Bab 175 \"MISSING YOU (ABI BAGASKARA)\"
Bab 175 \"MISSING YOU (ABI BAGASKARA)\"
MAAF YA… TYPO MASIH BETEBARAN
HAPPY READING…
Qia perlahan membuka matanya. Ia mendudukkan tubuhnya seraya memegangi kepalanya yang berdenyut nyeri. Kilasan potongan kecelakaan yang memgalami kecelakaan bersama Kenan sewaktu dirinya sedang di antarkan ke bandara mengalami kecelakaan.
Sebuah mobil tiba-tiba menabrak sisi mobil yang yang tumpangi hingga mobil seperti terlempar dan tubuhnya ikut terguncang. Tangannya juga ia merasa terantuk benda yang cukup kuat.
Qia langsung menatap tubuhnya yang tidak apa-apq sama sekali. Kemudian ia langsung melihat ke sekelilingnya. Sepi, tidak ada orang sama sekali. "Kak Ken!" panggil Qia yang mulai panik.
Ia takut di tinggalkan lagi. Qia menggeleng kuat, "Enggak! Kak Ken!" panggil Qia dengan suara yang lebih meninggi hingga pinti ruangan dokter itu pun terbuka dengan kasar.
Kenan dan juga Raka segera masuk dan menghampiri Qia. "Qi, ada apa?" tanya Kenan dengan wajah khawatir.
Qia sempat terdiam melihat Kenan yang sudah tidak apa-apa. Bahlan wajah Kenan begitu khawatir. Tanpa aba-ana Qia langsung memeluk tubuh Kenan erat membuat Kenan terkejut.
Tidak lama suara isak tangis keluar dari bibir Qia. "Qi," panggil Kenan dengan nada suara khawatir.
Raka memilih keluar dari ruangan dari pada dia menjadi kesal. Apalagi melihat Qia seperti itu entah kenapa dirinya sangat tidak menyukai itu. Rasanya ia ingin bertanya kenapa Qia menangis seperti itu. Namun, itu tidak mungkin ia lakukan karena siapa dirinya hingga bertanya seperti itu.
Ia sendiri tidak tahu kenapa bisa bersikap sperti ini pada Qia. Ia yang seharusnya membenci Qia karena sudah merebut Kenan dari dirinya. Namun apa yang terjadi setiap kali berhadapan dengan Qia, ia seperti tidak bisa marah pada Qia.
Bahkan ketika pertama kali dirinya bertemu dengan Qia, ia selalu ingin dekat dengan Qia. Ia pikir ia sudah jatuh cinta pada Qia, tetapi sepertinya tidak. Ia tidak begitu menginginkan Qia bersamanya. Namun, setiap kali Qia menangis, setiap kali Qia sedang tidak baik-baik saja rasanya ia ingin mengangkat semua beban Qia.
Ia sendiri tidak tahu kenapa ia bisa merasakan hal seperti ini. Yang ia pikirkan awalanya adalah ia jatuh cinta pada Qia. Namun, seiiring berjalannya waktu ia menyadari bahwa ia tidak mencintai Qia. Karena melihat Qia tersenyum saja ia senang, tetapi ketika Qia sedih rasanya ia ingin menghajar orang yang sudah membuat Qia sedih.
Selagi Raka duduk di kursi tunggu, Qia masih menangis di dalam pelukan Kenan. Kenan pun hanya menepuk punggung Qia dengan pelan supaya Qia bisa lebih tenang. Setelah Qia lebih tenang dan sudah tidak menangis lagi, Kenan perlahan mengurai pelukannya pada Qia.
Kedua tangan Kenan kini terulur untuk menangkup ke dua pipi Qia. Ibu jarinya dengan lembut mengusap pipi Qia yang basah dengan air mata. "Kenapa menangis hum?" tanya Kenan dengan suara lembutnya dan tubuhnya yang tadi sedikit membungkuk agar wajahnya bisa sejajar dengan wajah Qia.
"Aku pikir kakak pergi ninggalin ak," ucap Qia denga matanya berkaca-kaca.
Deg…
Tiba-tiba jantung Kenan terasa seperti di timpa oleh bebatuan yang berat. Perkataan Qia cukup membuat jantungnya menjadii begitu sesak. "Kenapa kamu berkata seperti itu? Siapa yanga akan meninggalkan kamu, aku enggak akan meninggalkan kamu lagi," ucap Kenan dengan sura lembutnya seraya satu tangannya membelai pipi Qia dengan lembut.
"Kecelakaan kemarin, aku takut kakak pergi ninggalin Qia sendiri sama seperti papa, mama dan Kak Nathan. Qia enggak mau kakak ikut ninggalin Qia seperti mereka," ucap Qia dan air matanya mulai kembali keluar dari pelupuk matanya.
Ia tadi sungguh takut jika Kenan tidak selamat dalam kecelakaan yang mereka alami. Ia benar-benar takut jika hal buruk itu kembali terjadi. Qia berpikir seperti itu karena kecelakaan yang ia alami sepertinya begitu parah hingga Qia berpikir seperti itu.
