Bab 169 \"TENTANG QIA\"
Bab 169 \"TENTANG QIA\"
MAAF YA… TYPO MASIH BETEBARAN. WEEHEHEHE…
HAPPY READING….
Setelah menempuh beberapa menit perjalanan hingga sampai di appartement Qia duduk di sofa seraya mengamati sekelilingnya. Ruang televisi yang tampak begitu familiar di pandangannya. Kenan datang seraya memberikan segelas air putih pada Qia kemudian ia menjatuhkan dirinya di sofa tepat di samping Qia duduk saat ini.
"Pelan-pelan kak, duduknya!" tegur Qia seraya menatap Kenan.
"Hum," jawab Kenan malas. Kenan pun menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa dengan kepala menengadah ke atas seraya memejamkam matanya.
"Kamar ku yang mana kak?" tanya Qia masih menatap Kenan. Tangan Kenan terangkat menuju kamar yang mereka tempati.
Tanpa banyak berkata lagi, Qia meletakkan gelas yang airnya tinggal tersisa separuh ke atas meja sofa. Ia kemudian bangun dari duduknya dan berjalan ke arah kamar yang di tunjuk Kenan. Ia berjalan ke arah meja nakas sebelah tempat tidur kemudian meletakkan tas tangannya. Qi berjalan ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya sekalian mengganti pembalutnya yang rasanya sudah penuh.
Di ruang televisi kini Kenan membuka matanya dan pandangan pertamanya adalah langit-langit ruang televisi. Hembusan napas kasar itu keluar dari mulutnya. "Aku tidak bisa seperti ini terus," ucap Kenan tetapi saat ini ia tidak bisa meninggalkan Qia sendiri apalagi dokter mengatakan jika Qia berusaha untuk bunuh diri.
Kenan menegakkan tubuhnya kemudian satu tangannya terangkar memijit pangkal hidungnya karena kepalanya yang tiba-tiba berdenyut memikirkan apa yang tadi ia lihat di rumah sakit. "Siapa wanita itu? Apa dia Chika? Apa sebegitu dekatnya hubungan mereka berdua?" tanya Kenan entah pada siapa.
Ia ingat hadiah yang Raka berikan pada Qia, hadiah itu tidak hanya hadiah dari Raka tetapi juga hadiah dari Chika. Kenan terkadang bertanya-tanya ada hubungan apa Raka dan Chika, "Apa mereka berpacaran?" tanya Kenan yang lagi-lagi bertanya entah pada siapa.
Satu kesimpulan yang khirnya Kenan dapat, bahwa Chika dan Raka menjalin hubungan kekasih. Namun, baru kali ini Kenan melihat wajah Raka yang begitu khawatir pada seseorang. Ia tidak nyaman dengan raut wajah Raka yang khawatir seperti itu.
Hari-hari berlalu, Kenan mengantarkan Qia sampai ke ruangan kerjanya. Ia pun menunggu Raka sampai datang karena ia ingin mengatakan sesuatu pada Raka bukan hanya tentang Qia yang masih belum kembali mengingat dirinya yang berusia 25 tahun.
Raka datang dan sedikit terkejut ketika melihat ada Kenan dan Qia di ruangannya. Ia tidak tahu jika hari ini Qia akan masuk bekerja, karena Kenan berkata jika Qia belum tahu kapan sembuhnya. Raka menghampiri Kenan dan Qia yang sedang duduk di sofa. Kenan dan Qia pun berdiri ketika Raka sampai di kursi di dekat mereka.
"Ta, kenalin. Ini Pak Raka bos kamu di sini, seperti yang udah aku certain ke kamu," ucap Kenan dengan suara lembutnya seraya tersenyum menatap Qia. Satu tangannya ia arah kan untuk menunjuk Raka.
Tindakan Kenan barusan sukses membuat Raka terbingung hingga kernyitan di dahinya itu begitu terlihat. "Pak Raka, mohon bantuannya ya," ucap Qia seraya mengulurkan tangannya pada Raka.
"Apa yang terjadi Qi? Ada apa ini?" tanya Raka yang tidak habis pikir dengan tindakan Qia.
Apa yang sebenarnya terjadi, kenapa Qia seolah-olah menjadi orang yang baru sampai-sampai ia melakukan hal ini. "Ta, aku ingin bicara berdua dengan Raka. Bisa kamu tinggalkan kami berdua. Kamu bisa berkeliling melihat ruangan-ruangan di kantor ini," ucap Kenan dengan saura lembutnya seraya menatap Qia.
"Iya, kak," jawab Qia seraya menganggukkan kepalanya.
Qia pun pamit ke luar ruangan setelah pintu tertutup sempurna tatapan Kenan pun kini teralihkan kea rah Raka yang wajahnya penuh kebingungan. "Qia mengalami trauma yang membuat dia kembali ke usianya yang berumur 16 tahun," ucap Kenan membuat Raka mengernyitkan dahinya.
