Menikah dengan Mantan

Bab 171 \"TERJERAT HUBUNGAN SIMBIOSIS MUTUALISME\"



Bab 171 \"TERJERAT HUBUNGAN SIMBIOSIS MUTUALISME\"

YUHUU.. HAI HULA HULA….     

MAAF YA… TYPO MASIH BETEBARAN. WEEHEHEHE…     

HAPPY READING….     

MAAF YA GUYS.. AKU LAKUIN INI LAGI...     

Raka mendongakkan kepalanya untuk menatap Chika yang sedang melihat masakannya. "Hum, baru saja selesai," jawab Raka kemudian ia membalikkan badannya untuk berjalan meletakkan alat masaknya ke tempat cucian piring.     

"Kamu bawa masakannya ke meja makan Chik," ucap Raka tanpa melihat kea rah Chika karena ia sedang membersihkan alat masak.     

"Biar aku yang cuci, kamu lebih baik mandi saja Ka," ucap Chika seraya berjalan masuk ke dapur untuk mengambil sayuran yang sudah masak tadi.     

"Udah sekalian aja," jawab Raka yang masih mencuci peralatan masaknya.     

Chika yang sudah meletakkan sayura ke meja makan kini berjalan ke arah Raka kemudian ia berdiri di sebelah Raka. "Biar aku bantu," ucap Chika membuat Raka sedikit menggeser tubuhnya.     

Mereka pun mencuci bersama, "maaf ya," ucap Chika tiba-tiba.     

"Maaf untuk?" tanya Raka seraya menatap Chika kemudian ia kembali fokus dengan cuciannya.     

"Maaf, masakanku enggak enak. Sampai-sampai kamu pulang kerja harus masak lagi. Aku memang enggk becus di suruh masak," ucap Chika dengan suara sedihnya kemudian ia memnundukkan kepalanya.     

Raka membilas tangannya dengan air, satu tangannya terulur untuk mengusap puncak kepala Chika membuat sang empunya kini mendongak untuk menatap Raka.     

"Enggak perlu susah-susah untuk masak. Jaman sekarang udah ada pembantu, lagi pula ada uang kenapa enggak suruh orang aja untuk masak, hum?" tanya Raka seraya tersenyum.     

"Kamu bisa masak, masa aku enggak bisa masak. Aku mau bisa masak juga, supaya kamu bisa merasakan masakan buatanku," ucap Chika seraya menatap Raka.     

Raka tersenyum kemudian ia mengusap lagi kepala Chika. "Nanti juga kamu bisa masak, semua butuh proses. Jadi, kamu enggak perlu minta maaf, hum," ucap Raka seraya tersenyum dan kata-katanya yang lembut.     

Ah, si perayu ulung beraksi. Mulut manis dan perlakuan manis Raka ini sungguh membuat wanita luluh seperti halnya Chika. Chika yang sebenarnya tidak begitu yakin dengan dirinya sendiri, karena banyak pria yang dekat dengannya yang awalnya dekat dengan Scarlett ketika mereka mengetahui jika Scarlett adalah Chika yang artinya ia memiliki kepribadian ganda membuat mereka menjauh.     

Tidak seprti Raka yang tetap berada di sampingnya, bahkan ketika Chika meminta bantuannya untuk menghentikan Scarlett Raka pun mau. Tidak seperti pria-pria di luar sana yang langsung pergi begitu saja tanpa berkata apa-apa.     

Chika merasa bahwa Raka-lah orangnya, tetapi ketika ia tersadar dari sebuah kenyataan. Ia pun seperti berharap setinggi langit dan terhempaskan ke bumi begitu saja. Karena pada kenyataannya dirinya dan Raka hanya memiliki hubungan simbiosis mutualisme untuk saling menguntungkan.     

"Aku akan menjadi istrimu, seharusnya aku bisa membuat masakan untukmu," ucap Chika sedih.     

Ya, Raka akan menjadikan Chika istrinya untuk membawa Chika keluar dari sarang laknat itu. Papa Chika tentu saja menolak karena Alura yang masih mencintai Raka dan juga ia tidak mau Chika menikah dengan pria seperti Raka.     

Namun, Chika tiba-tiba mengarahkan pisau kea rah lehernya. "Akan aku akhiri hidup Chika jika kamu tidak mengizinkan Chika menikah dengan Raka!" ucap Chika yang seolah-olah dirinya Scarlett.     

Entah keberanian dari mana hingga ia mengangkat sebuah pisau dan ia arahkan ke lehernya. "Coba saja jika kamu berani!" tantang Hartono—papa Chika menatap tajam ke arah Chika.     

