Menikah dengan Mantan

Bab 173 \"BROTHERSHIP\"



Bab 173 \"BROTHERSHIP\"

HAI… HULA HULA GUYS… APA KABAR HARI INI?     

HAYO… GIMANA PART SEBELUMNYA? KENAPA BEGITU MENGGEMASKAN YA RAKA DAN KENAN. WKWKWKW     

MAAF YA GUYS… TYPO BETEBARAN..     

HAPPY READING…     

Raka memperpendek jaraknya dengan Kenan membuat Kenan kini menolehkan kepalanya dan wajah mereka begitu dekat hingga mereka bisa merasakan hembusan napas hangat lawan mereka. Raka semakin mempertipis jarak mereka dan kini bibir mereka berdua sudah saling bertemu. Raka mulai menggerakkan bibirnya dan Kenan pun langsung menarik pinggang Raka hingga kini tubuh Kenan sudah terbaring di atas sofa dan Raka berada di bawahnya.     

Kepala mereka secara bergantian miring ke kanan dan kekiri untuk melumat bibir lawannya. Seperti sebuah candu yang begitu memabukkan. Raka dan Kenan saling melumat bibir lawan mereka. Decapan kasar itu terdengar memenuhi ruangan itu walau tidak begitu. Pintu ruangan Kenan pun sudah terkunci rapat.     

Mereka berdua melepaskan ciuman mereka untuk mengambil napas. Mereka berdua saling berpandangan dan akhirnya tertawa dengan perlakuan mereka. "Apa kita bisa melakukannya?" tanya Raka yang masih berada di atas tubuh Kenan.     

"Memangnya kamu tidak ada pekerjaan?"     

"Tenang, ada Qia," jawab Raka santai sedangkan Kenan sudah mengerutkan dahinya.     

"Dia perlu banyak pekerjaan supaya dia tidak gila, hahaha…" ucap Raka kemudian tertawa.     

"Dia tidak gila!" protes Kenan tidak suka.     

Raka kemudian bangun dari atas tubuh Kenan. "Bukankah dokter sendiri mengatakan jika itu adalah gangguan kejiwaan jika dirinya terus menciba bunuh diri?" taya Raka yang raut wajahnya tidak suka mendengar protes Kenan.     

"Iya, tapi dia tidak benar-benar gila!" ucap Kenan kemudian bangun dari tidurannya. Ia pun menatap Raka dan mereka berdua hanya saling menatap tanpa berbicara satu kata pun.     

"Ah, sepertinya aku harus pulang. Tidak ada yang perlu di bicarakan lagi," ucap Raka dan berdiri dari duduknya.     

Kenan memegang pergelangan tangan Raka membuat Raka menoleh kea rah Kenan dengan malas. "Ada apa?" tanya Raka malas.     

"Apa kamu ingin pulang begitu saja? Kita sudah lama tidak berbicara. Baru beberapa hari ini kita bisa berbicara karena pekerjaan kita yang menumpuk."     

"Selesaikan pekerjaanmu supaya kita bisa meninjau lokasi di Australia," ucap Raka seraya tersenyum menatap Kenan.     

Kenan memicingkan matanya mencoba mengerti maksud Raka di balik senyuman itu. "Aku pulang," ucap Raka kemudian melangkahkan kakinya untuk pergi.     

"Ka, tunggu!" panggil Kenan yang sudah berdiri dan Raka pun sudah membalikkan tubuhnya untuk menatap Kenan. Satu alisnya terangkat ke atas bermaksud bertanya kenapa Kenan memanggilnya.     

"Ada yang ingin ku tanyakan padamu," ucap Kenan dengan wajahnya yang ragu.     

"Tanya apa?" tanya Raka mengernyitkan dahinya.     

"Kemarilah," ucap Kenan yang kini sudha kembali duduk di sofa.     

"Katakan saja," ucap Raka yang masih berdiri di tempatnya.     

"Kemarilah, jangan berdiri di situ," ucap Kenan.     

Dengan malas Raka pun berjalan kembali ke sofa dan duduk di samping Kenan. "Ada apa?" tanya Raka malas.     

"Aku—" Kenan ragu ingin bertanya. Ia takut jika perkataannya akan membuat Raka malah marah.     

"Kenapa?" tanya Raka penasaran karena Kenan malah menghentikan ucapannya.     

"Apa kau akan mengajak Qia ke Autralia?" tanya Raka yang menebak hal apa yang membuat Kenan sampai terdiam tanpa berkata lagi. Padahal dirinya sudah bertanya tetapi Kenan diam.     

"Bukan itu," ucap Kenan cepat menolak pemikiran Kenan tentang dirinya yang akan membawa Qia ke Autralia. Ia sama sekali tidak berpikir untuk membawa Qia dalam urusan pekerjaan. Ia takut malah Qia akan bosan dan mudah untuk mengalami stress.     

