Menikah dengan Mantan

Bab 150 \"KEINGINAN SEBENARNYA\"



Bab 150 \"KEINGINAN SEBENARNYA\"

HAI…HULA-HULA… UP GUYS… SEKUYLAH MERAPAT.     

YUKS IKUTAN CHALEGE YANG BANYAK – BANYAKIN POWER STONE + HADIAH. YANG MAU IKUTAN, SEKUY LANGSUNG KOMENT DI PARAGRAF INI KALAU MAU IKUTAN.     

MAAF YA GUYS.. AKU NULIS BEGINI LAGI…     

MAAFKAN JUGA TYPO YANG MASIH BETEBURAN YA GUYS…     

HAPPY READING…     

Flora masuk ke rumah, rasanya ia malas sekali untuk pulang. Tanpa mengucaokan salam ia berjalan begitu saja. Bahkan dirinya tidak menyapa ke dua orang tuanya yang sedang berada di ruang keluarga.     

"Dari mana saja kamu? Apa lembur lagi? Untuk apa lembur bekerja, lebih baik kamu itu cari suami. Anak temen-teman mama aja yabg seumuran dengan kamu sudah menikah bahkan udah punya anak. Inget umur kamu itu udah 30 ta--" ucapan Lorensia-- ibu Flora itu terhenti ketika Flora yang tadinya diam menatapnya kini berjalan begitu saja pergi ke kamarnya.     

"Flora! mama sedang bicara sama kamu" marah Lorensia menatap putrinya yang sedang membuka kamarnya kemudian ia pun masuk ke kamarnya.     

Lorensia sudah ingin berdiri, tetapi suaminya itu menahan lengannya membuat Lorensia menatap tajam suaminya. "Kenapa A? aku mau marahin dia, dia udah enggak sopan sama kita!" marah Lorensia.     

"Apa kamu enggak lihat raut wajahnya?" tanya Herman -- suaminya.     

"Dia udah enggak sopan A, aku enggak suka anakku bersikap seperti anak yang tidak di didik baik oleh orang tuanya. Kalau dia nikah dan prilakunya enggak sopan gitu, kita juga yang di cap buruk A!" kesal Lorensia.     

"Neng, aa tahu, tapi kamu mengertilah dengan anakmu. Mungkin dia sedang ada pekerjaan yang menumpuk. Bosny sedang tidak masuk bekerja, jadi coba kasih dia waktu. Kamu itu ibunya, masa tidam bisa mengerti sedikit sama anaknya" tanya Herman dengan nada lembut.     

Herman sebenarnya adalah orang yang tegas, tetapi jika melihat anaknya yang lelah seperti Flora ia pun bisa mengerti. Berbeda dengan Lorensia yang selalu menuntut ke sempurnaan pada keluarga dan anak-anaknya.     

Sebenarnya orang yang selalu menuntut kesempurnaan itu Lorensia, Herman itu hanya mengikuti mau istrinya. Ia tegas dan selalu menuntut anak-anaknya karena istrinya. Aslinya dia sendiri tidak begitu menuntut anak-anaknya karena baginya anaknya tidak melakukan kesalahan seperti dirinya di masa muda itu sudah cukup.     

Bahkan sebenarnya Herman ingin mengambil putra mereka agar bisa tinggal bersama-sama. Namun Lorensia mengatakan tidak mau menghancurkan semua image yang dia bangun. Ia ingin keluarganya tahu bahwa dirinya bisa hidup tanpa mereka dan bisa berhasil. Tanpa orang tuanya ia bisa menyelesaikan pendidikan S2-nya.     

Lorensia adalah anak pengusaha textil di kota bandung sedangkan Herman anak seorang mandor di sebuah perkebunan teh. Mereka berdua satu sekolahan, walau awalnya Lorensia dan Herman tidak memiliki hubungan baik karena mereka saingan di kelas untuk mendapatkan peringkat pertama tetapi pada akhirnya Lorensia jatuh cinta pada Herman yang kalem.     

Setiap kali Lorensia mengajaknya bertengkat Herman pun hanya menghindari tanpa mau berdebat panjang lebar dengan Lorensia. Lorensia semakin kesal tetapi seperti kata orang benci dan cinta itu beda tipis. Entah dari mana semua iti berawal hingga pada akhirnya Lorensia jatuh cinta pada Herman.     

