Menikah dengan Mantan

Bab 84 \"TERUNGKAP\"



Bab 84 \"TERUNGKAP\"

Hai... hul hula... apa kabar guys... woho... aku mulai aktif nulis lagi nih. Tapi hanya khusus cerita ini ya guys... wkwkwk...     

Happy Reading....     

"Kamu sudah mengemasi barang-barangmu?" tanya Kenan dengan suara pelan seraya menatap Qia yang sudah selesai mengepel lantainya.     

"Belum," jawab Qia singkat kemudian ia berjalan seraya membawa ember dan juga pel'annya untuk di letakkan kembali ke tempatnya.     

Kenan yang mendengar jawaban Qia pun mengepalkan tangannya erat, kemudian ia berdiri dan segera menyusul Qia. Qia terkejut ketika ia membalikkan tubuhnya sudah ada Kenan di hadapannya.     

Qia memundurkan langkahnya hingga kini mereka malah berada di dalam kamar mandi. Kenan menutupu pintu kamar mandinya membuat Qia membulatkan matanya. "Apa yang kakak lakukan?" tanya Qia menatap Kenan dengan tatapan mata was-was.     

"Kamu begitu takut denganku, tetapi dengan santainya kamu tidur dengan Raka," ucap Kenan dengan sorot mata tajamnya.     

"Wanita polos seperti mu ternyata sama saja, hanya wanita sampah yang mudah--" ucapan Kenan terhenti ketika Qia menampar kuat pipi Kenan hingga Kenan menolehkan kepalanya.     

Qia memegangi tangannya yang bergetar setelah menampar Kenan. Hatinya teramat sakit mendengar ucapan Kenan. Air matanya tiba-tiba saja turun dari sudut matanya. "Jangan samakan aku dengan ibu kakak! Aku ya aku dan ibu kakak ya ibu kakak. Kami berbeda!" teriak Qia dengan air mata yang membanjiri pipinya.     

Kenan terdiam di tempatnya. Ia tertegun menatap Qia yang menangis seperti itu. Ada sesuatu dalam dirinya yang tidak menyukai hal ini. Tanpa berkata apapun, ia menarik Qia ke dalam pelukannya. Perkataan Qia pun tidak ia dengarkan sama sekali. Padahal ucapannya lah yang membuat Qia seperti ini.     

"Jangan menangis, kamu ingat 'kan, aku tidak menyukai wanita cengeng," ucap Kenan memeluk eret tubuh kecil Qia.     

"Lepasin aku!" teriak Qia sambil memukul-mukul tubuh Kenan.     

Kenan sama sekali tidak mendengarkan ucapan Qia, yang ia dengar hanya tangisan pilu Qia saja. Kupingnya seperti tertutup sesuatu hingga perkataan Qia sama sekali tidak ia dengar. Qia terus memukuli tubuh Kenan tetapi Kenan tidak peduli sama sekali.     

"Qia, ada apa?" tanya Raka menggedor pintu kamar mandi dengan kuat membuat Kenan tersadar dari apa yang ia lakukan. Ia mengurai pelukannya kemudian menangkup kedua pipi Qia.     

"Berhentilah menangis," ucap Kenan seraya mengusap kedua pipi Qia dengan lembut.     

Sikap lembut Kenan sama sekali tidak membuat rasa sakit di dadanya itu menghilang. Dengan sisa-sisa tenaga yang ia miliki, Qia mendorong kuat dada Kenan supaya menjauh darinya. Kenan mundur beberapa langkah dan menatap Qia dengan tatapan sulit di artikan.     

"Jangan deket-deket aku lagi!" teriak Qia kemudian keluar dari toilet.     

Tidak peduli jika ada Raka di sana, Qia sudah berjalan melewati Raka dan berlari ke arah kamarnya. Raka terkejut dengan apa yang ia lihat barusan. Raka pikir Qia hanya sendiri di kamar mandi, ternyata ada Kenan di dalam sana. Kini ia menatap Kenan tajam, "apa yang sudah kamu katakan padanya? Apa kau berucap jika ia sampah?" tuduh Raka dengan suara tegasnya dan menatap Kenan tajam.     

Apa lagi yang akan membuat seorang wanita menangis kalau bukan perkataan pedas Kenan yang selalu menyebut wanita itu sampah. Bukan kali ini saja, tetapi sudah beberapa wanita yang dekat dengannya dan bertemu dengan Kenan pasti akan mengalami hal yang sama seperti Qia. Kenan dan mulut pedasnya pada wanita.     

Kenan terdiam dengan pertanyaan Raka. Ia menyadari jika dirinya tadi sempat berucap hal yang membuat Qia pasti sakit hati. Raka mengalihkan pandangannya juga Kenan ketika mendengar suara pintu kamar terbuka dan Qia sudah menenteng tasnya. Raka pun segera berlari menghampiri Qia.     

"Kamu mau ke mana Qi?" tanya Raka dengan raut wajah khawatirnya.     

"Sebaiknya Qia tingal di tempat lain Bang. Tinggal berdua dengan abang enggak baik. Qia berterimakasih karena abang udah ngizinin Qia tinggal di sini. Maaf, kalau selama Qia tinggal di sini, Qia nyusahin abang."     