"Terus apa?" tanya Raka memicingkan matanya.     

"Hum.. kamu kan berpengalaman dengan wanita," ucap Kenan dengan ragu.     

Raka diam menunggu Kenan kembali melanjutkan perkataannya. "Bagaimana membuat wanita luluh jika ia sedang marah?" tanya Kenan kemudian ia menundukkan kepalanya dengan kedua tangannya saling bertaut. Ia takut pertanyaannya membuat Raka marah.     

"Apa Qia sedang marah?" tanya Raka.     

"Mood dia sering tidak baik dan itu tidak baik untuk membuatnya percaya padaku" ucap Kenan seraya menatap Raka.     

"Cukup berbicara lembut dan bersikap lembut. Seperti yang biasa aku lakukan," ucap Raka kemudian tangannya terulur untuk membelai wajah Kenan.     

"Seperti ini," ucapnya dengan suara lembut dan tatapan mata yang tertuju tepat ke mata Kenan.     

"Wanita suka jika di ajak berbicara dengan suara lembut dan ketika berbicara di tatap matanya dengan begitu dalam," ucap Raka seraya menatap Kenan.     

Tangannya bergerak ke arah tengkuk Kenan kemudian ia menarik tengkuk Kenan dengan wajahnya yang juga mendekat ke wajah Kenan. Ketika bibir mereka akan bersentuhan, Kenan segera mendorong tubuh Raka.     

"Aku tidak ingin sampai ke ranjang," ucap Kenan membuat Raka mengernyitkan dahinya.     

"Kenanpa?"     

"Menjijikkan," ucap Kenan bergidik mengingat ia harus berhubungan dengan Qia.     

Raka tertawa mendengarkan ucapan Kenan, entahlah kenapa bisa ia bersikap manis di depan Qia tetapi dia berkata menjijikkan seperti ini. Apakah Kenan salah makan sampai-sampai berkata jijik sedangkan prilakunya kepada Qia apakah sama sekali tidak menjijikkan?     

Sementara Raka tertawa Kenan menatap kesal Raka yang sepertinya mengejek. "Apa ada yang salah?" tanya Kenan sarkatis.     

"Kau bilang menjijikkan, terus bagaiaman dengan sikapmu pada Qia? Apa itu tidak menjijikkan sama sekali?" tanya Raka dan kembali tertawa.     

Entahlah, kenapa Raka malah tertawa bukan cemburu. Mungkin ia merasa aneh saja Kenan yang berkata menjijikkan. Setelah mengatakan beberapa hal bagaimana menaklukan wanita yang sedang marah. Mereka seperti seorang sahabat yang berbagi pengalaman tentang masalah menghadapi wanita yang sedang marah.     

Melihat hubungan Kenan dan Raka yang seperti ini lebih enak. Entah apa yang akan terjadi berikutnya dengan hubungan mereka berdua. Padahal hubungan mereka bisa menjadi hubungan persahabatan atau keluarga karena mereka berdua anak tunggal jadi apa salahnya jika mereka berdua bisa menjadi seorang kakak beradik.     

Namun, semua kembali ke diri Raka dan Kenan, hanya mereka yang nantinya bisa memutuskan hubungan seperti apa kedepannya. Apalagi Kenan sudah memiliki Qia dan Raka sendiri akan menikah dengan Chika.     

Kenan memperhatikan Qia yang sedang berjalan ke meja makan dan ia pun mengikuti Qia yang berjalan ke meja makan untuk meletakkan sayur dan lauk pauknya. Kenan kemudian duduk di kursi yang biasa ia duduki menunggu Qia duduk di kursi meja makan. Kini Qia mengambil piring di hadapan Kenan dan mengisinya dengan nasi dan lauk pauknya.     

Ia juga mengisi piringnya dengan nasi dan lauk pauknya. Setelh itu ia duduk dan mulai menyantap makanannya. Kenan terus memperhatikan Qia yang tidak berekspresi sama sekali memakan makanannya. Kenan juga menikmati makan malamnya begitu saja seray aterus menatap ke arah Qia.     

TBC….     

YO YO YO GUYS… GIMANA-GIMANA PART INI.     

ADAKAH YANG PINGIN SANTETONLINE KENAN? WKWKWK… BILANG JIJIK TAPI ITU BIBIR SUKA NYOSOR SEMBARANG KE BIBIRNYA QIA… WAH KENAN MINTA DI RUQYAH YA GUYS… WKWKWK…     

HAYUKLAH CUZ, KOMENT YANG BANYAK DAN JANGAN LUPA POWER STONENYA YA GUYS…     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.