Menikah dengan Mantan

Bab 118 \"SI GUNUNG ES\"



Bab 118 \"SI GUNUNG ES\"

Raka hari ini tidak masuk kerja karena keadaan Chika yang menurutnya cukup mengkhawatirkan. Ia tidak mau kecolongan jika tiba-tiba Scarlett yang terbangun. Apalagi tadi Chika terlihat kesakitan, jadi ia pun memilih untuk tidak masuk bekerja.     

Ia sudah memberitahukan di group kantor jika dirinya tidak bisa masuk bekerja karena sedang sakit. Ia juga mengatakan jika Qia tidak masuk bekerja karena ia mengalami kecelakaan ringan yang menyebabkan ia harus beristirahat. Para karyawan hanya mengiyakan saja pesan dari bos mereka.     

Kini Raka sedang duduk di balkon seraya menikmati hisapan rokoknya. Raka memandang lurus ke depan melihat matahari yang hari ini nampak terik. Padahal baru pukul 8 pagi, tetapi matahari sudah begitu terik.     

Tidak banyak hal yang di kerjakan Raka selama di rumah. Ia hanya menyetel televisi, melihat film atau bermain game. Tidak ada hal lain lagi yang bisa ia kerjakan.     

Sekitar pukul 11 siang pintu kamar di buka dan Chika pun ke luar dari sana. "Chika," panggil Raka yang kini menegakkan tubuhnya. Tadi Raka duduk dengan bersandar di sandaran sofa.     

"Mata lo buta! Gua Scarlett, sia***!" maki Scarlett dengan tatapan mata sinisnya.     

Raka memejamkan matanya, mendengar umpatan Scarlett. Tidak bisakah wanitu itu berkata baik-baik. Scarlett sendiri bergaya seperti Chika, jadi apa salahnya jika dirinya salah mengenali orang. Raka kembali menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa dan ia kembali fokus dengan gamenya.     

Scarlett dengan kesal berjalan seraya menghentakkan kakinya. "Kekasih lo itu pecundang!" kesal Scarlett ketika ia melewati kursi yang di duduki Raka.     

Raka pun langsung menolehkan kepalanya untuk menatap Scarlett. Wajah Scarlett tidak terlihat karena ia sudah menjauh dari jangkaua Raka. Raka pun akhirnya berdiri untuk menghampiri Scarlett.     

"Maksud lo apa?" tanya Raka yang sudah berdiri di depan Scarlett dengan meja makan sebagai pembatas jarak mereka.     

"Menurut lo?" tanya Scarlett sinis.     

Raka terlihat sedang berpikir, apa maksud dari perkataan Scarlett barusan. Hingga ia pun teringat perkataannya kemarin. Raka meminta Scarlett untuk membagi rasa sakitnya pada Chika supaya ia pun bisa bahagia.     

Raka kini menatap Scarlett dengan tatapan mata yang sulit di artikan. Ia tidak menyangka jika Scarlett sudah membagi rasa sakitnya pada Chika. "Terus, kenapa kamu sekarang disini?" tanya Raka mengernyitkan dahinya.     

Ia bingung jadinya, jika memang Scarlett membagi memory-nya pada Chika, kenapa ia kini muncul dan menguasai tubuh Chika. "Lo tahu sendiri kan, gua ada karena dia yang enggak tahan dengan rasa sakitnya," ucap Scarlett seraya memutar malas bola matanya.     

"Gua udah bilang bukan, kalau dia itu cuma seorang pecundang!" kesal Scarlett yang meninggikan suaranya.     

Ia menjadi kesal sendiri karena Raka yang terus-terusan memberikan perhatian lebih pada Chika. Bahkan dirinya saja saat ini tidak masuk bekerja. Tidak mungkin bukan kalau alasan tidak masuk bekerjanya karena dia malas, pastilah semua ini adalah untuk Chika.     

Dengan kasar Scarlett meletakkan gelas minumnya ke atas meja. Dan suara benturan gelas dengan meja kayu itu cukup menggema di area dapur.     

Tanpa berkata apa-apa, Scarlet pun berjalan pergi dari sana. " Mau kemana?" tanya Raka seraya menatap Chika yang kini menghentikan langkahnya     

"Gua mau mandi, lengket!" jawab Chika ketus kemudian ia melanjutkan langkahnya untuk pergi ke kamar dan membersihkan tubuhnya. Raka pun hanya memandangi saja lengkak-lengkuk tubuh Chika dari belakang.     