"Maksud kamu?"
Kenan pun duduk di sofa dan helaan napas itu pun terdengar di pendegaran Raka. Raka pun ikut duduk di single sofa. "Sekitar 8 sampai 9 tahun silam ketika kenaikan kelas dan aku yang berangkat ke Jerman untuk melanjutkan studyku. Qia dan keluarganya yang sedang berlibur mengalami kecelakaan. Kecelakaan itu membuat seluruh anggota kluarga Qia meninggal dan hanya Qia yang selamat."
Kenan menarik napasnya dalam-dalam dan mengeluarkannya secara perlahan. Apa sebegitu beratnya beban yang Kenan rasakan ketika menceritakan kecelakaan yang di alami Qia. Apa sebegitu berharganya keluarga Qia hingga dia seperti kesulitan untuk menceritakan kecelakaan itu.
Raka pun mulai berpikir bahwa memang ia begitu bodoh karena tidak menyadari Kenan tidak benar-benar menyukainya. "Akibat kecelakaan itu Qia takut menaiki kendaraan terutama mobil, tetapi ia berusaha untuk melawan ketakutannya walau selama kurang lebih hampir satu tahun Qia hanya mengurung diri di panti asuhan dan kondisi psikisnya itu tidak baik hingga dia sering sekali histeris."
"Akhirnya Qia sudah bisa naik mobil tetapi tidak dengan mobil pribadi ataupun taxi. Setiap ia naik ke mobil pribadi ia pasti ketakutan dan membuat traumanya itu muncul. Ketika traumanya itu kembali muncul dan ia seperti tidak tahan menanggung semuanya ingatannya pun akhirnya terhenti di usianya ketika ia mengalami kecelakaan. Penjelasan dari dokter Qia begitu tertekan hingga akhirnya ingatannya pun berhenti ketika dia megalami kecelakaan. Dan sekarang—" Kenan menundukkan kepalanya ketika ia akan mengatakan jika Qia selalu mencoba bunuh diri.
"Sekarang apa?" tanya Raka penasaran.
"Qia mengidap gangguan kejiwaan untuk melakukan bunuh diri."
"Hah! Bunuh diri? Apa sampai separah itu?"
"Dokter yang menangani Qia sendiri yang mengatakan dari gejala yang di tunjukan Qia bahwa Qia mengalami gangguan kejiwaan untuk melakukan bunuh diri. Aku sendiri pun sudah beberapa kali melihat Qia yang mencoba bunuh diri. Terkahir kemarin ketika aku bekerja dan bibi yang mengurusi rumah sedang pergi belanja Qia sudah meminum cairan pengharum pakaian. Aku enggak tahu harus bagaiman mengurus Qia. Itu sebabnya aku pun mengatakan pada Qia sebenarnya dia memiliki pekerjaan. Jadi, hari ini aku mengantarkannya kesini. Siapa tahu dengan bekerja akan membaut Qia tidak akan berusaha untuk melakukan bunuh diri."
"Sejak kapan ini terjadi?"
"Apa kamu ingat ketika kamu mengantarkan Qia ke kontrakan dan setelahnya Qia tidak masuk bekerja hingga hampir sebulan lamanya."
"Apa Qia seperti ini juga?" tanya Raka penasaran.
"Bahkan percobaan bunuh diri Qia lebih parah dari ini. Ia hampir saja menjatuhkan dirinya dari atas gedung rumah sakit dan beberpa kali menyanyat pergelangan tangannya dengan benda tajam. Walau pada akhirnya keadaannya mulai stabil seperti sekarang ini karena terus di ajak berbicara atau dia yang menyibukkan dirinya."
"Apa ini yang membuat kamu menikah dengan Qia? Selain itu, kamu juga mencintai Qia?" tanya Raka seraya menatap Kenan dengan wajahnya yang tidak dapat di artikan
Tatapan matanya seperti menunutu tetapi jug ada kesakitan di tatapannya. Kenan terdiam cukup lama hingga ketika Raka menghembuskan napasnya menyadari jika memang Kenan sudah mencintai Qia. "Aku mencintai kamu," ucap Kenan cepat seraya menatap Raka penuh keyakinan.
TBC…
YO YO YO… GIMANA GUYS… GIMANA NIH? APAKAHA RAKA DAN KENAN AKAN KEMBALI BERSAMA DAN MEMBIARKAN PASANGAN MEREKA MASING-MASING?
YUKSLAH BANYAKIN KOMENT DAN POWER STONENYA YA GUYS… BTW… YANG MENANG BELUM PADA HUBUNGI AKU LOH…
HUBUNGI AKU VIA DM YA GUYS.. ATAU KALAU ENGGAK KALIAN BISA DM DI SINI. HEHEHEHE