Menikah dengan Mantan

Bab 130 \"KEBAHAGIAAN UNTUK SEMUANYA\"



Bab 130 \"KEBAHAGIAAN UNTUK SEMUANYA\"

YUHUU… UP GUYS…     

BANYAKIN KOMENT DAN POWER STONENYA YOK GUYS…     

OH IYA… MAAF YA… KARENA TYPO MASIH BETEBARAN.     

HAPPY READING GUYS…     

Tidak terasa sudah pukul satu kurang lima menit. Dua orang MUA itu memakaikan jubah yang terbuat dari tilled, warna jubah itu lebih muda dari gaun yang Qia pakai. Jubah itu untuk menutupi pakaian Qia yang tanpa lengan. Jubah itu di buat karena Kenan yang tidak suka dengan model yang di buat mamanya. Karena waktu yang begitu singkat akhirnya designer mengusulkan untuk memakai jubah sehingga bagian dada dan lengan Qia bisa tertutup. Jubah itu begitu panjang dan lebar yang lebih besar beberapa sentimeter dengan bagian rok Qia.     

"Begini baru bagus," ucap Kenan menatap penampilan Qia. Kini taburan berlian yang menghiasi gaun Qia hingga tampak bersinar.     

Kenan mengulurkan tangannya ke depan Qia seraya tersenyum. "Kita keluar sekarang," ucap Kenan dan Qia pun segera menerima uluran tangan Kenan.     

Kenan mengaitkan tangan Qia ke lengannya dan mereka pun berjalan ke luar. Para staff WO yang sudah menunggu di depan pintu kamar mereka pun segera membantu Qia untuk mengangkat rok yang di pakainya. Bagian WO juga tidak lupa memberikan buket bunga lili putih pada Qia. Qia pun menerimanya seraya tersenyum.     

"Bunga deposito lebih menyegarkan nih, kak," ucap Qia seraya mendongakkan kepalanya untuk menatap Kenan.     

Kenan menoleh ke arah Qia yang kini sedang tersenyum dengan menampilkan giginya. "Enggak usah banyak protes," ucap Kenan kemudian menatap lurus ke depan.     

"Ih, enggak bisa becanda dikit dia, mah," gerutu Qia kesal kemudian ia menatap lurus ke depan.     

Mereka berdua mulai melangkahkan kakinya untuk memasuki lift dan berjalan menuju ballroom. Kini mereka sudah sampai di depan pintu ballroom hotel tersebut. Staff WO pun merapihkan rok Qia dan di buat lebar sehingga ketika berjalan akan terlihat indah.     

Terdengar hembusan napas berat dari bibir Qia membuat Kenan kini menoleh ke arah Qia. "Ada apa?" tanya Kenan membuat Qia menoleh. Namun hanya sebentara saja dan Qia kembali menghadap ke depan.     

Jantungnya mulai berdetak tidak karuan, kali ini karena ia takut membuat kesalahan. Telapak tangannya tanpa sadar sudah begitu dingin karena ia gugup. Kenan masih memperhatikan Qia yang wajahnya seperti ketakutan. Pintu ballroom pun di buka membuat Kenan refleks menatap ke depan dan tidak menatap Qia lagi.     

Kenan pun mulai melangkahkan kakinya bersamaan dengan Qia. Qia berusah tersenyum walau jantungnya berdegup tidak karuan. Sedangkan Kenan hanya berwajah datar saja. "Senyum, kak," ucap Qia seraya tersenyum. Perkataan Qia tentu saja bisa di dengar Kenan tetapi tidak dengan para tamu undangan.     

Namun, Kenan sepertinya tidak peduli dengan perkataan Qia membuatnya tetap berwajah datar. Kini mereka sudah naik ke atas pelaminan dan kemudian Carla, Kakek, Zevan dan Revi naik ke atas juga. Carla dan kakek berdiri di sebelah kanan di mana itu ada di sebelah Kenan. Sedangkan Revi dan Zevan ada di sebelah kiri tepat di sebelah Qia. Qia yang sudah tidak memiliki keluarga di wakilkan dengan Revi dan Zevan.     

MC pun membuka acara, acara resepsi ini akan di mulai dengan sambutan-sambutan dari pihak ke luarga dan juga oleh Kenan. Kini acara sambutan sudah bagian dari Kenan. "Selamat siang semuanya," ucap Kenan menatap ke arah para tamu undangan.     

"Terimakasih untuk para tamu undangan yang sudah bersedia hadir di acara resepsi pernikahan kami," ucap Kenan masih dengan wajah begitu datarnya."     