"Udah, jangan nangis lagi. Aku tidak terluka sama sekali. Jadi kamu jangan nangis lagi, hum," ucap Kenan dengan suara lembutnya dan kedua tangannya bergerak untuk menghapur air mata Qia yang kembali membasahi pipinya.
Qia pun menghentikan tangisannya walau isak tangisnya itu masih terdengar. Kini ,ata mereka berdua saling beradu dan mereka hanya terdiam menatap lawannya satu sama lain. "terimakasih kak," ucap Qia dengan tatapan lurus menatap tepat di kedua manik mata Kenan dengan serius.
"Terimakasih untuk apa?" tanya Kenan bingung.
Apa yang harusdi terimakasihkan, dirinya saja tidak melakukan hal-hal berarti. "Terimakasih karena kakak masih berada di sini tidak meninggalkan Qia," ucap Qia begitu tulus.
Kenan diam, lidahnya kelu mendengar ucapan Qia yang begitu tulus mengucapkan terimakasih. Tidak tahu harus mengatakan hal apa untuk membalas perkataan Qia. Karena kondisi Qia sudah baik-baik saja, Qia dan Kenan pun keluar dari ruang dokter umum. Ketika Kenan membuka pintu, seseorang dari luar pun membuka pintu membuat Kenan dan Qia terjengkang kebelakang karena ada dorongan lain dari luar.
Orang yang membuka pintu cukup terkejut karena Kenan dan Qia terjatuh. Si dokter yang ternyata masuk ke rungan. Ia pun segera membantu Qia untuk berdiri sedangkan Kenan sudah bangun sendiri. "Anda tidak apa-apa?" tanya si dokter itu ketika Qia sudah berdiri.
Qia pun langsung menatap si dokter dan berniat memarahi si dokter. Namun, ucapannya tertelan begitu saja ketika melihat siapa yang ada di hadapannya. "Abi Bagaskara?" tanya Qia dengan matanya yang lekat menatap si dokter.
"Ah," dokter itu menjadi salah tingkah dan ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Ka—kakak bener Abi Bagaskara?" tanya Qia dengan suara tergagap.
Kenan yang melihat tingkah Qia menatap tidak suka. Ia pun segera menarik Qia kebelakang tubuhnya membuat Qia menjadi kesal. Qia benar-benar tidak menyangak bisa bertemu dengan Abi Bagaskara, seorang penyanyi, penulis lagu serta seorang Komposer. Qia dulu sangat menyukai lagu-lagu ciptaan Abi.
Lagu-lagu Abi sungguh membuat Qia merasa tenang walau liriknya begitu sedih. Apalagi lagu ciptaan Abi yang berjudul Missing you yang begitu pas dengan perasaannya saat itu.
My Life is incomplete it's missing you.
Sehari ini kulewati tanpamu,
Ku tak bisa jika tidak merindukan dirimu.
Setiap langkahku akan selalu mengingat kamu.
Karena kamu alasanku untuk bertahan…
Aku merindukan dirimu di sampingku kasih
Aku merindukan dirimu yang hangat memeluk tubuku
Aku merindukan dirimu disampingku… kasih.
Karena dirimu lah hidupku menjadi lebih indah.
Aku merasa hampa tanpa hadirmu di sini
Tapi rindu ini selalu mengisi hati ini yang terasa hampa.
Ku ingin berhenti merindukanmu,
Tapi aku tidak bisa melakukannya
Karena rindu ini sudah menyatu denganku hatiku.
Itulah lirik lagu yang dari lagu Missing You. Lirik itu begitu pas untuknya yang merindukan keluargany dan juga kehadiran Kenan. Masih banyak lagu-lagu yang Abi ciptakan dan lagu itu yang menjadi penenang diri Qia ketika Qia sedang bersedih.
"Kak Abi, boleh minta foto bareng?" tanya Qia begitu antusia dari balik punggung Kenan yang menatap tajam ke arah Abi.
Abi tersenyum canggung, apalagi ia melihat tatapan tidak suka dari Kenan. Ia mengerti, pasti Kenan tidak meyukai istrinya seperti itu padanya. Abi sendiri tidak menyangka jika masih ada orang yang mengenalinya. Karena bisa dibilang dirinya sudah lama fakum dari dunia hiburan semenjang ia menikah.
Ia tidak mau membuat istrinya cemburu ketika ia sedang berada di panggung. Walau dia tidak lagi menjadi seorang penyanyi, kegiatannya tidak bisa lepas dari yang namanya musik. Orang tuanya memiliki rumah produksi musik tentu saja dia tidak bisa lepas begitu saja dengan dunia musik.