Di appartement Kenan, kini Qia sedang memasak untuk makan siangnya sendiri. Ia ingin membuat seblak pedas. Tadi ia meminta bantuan Bu Munah untuk membelikan beberapa bumbu dan bahan lainnya yang ia perlukan.     

Bumbu seblak hanya terdiri dari cabai setan 9 buah, cabai merah 3 buah, bawang putih 1 buah ukuran besar, bawang merah 1 buah ukuran besar, dan kencur 1 ruans jari kelingkingnya. kemudian ia ulek sampai halus. Selsai dengan bumbu halusnya Qia pun mulai memasaknya.     

Pertama-tama ia merendam kerupuk seblak yang akan ia gunakan. Kemudian ia menyiapkan mie sa ayam bawang karena seblaknya akan ia tambahkan mie instan. Kemudian ceisim (sawi yang ada di mie ayam) satu buah sisis ukuran sedang potong miring. Bakso daging di potong menjadi tiga kemudian telur.     

Pertama-tama ia menumis bumbu halusnya sampai harum bersamaan dengan sosis dan juga bakso dagingnya. Setelah itu ia masukkan air sekitar satu setengah gelas belimbing. Tunggu airnya mendidih ia pun memasukkan mienya. Ia memasak mienya sampai mienya sudah lebih lunak. Setelah itu ia masukkan ceisim ia aduk-aduk sampai rata. Masukkan semua bumbu mienya, kemudian ia aduk-aduk lagi dan masukkan satu buah telur dan ia aduk hingga merata.     

Qia kemudian menambahkan saus sambal sekitar 5 sendok makan dan menambahkan kecap mania sekutar 3 sendok makan. Ia ingin rasa seblaknya pedas manis, itu sebabnya ia tambahkan dengan kecap manis. Setelah semua bahan tercampur, ia pun menunggu sampai mendidih.     

Qia mencicipi rasanya yang ternyata kurang gurih. Ia pun menambahkan garam halus sekitar sepucuk sendok teh dan sepucuk penyedap rasa. Ia aduk menjadi satu dan mengicipi rasanya. Jika rasa yang ia inginkan belum pas, ia pun menambahkannya lagi.     

Akhirnya mie seblak yang kuahnya seperti mie nyemek pun jadi. Qia paling suka dengan seblak nyemek seperti ini dengan cita rasa pedas manis gurih. "Wah..." ucap Qia ketika ia mencium bau seblak buatannya yang wangi.     

"Hum, sepertinya enak," ucap Kenan yang tiba-tiba saja sudah berdiri di dekat meja makan.     

"Astaga," ucap Qia yang sedikit terkejut dengan suara Kenan yang tiba-tiba menyapa gendang telinganya.     

Qia menyelesaikan kegiatannya menuangkan semua seblak yang ia buat ke dalam mangkuk saji. Setelah itu ia letakkam wajan yang ia pakai ke dalam tempat cucian piring dan menyiramnya dengan air supaya tidak lengket karena telurnya yang tadi di aduk menjadi satu.     

Qia membalikkan tubuhnya dan di buat terkejut lagi karena Kenan sudah berdiri di belakang tubuhnya. "Kak Ken!" teriak Qia kesal sambil memegangi dadanya yang masih begitu terkejut.     

"A...pa sayang," ucap Kenan seperti orang tua yang menjawab panggilan anaknya.     

Qia mendengkus kesal mendengar ucapan Kenan. Kenan malah terkekeh melihat wajah kesal tapi menggemaskannya si calon istrinya ini.     

"Wah... kayaknya suasana hati si gunung es lagi seneng nih. Sampai-sampai bisa ketawa begini," ucap Qia yang menatap malas Kenan.     

"Kamu tahu aja," jawab Kenan seraya terkekeh lagi.     

Ya, si Kenan yanh orangnya dingin sedikit sulit untuk bisa terkekeh dengan hal-hal kecil. Walau beberapa waktu terakhir ini Kenan sering terkekh atau pun tertawa. Tetapi untuk kali ini seperti ada yang tidak biasa dari Kenan. Walai sudah beberapa tahun berlalu, teyapi Qia masih mengingat bagaimana peragai seorang Kenan Melviano Pradipa ini.     

TBC…     

Ye ye ye ye…. BANYAKIN KOMENT DAN POWER STONENYA YA GUYS…     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.