Menikah dengan Mantan

Bab 121 \"TIDAK TERKENDALI\"



Bab 121 \"TIDAK TERKENDALI\"

YE YE YE YE… LA LA LA LA…     

UP AGAIN GUYS… SEMOGA ENGGAK BOSEN" YA KALIAN.     

BTW… BOLEH DONG BUKA PRIVINYA. CUMA BUTUH 1 KOIN AJA KOK UNTUK BUKA PRIVI.     

OH IYA, AKU JUGA MINTA MAAF YA… KARENA TYPO MASIH BANYAK YANG BETEBARAN.     

HAPPY READING…     

Sementara Qia sedang bersedih di kantor Kenan sedang merutuki kebodohannya yang lagi-lagi ialakukan. Ia sndiri tidak habis pikir dengan dirinya yang tidak terkendali. Keinginnannya untuk segera menikahi Qia supaya ia bisa bersama dengan Raka membuatnya takut Qia dengan pria lain. Namun, Kenan tidak memikirkan bahwa apa yang ia lakukan mungkin saja malah membuat Qia menjauh darinya.     

Ia hanya berbicaranya sesuai apa yang ada dalam benaknya bahwa Qia tidak boleh bersama pria lain, tidak boleh menunjukkan kecantikannya pada orang lain. Ketakutan akan kehilangan Qia dan membuatnya tidak bisa kembali pada Raka menjadikannya begitu egosi.     

Kenan membanting kayu yang sedang ia ukur. Marah dan merasa bersalah, itu yang saat ini Kenan rasakan. Ia benar-benar suda tidak bisa mengendalikan perasaan marahnya setiap kali Qia tertawa, tersenyum ataupun pergi bersama pria lain.     

Kenan terduduk di lantai sambil menarik rambutnya kuat karena merasa begitu bodoh dengan apa ayang sudah ia lakukan pada Qia. "Arrgh! Apa yang udah aku lakuin!" teriak Kenan.     

Kenan terus merutuki kebodohannya hingga suara ketukan pintu ruangannya mengalihkan Kenan. "Masuk!" perintah Kenan dengan saura dinginnya.     

"Maaf pak, sudah waktunya rapat dengan para manajer," ucap Flora dari ambang pintu.     

"Ya," jawab Kenan kemudian ia pun berdiri dari duduknya.     

"Kamu pergilah dulu ke ruang rapat, saya akan menyusul," ucap Kenan dari meja designya.     

"Baik, pak," jawab Flora kemudian ia sedikit membungkukkan tubuhnya untuk pamit. Setelah itu ia pun keluar dan tidak lupa menutup kembali pintu ruangan Kenan.     

Kenan berjalan menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya agar lebih segar. Kemudian ia pun berjalan ke arah meja kerjanya kemudian mengambil kemaja navynya dan memakainya. Lalu dasi berwana senada dengan kemeja yang ia pakia tetapi dasi itu bergaris-garis putih. Ia pun memakai jas berwana senada dengan kemejanya. Setelah rapih, Kenan pun keluar ruangannya dan berjalan ke ruang rapat.     

Sampai di ruangan rapat, orang-orang yang ada di dalam yang tadi sempat mengobrol dengan orang sebelahnya pun langsung terdiam dan mereka pun berdiri untuk menyambut Kenan. Kenan meminta semua duduk kembali ketika ia sampai di tempat duduknya.     

Rapat hari ini membahasa profit perusahaan, perencanaan penjualan, pembahasan alat-alat yang sebaiknya di perbaharui dan beberapa hal lainnya. Kenan sebelum-sebelumnya sudah membahas pada setiap kepala manajer di ruangannya, tetapi setelah membahas dengan para manajer perusahaannya ia pasti akan mengumpulkan semua manajer dan membahas bersama-sama. Siapa tahu dengan banyaknya kepala maka akan banyak alternative yang di hasilkan.     

Rapat pun di hentikan karena sudah waktunya istirahat, karena tadi sedikit serius makan Kenan meminta rapat di lanjutkan di pukul 2 siang. Kini Kenan menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi meja kerjanya. Ia tidak makan siang karena rasanya sangat malas untuk makan. Kenan memijat pangkal hidunya untuk meredam rasa pening yang tiba-tiba saja meyerang.     

Rasa pening yang di dasari dari masalahnya dengan Qia. Sewaktu ia rapat ia melupakan masalahnya dengan Qia. Tetapi ketika ia ke luar dari ruang rapat, ia kembali mengingat masalahnya. Kenan menghembuskan napasnya dengan kasar.     

"Hah… apa yang harus aku lakukan?" tanya Kenan seraya menatap langit-langit ruang kerjanya.     