Chika pun mengarahkan pisaunya untuk melukai lehernya dan darah pun keluar dari lehernya. Belum terlalu dalam karena itu hanya goresan kecil hingga Hartono percaya dan mengizinkan Chika menikah dengan Raka. Raka pun membawa Chika untuk tinggal bersamanya walau awalanya ada penolakan tetapi Hartono menyetujui tentu saja karena Chika yang mengancam lagi.     

Disinilah Chika sekarang tinggal bersama Raka di appartement Raka. Chika sama sekali tidak mengetahui maksud dari Raka awalnya. Namun, ketika Raka menceritakan jika dia akan menikahinya hanya ingin seorang anak saja. Setelah mereka menikah, ia akan mengurus anaknya dan mereka akan bercerai.     

Setidaknya dengan menikah Chika bisa terbebas dari keluarganya. Setelah mereka nantinya bercerai appartement ini akan menajadi milik Chika sedangkan Raka kemungkinan akan kembali Jerman atau membeli sebuah rumah untuk ia tinggali bersama anaknya kelak.     

Hubungan mereka hanya terjebak ke hubungan simbiosis mutualisme saja tidak ada yang lebih dari itu. Awalanya terjebak menjadi sepasang kekasih simbisosi mutualisme, sekarang mereka terjebak kehubungan pernikahan simbiosis mutualisme.     

Chika kemudian melanutkan membersihkan cucian bekas peralatan masaknya dan Raka pergi ke kamar untuk membersihkan tubuhnya. Sekitar 20 menit lebih Raka sudah kembaloi dengan pakaian kaos lengan pendek tidak berkerah berwarna merah dan terdapat tulisan di bagian depannya berwarna hitam. Ia pun memakai celana jens prndek selutut berwarna hitam.     

Chika sudah duduk di meja makan dengan kedua tangan di atas meja seperti anak kecil menunggu orang tuanya di meja makan. Wajah Chika terlihat polos apalagi ia tersenyum seperti itu. Benar-benar terlihat seperti wajah anak-anak polos.     

Padahal Chika itu polos banget, iya benar-benar polos kalau di ranjang tanpa sehelai benang yang menutupi tubuhnya. Aka tertawa dalam hati memikirkan pemikiran bodohnya itu. Bisa-bisanya ia membandingkan wajah polos dengan tubuh polos.     

Ah, rasanya si pedangnya yang tumpul itu ingin di masukkan ke dalam sarungnya. Di dalam sarung pedang miliknya pedangnya itu meronta ingin di keluarkan. Raka menarik kursi yang berada tepat di samping Chika. Chika pun dengan sigap langsung mengambil piring di hadapan Raka kemudian mengisinya dengann nasi dan lauk pauk.     

"Terimakasih," ucap Raka seraya tersenyum menatap Chika dan tangannya terulur untuk menerima piring yang Chika sodorkan ke arahnya.     

Chika pun tersenyum, kemudian ia mengambil nasi dan lauk pauk untuk dirinya sendiri. "Jadi, kamu mau pernikahan seperti apa?" tanya Raka tiba-tiba.     

"Ijab Kabul saja," jawab Chika kemudian menyuapkan makanannya ke dalam mulutnya. Rasa masakan yang takarannya pas membuat Chika senang memakannya.     

"Tidak ada resepsi pernikahan?" tanya Raka amengenrnyitkan dahinya. Biasanya seorang wanita menginginkan sebuah pernikahan yang mewah. Apalagi Chika dari kalangan kelas atas, pasti ada keinginannya untuk menikah dengan pesta pernikahan yang begitu mewah.     

"Aku malas ribet. Lagi pula kita menikah hanya untuk sementara. Hubungan pernikahan simbiosis mutualisme dimana kamu membantuku ke luar dari rumah, sedangkan aku membantumu untuk mendapatkan keturunan," ucap Chika begitu sanai.     

Namun, entah kenapa jantungnya tiba-tiba terasa sakit mengatakan hal itu. Sebisa mungkin Chika tidak memperlihatkannya. Ia hanya makan saja dan tidak melihat ke arah Raka sama sekali. Raka pun menatap Chika yang hanya fokus dengan makanannya.     

TBC…     

YO YO YO… GIMANA GUYS… GIMANA NIH?     

TERNYATA RAKA MAU MENIKAH DENGAN CHIKA. HUWOOOO….     

OH NO,     

OH NO,     

OH NO!     

WKWKWKWK     

YUKSLAH BANYAKIN KOMENT DAN POWER STONENYA YA GUYS… BTW… YANG MENANG BELUM PADA HUBUNGI AKU LOH…     

HUBUNGI AKU VIA DM YA GUYS.. ATAU KALAU ENGGAK KALIAN BISA DM DI SINI. HEHEHEHE     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.