Ketika Herman mengobrol dengan seorang wanita yang meminta di ajari oleh Herman karena ia tidak mengerti pelajaran yang baru di sampaikan Lorensia langsung mencibir wanita itu begitu pun dengan Herman. Herman hanya menatap aneh pada Lorensia. Dari sanalah mulainya cinta itu bersemi, di tambah pihak sekolah meminta mereka untuk ikut lomba-lomba akademik.     

Tanpa sadar, mereka berdua pun nyaman dan mereka menjalani saja hubungan mereka tanpa pernah ada kata "aku cinta kamu, mau enggak jadi pacarku." Semua mengalir begitu saja. Tepat di hari terakhir ujian keluluasan Lorensia mengajak Herman ke rumah karena orang tuanya tidak ada di rumah dan ia suntuk jika di rumah tidak ada siapa-siapa. Ya, walau sebenernya ada pembantunya, tetapi itu berbeda.     

Ke dua orang tua Lorensia sedang pergi ke luar kota dan dua kakak laki-lakinya tentu saja tidak ada di rumah karena satu kakak laki-lakinya sudah menikah yang satunya lagi masih kuliah di universitas negri di daerah Yogyakarta. Herman pun menemani Lorensia di rumah, mereka hanya menonton drama telenovela makan cemilan.Tidak ada hal lain yang mereka lakukan lagi.     

Semuanya terlihat baik-baik saja, sampai hari semakin sore Herman yang hendak pulang tidak jadi pulang karena hujan yang awalanya hanya hujan kecil semakin lama menjadi hujan yang lebat. Suara guntur yang menggelegar dan petir yang menyelak-nyalak saling bersahutan bahkan sampai suara petir itu begitur terdengar.     

Lorenasia kini sudah duduk di sofa ruang ke luarga dengan selimut yang membungkus tubuhnya. Herman mengernyitkan dahinya melihat tingkah Lorensia. "Loren," panggil Herman dengan suara lembutnya.     

Lorensia tidak menjawab sama sekali, Herman kemudian memegang pundak Lorensia. "Loren, ada apa?" tanya Herman dan saat itu pula Lorensia membuka selimutnya.     

"Aku enggak suka suara mereka. Mereka berisik," uca Lorensia dengan wajah ketakutan.     

Herman mengangkat satu tanganya kemudian ia pun mengusap kepala Lorensia sayang. "Hujan itu berkah dan suar-suara yang bersumber dari alam itu musik yang indah yang Allah ciptakan," ucap Herman dengan suara lembutnya seraya menatap Lorensia dengan tatapan teduhnya.     

"Tapi, aku enggak suka," ucap Lorensia dengan wajah sedih dan terlihat raut wajah ketakutannya.     

Herman tersenyum kemudian ia membawa Lorensia ke dalam pelukannya. Lorensia pun membalas pelukan Herman, ia menyembunyikan wajahnya didada Herman dan semakin erat memeluk Herman ketika suara Guntur dan kilat itu saling bersahutan.     

"Kamarmu di mana, lebih baik aku temani kamu tidur supaya kamu bisa lebih tenang," ucap Herman yang satu tangannya mengusap-usap kepala Lorensia.     

Lorensia mengangkat satu tangannya dan menunjuk salah satu kamar. "Yuk, kita ke kamar," ajak Herman dengan suara lembutnya.     

Lorensia yang masih memeluk tubuh Herman pun berdiri kemudian berjalan seraya memeluk tubuh Herman. Sampai di kamar, Lorensia dan Herman pun langsung merebahkan tubuh mereka di atas tempat tidur. Menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka.     

Herman menarik Lorensia ke dalam pelukannya dan satu tangan Herman di jadikan bantal oleh Lorensia. Semua masih berjalan baik-baik saja, hingga pada akhirnya bibir mereka saling bergulat tanpa sadar dan akhirnya mereka pun mempraktekkan pelajaran biologi tentang proses perkembak biakan manusia hingga menhasilkan sebuah zigot.     

Satu hari sebelum penguman ke lulusan dunia Lorensia terasa begitu hancur. Ia merasa semua impiannya hancur ketika dokter mengatakan jika Lorensia hamil. Papa Lorensia langsung marah besar bahkan ia menampar kuat pipi Lorensia juga ia hampr saja menghajar habis-habisan Lorensia. Jika tidak ada ibunya, mungkin Lorensia sudah habis oleh ayahnya.     