"Pulang kantor aku harus segera menemuinya dan meminta maaf padanya. "Putus Kenan karena ia tidak mau jika harus seperti ini.     

Tinggal menghitung bulan ia akan resmi menikah dengan Qia. Masalah pernikahan ia sudah menyerahkannya pada kakeknya karena ia malas ribet. Qia sendiri orangnya tidak terlalu memikirkan pernikahan yang mewah. Karena mimpi Qia akan pernikah mewah terkubur bersama dengan keluarganya. Kebahagiaan Qia rasanya sudah hilang, hingga ia tidak mau mengadakan pernikahan yang mewah.     

Baginya untuk apa mengadakan pesta pernikahan yang begitu mewah jika hanya dirinya yang merasakan kebahagiaannya. Sedangkan keluarganya tidak bisa merasakan sama sekali kebahagiaannya. Itu sebabnya Qia pun mengikuti saja perkataan Kenan.     

Rapat kembali di mulai sekitar pukul 2 siang, melanjutkan beberapa hal yang masih belum di selaikan. Selesai rapat pukul 3.40, Kenan pun bertanya pada Flora apa ada hal lain lagi yang harus ia lakukan hari ini. Flora mengatakan jika hari ini semuanya sudah selesai. Kenan pun berkata pada Flora jika ia akan langsung pulang.     

Kenan masuk keruangannya kemudian berjalan ke arah meja kerjanya untuk mengambil barang-barangnya. Kenan pun kemudian ke luar dari ruangannya dan melangkah ke lift. Sampai di lantai dasar ia pun segera keluar dari lift dan berjalan ke luar dari perusahaan menuju parkiran. Kenan pun masuk ke dalam mobil dan menghidupkan mobilnya.     

Ia mulai melajukan mobilnya dan bergabung dengan kendaraan lainnya di jalan. Saat di perjalanan Kena melewati toko bunga entah kenapa ia jadi berpikir jika ia akan memberikan bunga agar Qia memaafkannya. Ia sudah menghentika mobilnya di depan toko bunga itu, tetapi ketika ia akan membuka pintu mobilnya ia ingat dengan perkataan Qia ketika mereka masih SMA.     

Saat itu mereka sedang berada di salah satu taman menikmati sore hari duduk di bawah pohon rindang. Qia dan Kenan yang masih menikmati hembusan angin sore yang menerpa wajah mereka harus terganggu ketika Qia mendengar suara seorang pria sedang membujuk kekasihnya yang marah. Qia menatap dua sejoli itu.     

"Jangan marah ya sayang," ucap Pria itu seraya berlutu di depan kekasihnya.     

Wanita itu terlihat enggan menatap kekasihnya kemudian kekasihnya itu mengeluarkan buket bunga membuat Qia mual sendiri melihatnya. "Kenapa?" tanya Kenan saat itu melihat Qia yang terus menatap sepasang kekasih itu.     

"Apa kamu mau buket bunga?" tanya Kenan mamu membuat Qia kini menolehnya.     

"Iya, bunga. Bunga deposito tapi ya," ucap Qia menatap malas Kenan.     

"Hum, itu beda bunganya," jawab Kenan malas.     

"Jangan sekali-kali ngasih bunga ke aku!" ucap Qia dengan nada peringatan.     

"Kenapa?"     

"Males, untuk apa beli mahal-mahal kalau ujung-ujungnya di buat. Mending bunga deposito yang kalau di diemin aja masih ada dan bisa di gunaiin untuk beli apa aja yang di perlukan," ucap Qia seraya tersenyum ke arah Kenan.     

"Jadi, kalau kamu ngambek di bawain bunga deposito?" tanya Kenan menatap Qia.     

"Iya, tapi kalau udah nikah. Kalau belum menikah ya bukan bunga deposito," jawab Qia.     

"Terus, maunya apa?"     

"Hahaha… aku kan enggak ngambekkan jadi enggak perlu."     

"Yakin, enggak ngambekkan?" tanya Kenan menatap serius Qia.     

"Yakin!" jawab Qia semangat.     

"Tapi kalau aku ngambek hum—" Qia Nampak berpikir kira-kira jika dirinya mengambek seperti itu, apa yang ia inginkan agar suasana hatinya membaik.     

"Diemin aku aja, nanti juga suasana hatiku membaik," jawab Qia seraya tersenyum.     

Kenan pun kini duduk diam seraya menatap lurus ke depan. Ia menghembuskan napasnya dengan kasar, kini ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan agar Qia memaafkannya.     

TBC…     

YEY…. BANYAKIN KOMENT N POWER STONENYA YA GUYS…. MAAF KALAU TYPO MASIH BETEBARAN     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.