Menikah dengan Mantan

Bab 88 \"ANAK KECIL\"



Bab 88 \"ANAK KECIL\"

La la la la… ye ye ye ye…. Up lagi guys…     

JANGAN BOSEN" BACANYA YA… WEHEHEHE…     

HAPPY READING….     

Malam pun tiba, Kenan sedang mencari keberadaan Qia. Ia sudah menelphone Qia, tetapi tidak sekali pun Qia mengangkat telpohonenya. Rasa marahnya tadi membuatnya tidak mempedulikan Qia yang pergi. Apa lagi ia tahu Qia yang marah atas perkataannya. Ia pasti membutuhkan waktu sendiri.     

"Arrgh! Sial!" kesal Kenan mencengkram kuat stir mobilnya. Ia kini menepikan mobilnya dipinggir jalan.     

"Kenapa harus begini, sih!" makinya kesal. "Setiap kali ada pria yang mendekat aku tidak bisa mengontrol emosiku!" kesal Kenan kemudian menarik rambutnya kuat.     

Kini Kenan menyentuhkan dahinya di stir mobilnya. "kamu kemana sih, Ta?" tanyanya dengan matanya yang terpejam.     

Tadi ia sempat pulang tetapi tidak lama ia keluar dan mencari Qia hingga malam sudah tiba. Ia takut Qia kenapa-kenapa. Apalagi tadi Qia sempat ketakutan saat di mobil. Kenan membentur-benturkan kepalanya di stir mobil karena kebodohannya. Ia juga merutuki kebodohannya karena tidak memasang gps di handphone Qia.     

Sementara Kenan sedang pusing memikirkan Qia berada dimana saat ini Qia sedang merebahkan dirinya di atas tempat tidur setelah makan malam bersama tadi. "Hah! Bisa-bisanya habis makan tidur." Sindir Flora yang tidur di tempat tidur sebelah Qia. Qia hanya memutar malas bola matanya mendengar ucapan Flora. Ia berkata seperti itu tetapi tidak berkaca pada dirinya sendiri yang ikut merebahkan tubuhnya di atas ranjang.     

Flora tadi memutuskan menginap di panti dan ia meminta di kamar yang di tempati Qia. "Aku tanyakan sekali lagi, apa mau kamu sebenarnya?" tanya Flora yang duduk di tepi ranjang seraya menatap Qia yang menatap ke atas.     

"Maaf bu, mau mulut ibu berbusapun jawaban saya masih sama. Saya disini karena saya membutuhkan tempat tinggal karena uang saya tidak cukup untuk mengekos," jawab Qia kemudian memunggungi Flora.     

"Orang enggak punya sopan santun. Di ajak bicara malah memunggungi!" kesal Flora.     

Qia malah menghidupkan musik di handphonenya membuat Flora semakin kesal. "Apa karena kamu tidak memiliki orang tua, jadi kamu enggak ada sopan santunnya?" tanya Flora yang suskses membuat Qia kini mendudukkan dirinya kemudian menatap marah Flora.     

"Tolong ya bu, jangan bawa-bawa orag tua saya! Sikap saya begini bukan karena orang tua saya yang kurang mendidik saya atau apa. Tapi kelakuan ibu sendiri yang mebuat saya muak sama ibu!" tegas Qia.     

"Apa kamu bilang? Muak? Saya lebih muak melihatmu!" marah Flora meninggikan suaranya.     

Qia memutar malas bola matanya, Flora tidak berkaca kalau kelakuannya itu sungguh membuat orang bosan mendengarnya. Kalau Qia merasa muak dengan pertanyaan yang sama. Jika orang pacaran dan putus, nah itulah Flora saat ini. Tidak bisa move on.     

"Terserah ibu deh, yang terpenting jangan seperti anak kecil yang melakukan apapun yang dia mau harus di tururti, Dengan memecat saya berarti ibu seperti anak kecil itu karena saya tidak mau menuruti mau ibu!" tegas Qia menatap tepat ke manik mata coklat terang Flora.     

"Apa kamu bilang? Saya anak kecil?"     

"Enggak ada siaran ulang!" tegas Qia kemudian menurunkan kakinya dari atas tempat tidur dan ia berdiri untuk melangkah pergi dari kamar itu.     

Baru beberapa langkah ia melangkah, "aaa!" teriak Qia karena rambutnya yang di jambak oleh Flora.     

"Bu, lepasin bu!" ucap Qia seraya kedua tangannya memegangi tangan Flora.     

"Enggak akan!" teriak Flora yang semakin menarik rambut Qia ke bawah membuat Qia memekik sakit.     

