Menikah dengan Mantan

Bab 128 \"PEMBALUT\"



Bab 128 \"PEMBALUT\"

YO YO YO… UP GUYS…     

JANGAN KETAWA SAMA JUDULNYA YA… WEHEHHE…     

PLISS.. TOLONG MAAFKAN AKU YANG ENGGAK PERNAH KOREKSI TYPO HAMPIR SETENGAH BULAN INI. AKU BENER" MINTA MAAF TENTANG INI.     

KALIAN BISA KASIH TAHU AKU JIKA ADA TYPO BIAR AKU BISA PERBAIKI.     

HAPPY READING GUYS…     

Qia menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur, tidak peduli dengan gaun yang ia pakai sekarang. Baru juga sesi akad ia sudah sangat lelah. "Ini, harus banget gini ya, kak?" tanya Qia seraya menoleh ke arah Kenan yang sedang melepaskan jasnya.     

"Ya mau gimana, mau enggak ada pesta Kakek sama mama tetep kekeh ada pesta. Ya udah lah, terima aja," ucap Kenan dan melepaskan rompinya.     

Qia menghembuskan napasnya lelah kemudiam ia mendudukkan tubuhnya di pinggiran tempat tidur. Kenan berjalan menghampiri Qia dan duduk di samping Qia seraya meletakkan jas dan rompi yang sudah ia lepas ke tempat tidur. Qia duduk menghadapkan ke arah Kenan.     

"Kak, bantu copotin cepitannya dong," ucap Qia sambil mendekatkan wajahnya ke Kenan.     

Kenan pun mengubah duduknya menjadi menghadap Qia. Ia membantu melepaskan cepitan yang di gunakan untuk menjepit tile di kepala Qia. Selesai melepaskan tilenya, Qia pun membalikkan tubunya memunggungi Kenan. "Tolong turunin reseletingnya kak," ucap Qia membuat Kenan mengernyitkan dahinya.     

"Kamu mau apa Qi, sebentar lagi MUA akan datang ke kamar," ucap Kenan.     

Qia membalikkan tubuhnya menatap sengit Kenan. "Masih pukul 11 kak, tapi otak udah mesum aja," cibir Qia menatap malas Kenan.     

"Terus, kenapa minta tolong turunin reseletingnya?" tanya Kenan mengernyitkan dahinya.     

"Mau ke kamar mandi. Pakai baju ginian ribet," ucap Qia dengan malas.     

"Ya, udah. Balik badan, buruan!" perintah Kenan membuat Qia menjadi kesal. Tadi saja otak Kenan menjadi oleng, sekarang ucapan Kenan yang ketus membuatnya menjadi kesal.     

Qia membalikkan tubunya dan memunggungi Kenan. Kenan pun segera menurunkan reseletingnya. "Balik badan kak," pinta Qia setelah reseletingnya sudah turun.     

"Untuk apa balik badan?" tanya Kenan heran.     

"Aku mau lepas baju, kakak mau lihat ?" tanya Qia yang kini menatap Kenan begitu sengit.     

"Kalau boleh, enggak apa-apa," jawab Kenan kemudian terkekeh geli seraya ia membalikkan tubuhnya.     

Dalam hati Qia sudah mengumpat kesal. Bisa-bisanya Kenan berkata seperti itu, dan hal itu sukses membuat wajah Qia memerah. Dari pada wajahnya semakin memanas, Qia segera berdiri dan melepaskan pakiannya dari atas ke bawah dan ia segera berlari ke kamar mandi membiarkan gaunnya teronggok begitu saja di lantai.     

Mendengar suara pintu toilet yang tertutup Kenan langsung membalikkan badannya dan menatap ke arah toilet. Mata Kenan kemudian menatap pakaian Qia yang ada di lantai. Ia menggelengkan kepalanya melihat pakaian mahal dengan taburan batu Kristal Swarovski itu di atas lantai. Kenan berdiri kemudian ia membungkukkan tubuhnya untuk mengambil gaun Qia kemudian ia meletakkannya di atas tempat tidur. Ia menjadikan satu gaun Qia dengan tilenya.     

Kenan membuka pita di lehernya kemudian melepaskan dua kancing teratas kemejanya. Setelah itu ia menggulung kemeja lengan panjangnya hingga sebatas siku. Ia kemudian berjalan ke arah sofa dan mendudukkan dirinya di atas sofa dengan menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa.     

Pintu kamar mandi terbuka dan Qia ke luar dengan terburu-buru menggunakan handuk kimononya. Ia berjalan ke arah kopernya dan mencari-cari apa yang ia butuhkan. "Ah, kampret! Pakek acara ketinggalan, lagi," gerutu Qia kesal.     

"Kenapa?" tanya Kenan yang kini sudah menegakkan tubuhnya ketika melihat Qia yang berlari ke arah kopernya.     

"Aku lupa bawa pembalut, padahal dari kemarin udah nge-flek aja," ucap Qia tanpa di saring terlebih dahulu.     

Kenan mengernyitkan dahinya mendengar ucapan Qia. Qia pun kini menatap Kenan kemudian tersenyum menatap Kenan. "Apa?" tanya Kenan dengan wajah malasnya.     