Ayah Lorensia nemintan supaya Lorensia mengugurkan kandungannya. Namun, Lorensia tidak mau sama sekali mengugurkan kandungannya. Papanya pun akhirnya mengizinkannya dan ia pun ingin tahu siapa pria yang sudah menghamili putri satu-satunya itu.     

Ketika Papanya tahu siapa yang menghamili Lorensia, Papanya itu menolak tegas untu menikahkan putri mereka. Pertama karena status sosial Herman dan yang ke dua perbedaan agama di antara mereka. Lorensia memang tidak satu agama, tetapi akhirnya mereka bisa bersatu sampai detik ini. Herman menjamin bahwa ia akan bertanggung jawab pada Lorensia dan akirnya Lorensia pun bisa bersama dengan Herman. Lorensia nekat kabur dari rumahnya dan pergi bersama Herman untuk membangun kehidupan layak untuk mereka.     

Lorensia akhirnya menuruti apa yang di katakan suaminya untuk tidak menganggu Flora. Di dalam kamar, Flora sedang duduk di balik daun pintu kamarnya. Ia lelah dengan segala rentetan pertanyaan ibunya setiap kali dirinya pulang. Apakah ibunya itu tidak lelah bertanya hal yang sama padanya.     

Flora menjambak dengan satu tangan kanannya. Ia begitu lelah dengan semua yag terjadi dalam hidupnya. Kenapa ia seperti ini, apa-apa harus mengikuti selera ibunya. "Kenapa enggak gua aja yang di posisi Kak Janu. Jika aku di posisi dia, aku enggak akan tares-terusan di sudutin dengan pertanyaan mama itu. Aku lelah," ucapnya dengan nada begitu frustasi     

Ia semakin menjambak rambutnya karena begitu sangat lelah dirinya dengan segala ha yang tarjadi. Ketika ia tadi ke luar, ia merasa bahagia tetapi ketika dirinya sampai di rumah rasanya begitu lelah dan muak masuk ke rumah.     

Flora berdiri dari duduknya kemudian ia berjalan ke arah nakas sebelah tempat tidurnya. Ia membuka lacinya kemdudian ia mengambil sebuah buku tebal yang ada di laci yang ia buka. Ia pun membuka buku itu dan tepat hampir di tengannya buku itu ada bagian berbentuk kotak yang bisa ia gunakan utuk menyembunyikan sesuatu.     

Flora mengambil sebuah bunkusan plastik kecil yang berisi sebuah pil. Flora mengambil satu buah pil itu kemudian ia meminumnya. Setelah meminum pil itu, Flora berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Obat yang di minuman Flora tadi bukanlah sebuah ekstasi tetapi obat depresi resep dari dokter.     

Jangan di tanya kenapa Flora sampai mengkonsumsi obat depresi itu. Tentu saja tekanan yang begitu kuat dari ke duai orang tuanya membuat dia sangat-sangat depresi. Flora yang tidak mudah berbicara tentang apa yang terjadi pada dirinya membuatnya akhirnya tertekan dan menimbulkan beberapa gejala depresi.     

Walau dirinya memiliki sahabat seperti Sabana, tetap saja ia masih kurang untuk melepaskan segala beban di pundaknya. Dirinya benar-benar begitu tertekan hingga akhirnya depresi. Gejalanya yaitu dirinya yang merasa cemas, sulit berkonsentarasi, mudah marah dan akhirnya depresi.     

Untungnya Flora saat itu memeriksa ke adaan dirinya sehingga dokter bisa meresepkan obat depresi pada Flora, jika tidak mungkin saat ini Flora sudah berada di ruma sakit jiwa.     

Selesai membersihkan tubuhnya Flora naik ke atas tempat tidurnya kemudian ia pun merebahkan tubuhnya ini. Ia menarik selimutnya dan mulai memejamkan matanya. Dirinya ingin beristirahat itu sebabnya ia naik ke atas tempat tidur dan langsung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Perlahan tapi pasti Flora pun lama-lama tertidur.     

TBC…     

YO YO YO… GUYS… BANYAKIN KOMENT DAN POWER STONENYA YA GUYS…     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.