"Qi, kamu sama sekali enggak nyusahin aku. Kamu tinggallah di sini setidaknya sampai kamu gajihan," ucap Raka dengan raut wajah khawatirnya.     

"Makasih bang, tetapi mungkin ini yang terbaik. Sekali lagi, Qia--"     

"Jadilah istriku," ucap Raka cepat memotong ucapan Qia membuat Qia dan Kenan terkejut.     

"Ba.. bang," ucap Qia tergagap karena ia begitu terkejut dengan ucapan Raka.     

Ada apa dengan dua orang di hadapannya ini. Pertama Kenan dan sekarang Raka. Kenapa mereka begitu menginginkan dirinya menjadi istri mereka. Apa tidak ada wanita lain selain dirinya? pertanyaan itu tiba-tiba saja muncul dalam benaknya.     

Raka langsung mengenggam kedua tangan Qia. "Aku enggak tahu harus memulainya dari mana, tetapi semenjak pertama kali aku bertemu denganmu rasanya aku ingin selalu dekat denganmu. Jadi, menikah lah denganku karena aku ingin selalu dekat denganmu," ucap Raka dengan wajah seriusnya.     

Kenan mengepalkan tangannya erat-erat. Ia sudah curiga dengan Raka yang selalu bertanya tentang Qia ketika Qia sakit waktu itu. Namun, pemikirannya hanya sampai jika Raka ingin mengajak Qia keranjangnya, bukan untuk menikah dengan Qia.     

Kenan tiba-tiba memegang pergelangan tangan Qia dan menariknya secara kasar ke arahnya hingga tubuh Qia kini menubruk tubuhnya. "Qia calon istriku!" tegas Kenan menatap tajam Raka.     

Qia membulatkan matanya dengan apa yang baru saja Kenan katakan seraya menjauh dari tubuh Kenan dengan pergelangan tangannya yang masih di pegang Kenan. Tanpa berkata apapun lagi Kenan membalikkan tubuhnya kemudian menarik Qia untuk pergi dari sana tanpa peduli jika tubuhnya masih basah.     

"Ternyata aku tidak salah menilai," ucap Raka dengan nada begitu dingin. Kenan berhenti sejenak tetapi ia kemudian melanjutkan langkahnya seraya terus menarik pergelangan tangan Qia.     

"Kau mencintainya kan?" teriak Raka tetapi sedikitpun Kenan tidak menghentikan langkahnya.     

Qia menoleh ke arah Raka yang wajahnya terlihat sedih dan kecewa. Ini perasaannya saja atau bagaimana melihat wajah Raka seperti itu. Ia kemudian menatap Kenan yang wajahnya terlihat datar dan menatap lurus. Qia terus berjalan mengikuti langkah Kenan sampai di basement appartement.     

Kenan membukakan pintu samping kemudi. "Masuklah," ucapnya dengan wajah datar.     

"Jangan ganggu aku lagi kak. Aku cuma sampah 'kan menurut kakak? Jadi ja--"     

"Aku bilang masuk! Jangan banyak bicara!" bentak Kenan dengan nada meninggi dan menatap tajam Qia.     

Qia terdiam di tempatnya menatap wajah marah Kenan. Dengan kasar Kenan mengambil tas baju Qia kemudian mendorong tubuh Qia agar masuk ke dalam mobil. Ia menutup pintu mobilnya kemudian membuka pintu belakang kemudian memasukkan tas Qia dan di letakkan di jok.     

Ia menutup pintu mobilnya setelah itu berjalan ke pintu kemudi. Kenan sudah menghidupkan mobilnya tetapi ia tidak kunjung menjalankan mobilnya. Sedangkan Qia sudah memejamkan matanya rapat-rapat seraya mencengkram kuat seatbeltnya. Keringat dingin sudah mulai bercucuran membasahi keningnya.     

Kenan masih diam di tempatnya dan menatap lurus kedepan. Ia menghembuskan napasnya dengan berat kemudian menoleh ke arah Qia. Raut wajahnya yang tadinya sempat datar tetapi dalam benaknya ia sedang memikirkan semuanya.     

Ia masih ingin menyembunyikan semuanya dari Raka, tetapi perkataan Raka sungguh membuatnya memanas. Ia tidak suka jika Qia di permainkan oleh Raka.     

Kenan yang melihat wajah Qia yang pucat pasi langsung menarik Qia dalam pelukannya. "Tenang, Ta. Ada aku disini. Tenang, Ta," ucap Kenan seraya mengusap lembut punggung Qia.     

Qia tidak menjawab, ia hanya memeluk tubuh Kenan. Kenan pun kini hanya diam tetapi tangannya tidak henti-hentinya mengusap punggung Qia memberikan ketenangan untuk Qia.     

TBC.... Ye ye ye....     

Raka udah tahu guys... apa yang akan terjadi berikutnya.     

Perkataan Raka pada Qia apa itu benar-benar dari dalam hatinya atau apa?     

Kira-kira pada akhirnya Kenan bisa mendapatkan Qia gak ya? wkwkwk....     

Cus semangatin aku dengan Koment yg banyak guys...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.