"Kak, bisa enggak—"     

"Beli sendiri!" tegas Kenan memotong ucapan Qia. Ia mengerti senyuman Qia itu apa. Apalagi ia mendengar kata pembalut, pasti Qia memintanya untuk membelikannya pembalut.     

Qia mendengkus kesal mendengar ucapan tegas Kenan. "Masa nanti baju aku berdarah-darah si kak. Aku juga masih mau make up loh kak. Masa harus cari sendiri," ucap Qia menatap Kenan lekat-lekat.     

Kenan memutar malas bola matanya mendengar ucapan Qia. "Ya udah deh, kalau kakak enggak mau beliin, aku pakai—" ucap Qia yang menghentikan ucapannya kemudian ia kembali mengobrak-abrik tasnya.     

Qia menemukan tanktopnya dan mengangkat tanktopnya dengan wajah sedih. Terpaksa, kamu aku korbankan," ucap Qia begitu mendrama.     

Qia berdiri dari jongkoknya, kemudian ia berjalan ke arah nakas untuk mencari sesuatu untuk merobek tanktopnya. "Cari apa kamu?" tanya Kenan menatap Qia heran.     

"Cari gunting atau pisau."     

"Mau ngapain?"     

"Mau ngerobek tanktopku, nih," ucap Qia seraya menatap Kenan dan menunjukkan tanktop berwarna coklat yang di pegangnya.     

"Untuk apa di robek?" tanya Kenan lagi.     

"Buat pembalutlah kak. Aku enggak ada pembalut, ya sementara pakai kain dulu."     

"Memangnya bisa?" tanya Kenan mengernyitkan dahinya.     

"Ya bisa lah, jaman dulu sebelum ada pembalut memangnya pakai apa kalau enggak pakai kain?" tanya Qia tanpa menatap Kenan     

"Memangnya enggak tembus?" tanya Kenan masih menatap Qia yang kesana-kemari.     

Qia pun akhirnya menemukan guntingnya kemudian menghadapkan tubuhnya ke Kenan. "Pembalut sama kain itu sama aja kak. Kalau udah penuh enggak di ganti, ya bakalan tembus. Memangnya kakak kira pembalut itu enggak akan tembus gitu kalau di pakai?" tanya Qia kemudian menatap Kenan yang sedang menatapnya.     

Kenan diam tidak menjawab, Qia kemudian melangkah kembali ke koper untuk mengambil cd dan celana pendeknya karena yang ia pakai sekarang pastinya sudah banyak darahnya. "Jangan ke makan iklan yang katanya anti bocor dan lain-lain. Semuanya bakalan bocor kalau kita makainya enggak pas atau udah penuh enggak ganti-ganti. Udahlah, kalau kayak gitu mau pembalut yang bagus kayak apapun juga bakalan tetap tembus," ucap Qia kemudian berdiri.     

"Hum," jawab Kenan seraya menganggukkan kepalanya mengerti.     

"Jadi, kalau enggak ada pembalut kamu akan pakai kain?" tanya Kenan menatap serius Qia.     

"Dulu iya, karena aku nyaman pakai kain. Aku kalau pakai kain jarang tembus, kalau pakai pembalut dulu sering banget tembusnya. Semenjak kecelakaan itu Qia udah enggak pernah pakai kain, kalau enggak karena terpaksa enggak ada pembalut ya Qia baru pakai kain," jawab Qia kemudian tanpa berkata apapaun, ia pun segera beralari ke kamar mandi untuk mengganti celananya dan mamakai pembalut.     

Kenan menatap pintu toilet yang tertutup kemudian melihat tanktop Qia yan yang sudah tinggal sebagian saja. Kenan kemudian berdiri dari duduknya. Ia berjalan ke arah kopernya untuk mengambil dompet dan handphonenya. Tadi ketika acara ia meninggalkan handphone dan dompetnya di koper biar lebih nyaman, itu menurutnya.     

Ia mengancingi satu kancing kemejanya yang tadi ia lepas dua. Ia menatap pintu kamar mandi di mana Qia berada. "Qi, aku mau ke luar dulu," teriak Kenan tetapi Qia yang di dalam kamar mandi terlalu berisik dengan air keran yang mengalir deras itu tidak menjawab.     

Kenan pun tanpa mendapatkan jawaban dari Qia segera melangkahkan kakinya ke arah pintu ke laur kamar. Ia pergi ke suatu tempat terlebih dahulu, karena pasti Qia masih cukup lama karena acara juga akan di mulai pukul 1 siang.     

TBC…     

YO YO YO… BANYAKIN KOMENT YOK GUYS… GILS YA.. QIA MULUS BANGET NGOMONGIN PEMBALUT DI DEPAN KENAN. BERASA KAYAK NGOMONG SAMA TEMEN SENDIRI YA. WKWKWKW… BIASALAH, SEWAKTU SMA KAN QIA DULU SERING MENYUSAHKAN KENAN ATAU NATHAN KETIKA IA SEDANG DATANG BULAN.     

TAK JARANG JUGA NATHAN MEMBERI TAHUKAN PADA KENAN BAGAIMANA MENGHADAPI QIA YANG SEDANG DATANG BULAN. KARENA MOOD QIA YANG BEGITU LABIL KETIKA SEDANG DATANG BULAN.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.