Menikah dengan Mantan

Bab 137 \"APAKAH AKU MENCINTAINYA?\"



Bab 137 \"APAKAH AKU MENCINTAINYA?\"

HAI… HULA HULA…. UP GUYS…     

SEKUYLAH MERAPAT GUYS…     

OH IYA IKUTAN CHALLENGE YUK… RAMAIAKAN POWER STONE + KASIH HADIAH JUGA YA SUPAYA MAKIN SEMANGAT. JIKA KALIAN SUDAH MELAKUKAN INI, PLISS… KALIAN LANGSUNG AJA KOMENT DI PARAGARFA INI YA PER TANGGAL 1 MARET. YANG BULAN KEMARIN PADA ENGGAK MAU. HIKKS.. SEDIH AKU. TAPI, YA UDAH LAH, MAU GIMANA LAGI. MUNGKIN MEMANG KALIAN TIDAK BERMINAT SAMA SEKALI.     

MAAF YA… TYPO MASIH BETEBARAN     

HAPPY READING GUYS….     

Tidak seperti Kenan yang sedang menikmati indahnya malam pertama dengan Qia, Raka kini sedang menghabiskan berbotol-botol minuman keras di appartementnya. Ia memikirkan Kenan yang sedang menikmati malam pertamanya. Air mata terus keluar membasahi pipinya dan ia terus menegak minuman kerasnya hingga akhirnya ia tertidur di lantai karena sudah terlalu mabuk.     

Chika sedang berada di luar kota untuk meninjau lokasi pembagunan itu sebabnya ia tidak bisa datang dan kini Raka hanya bisa menghabiskan waktunya dengan minuman keras untuk melupakan kesedihannya.     

Sekitar pukul 11 siang, Raka mulai mengerjapkan matanya dan perlahan ia membuka matanya. Ia berusaha bangun dari tidurnya seraya memegangi kepalanya yang berdenyut nyeri. Dirinya berusaha berdiri tetapi sulit karena tubuhnya masih terasa lemas, apalagi di tambah dengan nyeri kepala yang saat ini ia rasakan.     

Pada akhirnya Raka pun memilih untuk menyandarkan tubuhnya ke sofa karena tadi malam ia menikmati minumannya di ruang televisi seraya duduk lesehan di bawah. Raka mendogakkan kepalanya dan bersandar di bagian tempat duduk sofanya. Matanya terpejam dan rasanya ia kembali ingin tidur.     

Namun, ia tidak bisa tidur begitu saja karena dirinya juga masih membutuhkan asupan makanan. Ia boleh bersedih, tetapi dirinya belum mau untuk meninggal. Walau ia tidak memiliki apa-apa lagi sebagai penguatnya, dirinya masih belum mau meninggalkan dunianya dengan alasan masih banyak hal yang harus ia perbaiki. Ia menyadari jika dirinya adalah pribadi yang buruk, tetapi suatu saat ia pun ingin menjadi pribadi yang baik sebelum ia meninggalkan dunia ini.     

Raka membuka matanya kemudian satu tangannya terangkat untuk memijit keningnya dan pelipisnya yang terasa sakit. Ia kembali memejamkan matanya tetapi tangannya masih bergerak untuk memijit pelipis atau keningnya yang berdenyut nyeri. Lama ia melakukan hal itu, ia pun membuka matanya tetapi pada akhirnya dirinya kembali memejamkan matanya.     

Rasa sakit di kepalanya begitu menyiksa dan dengan memejamkan matanya rasa sakit itu sedikit berkurang. Raka membuka matanya kemudian naik ke ke atas sofa. Ia mengambil bantal sofa untuk menjadi bantalnya dan kembali menutup matanya. Raka kembali tidur dengan posisi terlentang.     

Di tempat lain, chika yang sedang beristiraha mencoba menghubungi Raka. Tetapi dari pukul berapa ia lupa, ia sudah terus menelphone Raka tapi handohphone Raka masih tidak bisa di hubungi. Chika menjadi khawatir dengan keadaan Raka yang tidak ada kabar sama sekali.     

Chika memikirkan Raka yang sepertinya mabuk-mabukan. Walau Raka tidak berkata barang sekecil apapun, dirinya tahu jika Raka mencintai Qia. Karena ia pernah melihat interaksi Qia dengan Raka. Ia terlihat tersenyum ketika berbicara dengan Qia. Bahkan ketika Kenan dan menghampiri Qia raut wajahnya berubah murung, semua sudah pertanda bukan jika Raka memang mencintai Qia.     

Chika memegangi dadanya yangtiba-tiba terasa nyeri ketika mengingat tentang Raka yang mencintai Qia. Ia menekan dadanya agar rasa sakit itu menghilang, Chika terdiam untuk beberapa saat menyadari sesuatu hal yang semestinya tidak terjadi. "Apa aku mencintai Raka?" tanyanya dengan tangannya yang kembali memijit dadanya yang terasa nyeri.     

