mand, kan?" tanya Chika kesal tanpa menatap Raka karena ia takut melihat milik Raka lagi. Karena tado ia sempat melihat sekilas ketika Raka mengenakan pakaian dalamnya.     

"Ck! Kayak perawan aja. Lihat aku telanjang sok-sok jual mahal. Udah di patok mah langsung desah keenakan!" cibir Raka kemudian ia berjalan ke arah gantungan handuk basah yang ada di dekat pintu masuk kamar mandi.     

"Tech!" ucap Chika seraya memutar malas bola matanya mendengar cibiran dari Raka.     

Ia kemudian berdiri dari dudunya yang sedang mengecek e-mail masuk ke e-mailnya. Raka sudah keluar dari kamar dan Chika pun juga ikut keluar dari kamar. Chika segera berdiri di samping Raka yang akan duduk. Ia pun dengan sigap mengambil piring yanga ada di hadapan Raka kemudian mengisinya dengan nasi dan lauk pauk.     

Ada sayur asem dan juga cumi asin sebagai makan malam hari ini, juga ada tahu dan tempe goreng. "Udah, jangan banyak-banyak," ucap Raka ketika Chika akan mengambilkan cumi asin.     

Chika kemudian memberikan piring yang sudah terisi lauk pauk dan sayurnya itu pada Raka. Chika pun mengambil piring dan mulai mengisi piringnya dengan sayur dan lauk pauknya. Raka mengernyitkan dahinya ketika memakan masakan Chika.     

"Ini kamu yang masak?" tanya Raka memicingkan matanya menatap Chika. Rasa masakannya pas walau masih sedikit berantakan tetapi cukup enak untuk dimakan.     

Chika tersenyum seraya menatap Raka, "Iya, dong!" jawabnya penuh percaya diri. Sedangkan Raka menatap Chika tidak percaya dengan jawaban Chika     

TBC…     

YO YO YO GUYS… GIMANA PART INI.     

DUDUDUDDU… YUKSLAH BANYAKIN KOMENT N POWER STONENYA YA GUYS…     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.