Bab 107 \"PERASAAN KESAL\"
Bab 107 \"PERASAAN KESAL\"
APAKABAR SEMUANYA.... YEY, JAM SEGINI UDAH UP. WEHEHEHE...
HAPPY READING GUYS.
MAAF YA.... KALAU MASIH BANYAK TYPO BETRBARAN
"Siang tante," sapa Raka seraya tersenyum.
"Oh, siang," jawab Carla dengan tatapan tidak sukanya.
"Maaf ya, Raka. Tante dan Qia buru-buru. Kami duluan," ucap Carla kemudian mengambil papperbag dari tangan Raka secara kasar dan menarik pergelangan tangan Qia untuk segera pergi dari sana.
Entah kenapa ia tidak menyukai Raka yang terlihat dekat dengan Qia. Ia merasa Qia tidak boleh dekat-dekat dengan Raka. Mungkin karena ia merasa anaknya terjerumus dengan Raka ia tidak mau jika Qia jatuh cinta dengan Raka. Karena tidak di pungkiri jika Raka memiliki wajah tampan walau pun ia memiliki wajah oriental. Berbeda dengan wajah putranya yang lebih memiliki wajah kebarat-baratan karena alamarhum Kenzi ibunya berdarah rusia.
Baru beberapa langkah Qia pergi Raka tiba-tiba memegang pergelangan tangan Qia membuat Qia dan Carla menghentikan langkah mereka. "Ada apa kamu pegang tangan calon menantu saya?" tanya Carla tidak suka.
"Maaf tante, jika saya lancang. Sepertinya Qia ke susahan membawa barang belanjaan. Apa boleh saya membantu tante dan Qia membawakan barang-barang kalian?"
"Enggak, perlu!" tegas Carla kemudian dengan kasar ia melepaskan pegangan tangan Raka dari pergelangan tangan Qia.
"Calon menantu saya bukan gadis lemah. Jadi, enggak perlu bantuan kamu!" tegas Carla kemudian ia berjalan ke sisi kanan Qia dan menarik pergelangan tangan Qia supaya bisa bergegas pergi dari sana. Ia malas lama-lama bertemu dengan Raka.
Qia pun hanya mengikuti langkah Carla sedikit kesusahan karena barang bawaan di tangannya cukup banyak. Apalagi hillsnya yang sedikit membatasi gerakan Qia. Bukan Qia tidak bisa mamakai hills, hanya saja sepatu hills yang di pakaia Qia sedikit kebesaran membuat sepatu itu sering terlepas.
Raka memperhatikan punggung Qia yang mulai menjauh. Ada rasa tidak terima Qia di perlakukan seperti itu. Ia ingin menarik Qia paksa dan membawanya pergi dari sana. Namun, ia tidak memiliki hak lebih untuk melakukan itu pada Qia.
Ia pun membalikkan tubuhnya dan pergi menjauh dari Qia supaya ia tidak menghampiri Qia dan menariknya pergi dari sana. Namun, siapa sangka jika Raka harus di pertemukan oleh Qia beberapa kali karena arah yang ia tuju malah membawanya bertemu dengan Qia.
Kini ia sedang makan di salah satu restoran yang ada di mall itu bersama Alura. Tempat duduknya hanya terpisah beberapa meja saja dari tempat duduk Qia, Carla serta teman-teman Carla. Tempat duduknya yang mengarah tepat ke Qia tidak membuat Alura curiga jika kekasihnya yang duduk di depannya kini sedang menatap wanita lain.
Raka bisa melihat Qia yang hanya diam saja di sana sambil menyesap minumannya. Jaraknya yang dekat dengan meja Carla beserta teman-temanya membuat ia bisa mendengar apapun yang sedang mereka bicarakan. Seperti saat ini, mereka sedang membicarakan Qia. Padahal Qia itu ada di depannya, tetapi bisa-bisanya ia membicarakan Qia yang pekerjaannnya hanya OB, Qia yang tidak memiliki orang tua akibat kecelakaan. Dan semua hal yang membuatnya merasa sangat kesal.
Carla pun bahkan tidak sungkan memberitahu tentang biografi Qia pada teman-temannya. Seharusnya, ia menjaga privasi Qia. Namun, apa yang di lakukan Carla benar-benar tidak bisa di toleransi. Dengan kesal ia pun berdiri dari duduknya membuat Alura mendongakkan kepalanya dan menatap bingung kekasihnya ini.
"Ada apa?"