"Enggak, enggak mungkin aku menyukainya. Memang kita sudah sering melakukannya. Tetapi, semua itu hanya untuk simbiosis mutualisme. Jadi, mana mungkin aku jatuh cinta pada Raka," ucap Chika menolak dengan pemikirannya bahwa ia jatuh cinta pada Raka.     

Chika pun memikirkan semuanya hingga ia tidak fokus dengan pekerjaannya. Qia pun meminta izin pulang terlebih dahulu ke hotel dengan alasan bahwa dirinya sedang tidak enak badan. Sampai di hotel Chika meletakkan semua barang-barangnya kemudian ia menjatuhkan dirinya ke atas tempat tidur. Chika menatap langit-langit kamarnya dengan segala pemikirannya.     

Hembusan napas berat itu meluncur dari bibirnya, ia pun memejamkan matanya kemudian satu tangannya memijit pangkal hidungnya kerena rasa pening di kepalanya. Setelh berpikir keras, ia tidak menempukan alasan lain dalam hal ini. Yag ia sadari saat ini bahwa dirinya jatuh cinta pada Raka.     

Chika tiba-tiba membuka matanya, ia pun segera bangun dari rebahannya kemudian meraih tas kerjanya yang tadi ia letakkan di nakas sebelah tempat tidur. Ia mengambil handphonenya dan kembali menelphone Raka. Lagi dan lagi, handphone Raka tidak aktif sama sekali membuat ke khawatiran itu semakin menjadi.     

"Kamu tuh, kemana sih, ka?" tanya Chika dengan wajah khawatrinya.     

Dirinya ingin sekali memesan tiket pesawat dan segera menemui Raka yang mungkin sudah terjadi sesuatu. Ia takut juga jika Raka menghabiskan berbotol-botol minuman keras di dalam appartement hingga ia overdosis minuman. "Enggak, enggak," ucap Chika seraya menggelengkan kepalanya kemudian ia memukul kepalanya untuk mengusir segala pemikiran buruk tentang Raka.     

"Aku akan menunggu sampai besok. Jika besok Raka masih tidak bisa di hubungi, aku akan pulang hari itu juga," putus Chika pada akhirnya.     

Ia tidak bisa pergi begitu saja sedangjan urusan di sini masih belum selesai. Bisa-bisa Chika akan mendapatkan teguran dari Papanya dan juga nyinyiran pedas dari ibu tiri dan adik tirinya. Walau ia putuskan besok akan pulang jika Raka sama sekali tidak bisa di hubungi, tetapi setidaknya ia akan dengan segera menyelesaikan urusannya terlebih dahulu sebelum pulang ke Jakarta.     

Chika bangun dari duduknya di atas tempat tidur, kemudian ia pun berjalan ke kamar mandi untuk mmebersihkan tubuhnya. Chika mengguyur tubuhnya di bawah shower sambil menikmati tetasan air yang tersa menyegarkan kepalanya saat ini.     

Ia butuh merelax-kan kepalanya supaya tubunya tidak kelelahan. Kelelahan fisik itu lebih mudah di obati dibandingkan dengan kelelahan otak. Otak lelah lama-lama bisa memicu stress. Dari stress bisa menjadi depresi dan gila jika kita sudah sangat stress.     

Seperti dirinya yang memiliki kepribadian ganda karena terlau tertekan dengan kehidupan, ia menjadi stress hinggga akhirnya ia membuatkan kepribadian lainnya untuk menghilangkan rasa stress itu karena dirinya sudah tidak sangggup untuk melakukan sendiri. Selesai membersihkan tubunya, Chika pun berjalan ke koper untuk mengambil pakaiannya.     

Ia megambil kaos kebesaran kemudian celana pendek setengah tiang. Ia pun memakai pakaiannya tanpa pergi ke kamar mandi karena dirinya hanya sendirian di kamar ini tentu saja ia leluasa untuk melakukan apapun. Termasuk,memakai pakaian yang ingin ia pakai saat ini.     

Selesai dengan pakaiannya, Chika berjalan ke arah nakas untuk mengambil tas make-upnya dan menggunkan skin care perawatan wajahnya yang sensitif. Selesai memakai skincare Chika kembali merebahkan tubunya. Ia perlu istirahat supaya ia tidak merasa kelelahan karena otakknya yang di paksa untuk memikirkan tentan Raka.     

TBC….     

YOHOOO…. RAMAIKAN KOMENT + POWER STONENYA YA GUYS… SEKALIAN KIRIM HADIAH JUGA. YANG PALING BANYAK NGASIH HADIAH DAN POWER STONE KALIAN BISA DAPAT HADIAH DARI AKU. SO, KALAU KALIAN IKUTAN LAGSUNG KOMENT AJA YA GUYS… DI PARAGRAFT.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.