Suara pekikan Qia membuat beberapa orang segera masuk ke kamar yang di tempati Qia dan juga Flora. Janu segera berlari menghampiri mereka dan Flora pun langsung melepaskan rambut Qia. "Ta, kamu enggak apa-apa?" tanya Janu khawatir menatap Qia yang sedang mengusap kepalanya yang sakit dengan wajahnya yang mengernyit karena sakit.     

"Enggak apa-apa, mas," jawab Qia seraya menatap Janu.     

"Kenapa kalian bertengkar?" tanya Janu kini menatap Qia dan Flora bergantian.     

"Tadi kita hanya mainan," jawab Flora cepat.     

"Bu Flora minta aku keluar dari sini karena ia tidak su—"     

"Jangan mengarang cerita kamu Qia!" potong Flora dengan suara meningginya. Flora yang tersadar jika suaranya meninggi langsung menatap beberapa pasang mata di sana. Di sana ada ibu Suri, Ayu, Janu , Fajar dan beberapa anak-anak lainnya.     

"Orang yang meninggikan suaranya sudah pasti dia berbohong! Karena orang yang merasa salah pasti akan ngotot dia tidak bersalah," ucap Qia menatap sinis Flora.     

Semua mata kini menatap ke arah Flora, " Bohong! Apa yang di katakana Qia bohong!" ucap Flora meninggikan suaranya.     

"Terserah kalau kalian percaya atau tidak. Namun, dari hal yang kalian lihat, pasti kalian bisa menilai. Apa yang bu Flora katakan benar atau tidak," ucap Qia menatap beberapa pasang mata di ruangan ini.     

"Saya berani bersumpah, jika apa yang di katakana Qia itu bohong!" tegas Flora dengan suara meningginya.     

Duar!!     

Suara guntur yang tiba-tiba membuat semua orang berjenggit kaget. Bahkan anak-anak ada yang langsung berteriak mendengar suara guntur yang bergemuruh tiba-tiba. Tidak ada angin ataupun tanda-tanda hujan tetapi langit tiba-tiba mengeluarkan suara gunturnya. Hujan deras tiba-tiba saja melanda tanpa pemberitahuan dengan rintikan hujan.     

"Jagalah lisanmu, sebelum lisanmu yang membuamu sengsara!" ucap Qia menatap tepat ke arah Flora.     

Perkataan Qia sukses membuat Flora semakin marah karena maksud dengan perkataan Qia adalah menyindirnya karena telah berbohong. Flora kini hanya bisa mengepalkan tangannya kuat dan menatap penuh kebencian pada Qia. Ibu Suri menatap Qia dan Flora bergantian. Raut wajah Flora menatap marah Qia sedangkan Qia hanya menatap biasa saja.     

"Flora, bagaimana jika kamu tidur di kamar Ayu saja?" tanya Bu Suri menatap Flora.     

"Saya mau di sini, bu!" tegas Flora dengan tatapan mata yang tidak lepas dari Qia.     

"Qia bagaimana jika kamu tidur di kamar ibu saja?" tanya Bu Suri menatap Qia yang kini menatapnya.     

"Hah… Saya ingin tidur bersama anak-anak, hanya saja mungkin tidur dengan ibu lebih baik," ucap Qia menatap Bu Suri.     

"Ya sudah, ayo ibu antar ke kamar," ajak Bu Suri kemudian membalikkan tubuhnya untuk ke luar dari kamar.     

Mereka pun pergi ke kamar bu Suri. "Ayo, kalian tidur ini sudah pukul 9 malam. Kalian besok sekolah," Ayu setelah Bu suri keluar dari kamar.     

Ayu berjalan keluar ruangan sambil mengajak anak-anak lainnya untuk membereskan barang-barang mainan mereka kemudian bersiap untuk tidur. Kini di dalam kamar itu hanya ada Janu dan Flora saja.     

"Kenapa ibu ingin Qia pergi dari sini?"     

"Apa kakak percaya pada ucapan Qia?" tanya Flora tidak percaya.     

"Saya yakin Qia tidak berbohong, ada apa sama ibu sampai-sampai melakukan hal seperti ini pada Qia?" tanya Janu dengan wajah seriusnya.     

"Apa ibu tahu, apa yang ibu lakukan ini sungguh kekanakan. Umur ibu sudah tidak pantas melakukan adegan jambakan seperti tadi!" tegas Janu dengan mata marahanya.     

Ia yang biasanya bisa mengontrol emosinya tiba-tiba saja tidak bisa mengontrol emosinya. Apa yang pernah ia dengar dari beberapa orang tentang Flora kini terbukti di depan matanya. Ia sungguh tidak menyangka jika Flora seperti ini.     

TBC....     

YEY... KOMENT, POWER STONE DAN HADIAHNYA BANYAKIN YA GUYS... WKWKWK...     

BTW JANGAN LUPA DM AKU YA KALAU KALIAN IKUTAN CHALLENGE KE DUAKU. WEHEHEHE...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.