"Hari ini, akhirnya tiba. Setelah melewati beberapa tahun dan hubungan saya dan istri sempat terputus karena saya yang pergi menempuh pendidikan tanpa pemberitahuan. Pada akhirnya pelabuhan hati saya adalah dia," ucap Kenan yang terdengar begitu tulus dengan matanya dan tubuhnya kini mengarah ke arah Qia sepenuhnya.     

Semua tamu undangan yang di tangannya sudah memegang gelas minuman kini mengangkat gelasnya karena Kenan sudah mengangkat gelasnnya. "Mari kita bersulang untuk kebahagian hari ini. Kebahagiaan yang akan menular ke semua tamu undangan yang datang hari ini," ucap Kenan yang sedikit meninggikan suaranya dan ia terdengar begitu semangat selain itu ia tidak melupakan senyumannya. Senyuman Kenan yang begitu sulit untuk di lihat orang-orang yang pernah bertemu dengannya.     

Beberapa dari para tamu undangan yang tidak lain adalah para karyawan Kenan menatap kagum Kenan. Bahkan ada anak rekan bisnisnya yang seorang wanita itu menatap kagum Kenan. Senyuman Kenan benar-benar memporak porandakan hati mereka.     

Sepertinya rahim mereka begitu hangat hanya melihat senyuman Kenan yang begitu indah. "Bersulang!" ucap Kenan dan semua orang pun berkata bersulang.     

Kenan minum bersilang dengan tangan Qia dan itu membuat beberapa tepukan dan siulan menggoda dari beberapa tamu yang hadir pada Kenan dan Qia. Setelah itu acara di lanjutkan dengan pemotongan kue pernikahan yang begitu tingga.     

Kue pernikahan berwarna putih itu begitu cantik yang tingginya sekitar 8 tinggkat. Alasan kue itu bertingkat 8 karena angka 8 itu adalah angka yang tidak terputus karena ia terdiri dari dua buah lingkaran. Jadi, itu mendoakan suapaya hubungan pernikahan mereka tidak akan terputus sama sekali.     

Carla yang menyiapkan pernikahan ini penuh kematangan. Ia memang sering menikah, tetapi bukan berarti dirinya akan menyukai jika anak semata wayangnya memperlakukan pasangannya begitu buruk. Ia akui ia akan berniat jahat pada Qia dengan memanfaatkan Qia untuk menyembuhkan Kenan agar anaknya itu bisa mencintai seorang wanita dan hidup normal seperti keluarga lainnya. Menjadi seorang suami sekaligus ayah yang bertanggung jawab pada keluarganya kecilnya.     

Namun, pemikiran buruknya untuk memisahkan Kenan dan Qia sudah terhempas begitu saja ketika melihat betapa Kenan yang begitu perhatian dan mencintai Qia. Ia juga memikirkan segala pemikiran buruk jika Qia dan Kenan di pisahkan. Dan Carla kini hanya bisa mendukung sepenuhnya hubungan Qia dan Kenan.     

Walau kemarin ia sempat mengerjai Qia bahkan dirinya tidak membela Qia sama sekali. Hal itu sengaja ia lakukan supaya Qia tahan dengan mulut pedas orang. Karena apa yang ia dengar untuk sekarang itulah yang akan ia dengar nantinya setelah resmi menajadi istri Kenan. Jika baru menjadi calon saja Qia sudah menyerah, bagaimana jika Qia sudah menikah dengan Kenan.     

Semua itu baru ujian kecil pada Qia, karena ujian yang sesungguhnya akan ia rasakan setelah mereka menikah. Setelah selesai acara potong kue acara di lanjutkan dengan makan.     

Kenan dan Qia kini duduk di pelaminan. Kenan memanggil Zevan agar mendekat. "Ada apa mas?" tanya Zevan.     

"Bisa kamu ambilkan coklat di kamar kami?" tanya Kenan menatap Zevan.     

"Coklat?" tanya Zevan untuk memastikan jika ia tidak salah dengar.     

"Iya. Coklatnya ada di atas meja depan sofa. Bawa saja coklatnya, tidak perlu sama plastiknya," ucap Kenan dengan suara yang sedikit berbisik.     

"Oh, iya, mas."     

Zevan pun kemudian turun dari atas pelaminan dan pergi ke ruang kamar Qia dan Kenan. Tidak lama Zevan turun, seorang pria paruh baya bersama istrinya dan juga ada pria yang seumuran dengan Kenan dengan seorang wanita yang ada di sebelahnya naik ke atas pelaminan. Kenan memicingkan matanya mengingat siapa pria yang seumuran dengannya.     

"Kak Rey," ucap Qia membuat Kenan membulatkan matanya menatap Qia. Reynan—pria yang secara terang-terangan mengatakan pada Kenan jika dirinya menyukai Qia.     

TBC…     

YUHU… RAMAIKAN KOMENT DAN POWER STONENY YA GUYS…     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.