"Hari ini kita batalkan ya, aku lupa jika ada proyek yang harus aku kerjakan dengan asistenku," ucap Raka kemudian ia berjalan meninggalkan mejanya dan melangkahkan kakinya ke meja Qia.
Alura pun terus memandang kemana Raka melangkah. Ia kini sudah berdiri di dekat meja Carla dan teman-temannya serta Qia. "Permisi tante-tante yang cantik," ucap Raka membuat para wanita di meja itu kini menoleh ke arahnya.
Carla mengernyitkan dahinya melihat Raka menghampiri mejanya begitupun dengan Qia. Para wanita paruh baya itu pun juga bingung karena ada pria muda yang tampan menghampiri mejanya.
"Ada apa?" tanya Carla ketus.
Raka tersenyum manis menatap mereka satu persatu. "Maaf ya tante-tante cantik jika saya menganggu waktu kalian. Saya ke sini hanya mau izin."
"Izin apa?" tanya Jeni wanita yang tubunya pendek, badannya sedikit berisi dan ia menggunakan kacamata.
"Saya hanya minta izin untuk membawa Qia pergi bekerja," jawab Raka seraya tersenyum.
"Bekerja? Memangnya hari minggu seperti ini O pun harus tetap bekerja?" tanya seorang wanita yang bernama Lesi dengan rambutnya yang berwarna merah menyala, makeup tebal, dan dress berwarna coklat yang mencetak jelas tubuhnya yang sedikit berlipat-lipat.
Raka tersenyum, "Tidak ibu, Qia bukan OG semejak ia bertunangan dengan Kenan. Karena sekarang ia menjadi asisten saya dalam pengerjaan design interior. Nah, kebetulan ada klient yang meminta design cepat. Jadi, supaya lebih cepat selesai saya perlu Qia membantu saya menyelesaikan design yang harus di selesaikan untuk di presentasikan ke klient."
"Desing interior?" tanya Jeni yang mengernyitkan dahinya mendengar penjelasan Raka.
"Iya, tante cantik. Design interior dimana tugasnya membuat interior ruangan rumah tante bisa lebih cantik lagi," jawab Raka yang tidak berhenti menampilkan senyumannya. Ia berusaha menarik perhatian para wanita paruh baya itu supaya tidak menilai Qia seburuk itu.
"Memangnya wanita seperti Qia yang hanya lulusan SMA bisa membantu kamu?" tanya seorang wanita yang bernama Friska, ia memiliki tubuh berisi dan sintal, makeup nya tebal tetapi terlihat pas di wajahnya.
Mendengar pertanyaan itu membuat telinga Raka memanas. Apalagi cara bicara wanita itu merendahkan Qia. Raka melirik ke arah Qia yang hanya menundukkan kepalanya. Qia rasanya ingin berteriak dan marah pada para wanita-wanita tua itu. Namun, ia masih berusaha menghargai mereka karena mereka lebih tua, selain itu apa yang mau ia banggakan jika apa yang sedang mereka katakan adalah bukti nyata. Bukan sebuah cerita fiksi yang di karang bebas oleh penulisnya.
Raka kembali tersenyum, senyuman yang ia paksakan. "Qia memang hanya lulus SMA saja, tetapi untuk masalah design hasilnya cukup bagus tante."
"Benarkah?" tanya Jeni dengan tatapan tidak percaya dengan apa yang dikatakan Raka.
Raka pun mengeluarkan handphonenya kemudian membukakan hasil deisn milik Qia yang memang sempat Raka minta beberapa hari lalu sebelum acara pertunangan kemarin. Apa yang di katakan Kenan memang benar, jika hasil karya Qia bagus. Namun, tetap, hasil karya Qia masih bisa di kelola lagi supaya lebih baik.
Qia kemudaian mendongakkan kepalanya ketika para wanita-wanita tua itu berkata jika hasilnya memang bagus. Qia pun menatap Raka yang sedang menunjukkan sesuatu di dalam handphonenya, tetapi ia tidak tahu apa.
Alura yang menatap Raka dari tempat duduknya merasa kesal, karena Raka malah memilih bekerja bahkan dengan para ibu-ibu tua yang menyebalkan. Ia bahkan tanpa sadar sudah mengacak makanan yang ia makan hingga berserakan di meja dan juga ada yang tumpah kelantai.
TBC...
YO YO YO.
BANYAKIN KOMENT DAN POWER STONENYA YA GUYS....