Ia sekarang menjadi produser musik dan menciptakan lagu-lagu untuk para artis yang bernaung di perusahaan orang tuanya. Istrinya juga sebenarnya sudah melarangnya untuk membuat lagu-lagu seperti itu. Hanya saja, keluarganya adalah keluarga pemusik dan dirinya sudah berkuliah mengambil jurusan yang jauh dari dunia musik. Jadi, sebagai anak laki-laki satu-satunya ia hanya bisa membantu orang tuanya sperti ini.
Istrinya tidak ingin Abi membuat musik-musik seperti itu karena musik seperti itu tidak baik. Istrinya itu seorang anak pondok yang agamanya begitu baik. Apalagi semenjka menikah istrinya itu semakin menjadi pribadi yang lebih agamis lagi. Berbeda dengan dirinya yang sholat saja terkadang masih harus di teriyaki dulu oleh istrinya.
Putri kecilnya yang berusia dua tahun yang terkadang ikut memarahinya dengan bahasa anak kecilnya. Persis sekali dengan istrinya jika sedang mengomel dan Abi hanya diam saja dengan omelan istrinya dan juga putri kecilnya.
"Kak Abi, bolehkah?" tanya Qia menyadarkan lamunan Abi.
"Ah, iya boleh," ucap Abi seraya tersenyum.
"Enggak boleh!" tegas Kenan yang kini menatap Qia dengan tatapan marahnya.
"Ish, kak. Kak Abi ini penyanyi favoritku. Plis, boleh ya… Kan ada kakak… Enggak ngapa-ngapain loh. Apalagi kak Abi udah punya anak istri. Ya, ya boleh ya," ucap Qia dengan wajah memelas.
"Udah, Ken. Cuma foto aja, enggak sampai ngapa-ngapain," ucap Raka yang tib-tiba sudah berda di depan ambang pintu.
Kenan langsung menoleh ke arah Raka dan menatap Raka tidak suka. "Uh, Abang memang yang terbaik," ucap Qia seraya mengangkat satu ibu jarinya ke atas.
Satu ibu jarinya yang lain tidak bisa terangkat karena Kenan yang masih memegang pergelangan tangannya.
"Enggak ada ya Qi!" tegas Kenan menatap Qia dengan tatapan marahnya.
Qia memanyunkan bibirnya mendengar bentakan Kenan. Abi sudah merasa tidak enak dengan keadaan saat ini. Kenan sepertinya orang yang pencemburu, ia tahu bagaimana di posisi Kenan dan bagaimana di posisi Qia karena istrinya adalah orang yang pencemburu.
Dan dirinya juga lelaki pencemburu apalagi jika ada pria yang mendekati istrinya karena satu frekuensi jika sudah membahas masalah agama. Dia benar-benar kesal bukan main jika istrinya begitu ramah dengan orang seperti itu.
Abi pun kemudian berjalan kea rah meja kerjanya. Ia membuka laci kerjanya, mungkin saja ada seuatu yang bisa ia berikan pada Qia. Abi tersenyum menemukan gelas mug yang di berikan oleh salah satu penggemarnya. Gelas mug itu berwarna hitam, tetapi jika terkena air panas, mug itu akan muncul foto Abi. Ia belum sempat membawa pulang beberapa hadiah dari para fansnya yang sengaja menjadi pasiennya.
Abi kemudian mengambil spidol permanen untuk menandatangani mug itu. Ia mengira-ngira saja letaknya supaya tanda tangannya tidak mengenai foto yang ada di dalam gelas. Ia kembali meletakkan gelasnya ke dalam wadahnya kemdia berjalan ke arah Qia.
"Mungkin ini bisa jadi pengganti foto bersama," uap Abi seraya mengulurkan papper bag kea rah Kenan.
"Kak, Ken… boleh ya," ucap Qia dengan puppy eyesnya. "Kan, enggak foto loh…" ucap Qia lagi karena Kenan hanya diam saja.
Tanpa berucap apa-apa Kenan langsung mengambil papperbag itu dari tangan Abi. Abi tersenyum begitu pun dengan Qia yang juga tersnyum sampai tidak sadar ia sudah mengalungkan tangannya di leher Kenan kemudian ia berjinjit dan memberi kecupan berkali-kali di pipi Kenan dengan senyuman bahagia.
TBC…
YO YO YO… GIMANA GUYS.. PART INI… BTW ADAKAH YANG LANGSUNG SERCH LAGUNYA. WKWKWKW… PLISS… JANGAN SERCH, ITU MURNI IMAJINASI AKU GUYS… WKWKWK… CURHAT DIKIT YA… JADI SEBELUM NULIS AKU DULU SERING BUAT LAGU ASAL TAPI ENGGAK PAKAI ALAT MUSIK, JADI IRAMANYA NGASAL. AKU ENGGAK BISA MAIN ALAT MUSIK, JADI NGASAL AJA IRAMANYA. WKWKWKW…
SETELAH SEKIAN LAMA, AKHIRNYA ADA LAGU BARU YANG TERCIPTA DI SINI. WKWKWKW…
YUKSLAH, BANYAKIN KOMENT POWER STONENYA JANGAN LUPA YA GUYS… WEHEHEH…