Bab 103 \"NYAMAN\"
Bab 103 \"NYAMAN\"
HAPPY READING GUYS….
Raka berdiri dari dudukya membuat wanita yang baru saja kembali mengambil makanan untuk Raka dan juga dirinya sendiri itu sedikit terkejut. "Ada apa?" tanya wanita itu seraya meletakkan makannya ke atas meja.
"Aku ingin pergi," jawab Raka singkat.
"Kenapa buru-buru, aku sudah mengambilkan kamu makan," ucap wanita itu mendongakkan kepalanya agar bisa menatap Raka karena sekarang ia sednag duduk.
"Apa kamu betah di sini lama-lama melihat lelaki yang pernah di jodohkan dengamu kini bertunangan dengan wanita lain?" tanya Raka tidak habis pikir dengan wanita di hadapannya yang tidak lain adalah Chika.
Iya, Chika atau Scarlett wanita yang di jodohkan ke Kenan adaah Chika yang bersama Kenan. "Kenan bukan jodohku, jadi untuk apa aku mempermasalahkannya?" tanya Chika kemudian ia mulai menyantap makanannya.
"Ya sudah terserah kamu!" kesal Raka kemudian ia pun melangkahkan kakinya untuk pergi dari ballroom hotel itu. Ia sudah tidak tahan lama-lama di sana, karena ia tidak bisa berbuat apa-apa.
Raka melajukan mobilnya meninggalkan parkiran hotel itu. Ia sekarang akan pergi ke club malam untk melupakan sejenak masalahnya. Sekitar satu jam menempuh perjalanan, akhirnya Raka sampai juga di club malama itu. Seperti biasa, ia akan duduk di sofa dan memesan beberapa wanita untul menemaninya.
Raka terus menegak minumannya tanpa berhenti, membiarkan dirinya mabuk berat. Sekitar pukul 12 kurang 10 menit Raka pun pulang dengan kondisi yang sudah mabuk berat. Ia beberapa kali sudah menambrak orang ketika keluar dari club malam itu. Ia kini sudah ada di dalam mobil dan siap melajukan mobilnya. Tetapi ia yang cukup mabuk malah menyandarkan kepalanya di stir mobil.
Dering handphone di dasbord mobilnya membuat Raka dengan malas mengangkat kepalanya. "Hallo" jawab Raka malas.
"Kamu dimana? Kenapa belum pulang?" tanya Chika di sebrang telphone.
Chika tadi akhirnya menyusul Raka karena ia bertemu dengan papa dan mama tirinya. Sebelum mereka bercuit menasehati atau lebih tepatnya mengomeli Chika yang kalah dengan seorang OG untuk mendapatkan hati Kenan ia memilih segera keluar dari ballroom hotel itu.
Tujannya pun ke apprtement Raka, sayangnya sampai di appartement Raka tidak ada. Ia sudah mencoba menelphone Raka berkali-kali, sayangnya Raka tidak mengangkat sama sekali handphonenya. Ia juga sudah mengirimin pesan tetapi Raka masih tidak mengangkatnya.
Ia sendiri tidak tahu kemana tujuan Raka jika sedang kesal seperti ini. Ia sendiri tidak tahu kenapa Raka sepertinya tidak suka dengan pertunangan Kenan Dan Qia. Ia berpikir jika mungkin Raka menyukai Qia itu sebabnya Raka tidak menyuakia berada di sana terlalu lama.
Chika sudah bolak balik keluar dari appartement untuk mengecek apakah Raak sudah pulang atau belum, dan akhirnya setelah berpuluh-puluh kali ia menelphone Raka mengangkat telponnya. Dari sebrang telephone Chika tidak begitu mendnegar ucapan Raka, rasanya Raka seperti sedang berkumur-kumur hingga ucapannya tidak jelas di telinganya.
"Raka!" bentak Chika karena kesal Raka tidak jelas sekali berbicaranya.
Namun, setelah Chika membentak sambungan telpon langsung terputus membuat Chika semakin kesal di buatnya. "Bodo amat deh lo mau kemana, hidup-hidup lo. Gua enggak ada urusan sama hidup lo selain lo mengontrol Scarlett," ucap Chika kemudian ia merebahkan dirinya di sofa.
Tubuhnya sudah sangat lelah rasanya. Sebenarnya bukan tubuh, melainkan pikirannya yang semakin rumit karena tekanan papa dan mama tirinya. Ia bukan orang yang akan memaksakan kehendaknya jika orang yang di paksa itu tidak mau. Ya, seperti dirinya dan Kenana. Ia menyukai Kenan, tetapi ia tidak bisa memaksa Kenan untuk menyukainya juga.
Ia pun mulai memejamkan matanya membuat dirinya tenang tanpa mempedulikan ucapan papa dan mama tirinya. Dari pada dirinya di kendalikan oleh Scarlett ia harus mencoba tenang. Perlahan Chika pun masuk ke dalam mimpinya dan tertidur pulas.
Pagi pun tiba, Chika bangun seraya meregangkan otot-otonya. Ia melihat jam dindidng yang terletak di atas televise. Pukul 5 pagi, ia hanya tidur beberpa jam saja. Chika mendudukkan dirinya dan kembali meregangkan tubuhnya. Ia pun berdiri dan akan berjalan ke kamar mandi untuk buang air kecil sekaligus mencuci wajahnya.
Ketika melangkah Chika yang memang masih sedikit mengantuk itu tidak sengaja menyandung tubuh seseorang hingga membuatnya terjatuh. Ia pun menatap apa yang membuatnya jatuh. "Raka!" ucapnya terkejut dengan matanya yang membulat sempurna.
Chika pun langsung mendekat ke arah Raka dan mengecek ke adaan Raka. Bau alkohol yang begitu menyengat yang langsung memasuki indra penciumannya. Chika langsung menjauhkan tubuhnya dan menatap kesal Raka.
"Gua mikirin lo kemana, ternyata lo malah mabuk-mabukan!" kesal Chika kemudian menendang tubuh Raka yang kemudian bergerak setelah di tendang.
Hanya sebentar dan Raka kembali tertidur. Chika masih meantap kesal Raka tetapi dia pun tidak tega jika Raka tertidur di lantai seperti itu. Denga susah payaj Chika menarik tubuh Raka ke atas karpet bulu yanga ada di ruang televise itu. Karpet bulu yang letakkanya di bawah meja sofa dan sofa.
"Setidaknya di sini lebih hangat" ucap Chika seraya menatap Raka dengan napas tersengal-sengal.
Tubunya tidak begitu besar, hingga mengangkat tubuh besar Raka sedikit kesulitan. Ia mengambilkan bantal sofa kemudian selimut yang ada di dalam meja sofa. Ia menyelimuti tubuh Raka yang tertidur dengan nyaman.
"Kenapa kamu harus minum-minuman, sih?" tanya Chika menatap wajah Raka yang terlihat tenang.
Ini pertama kalinya bagi Chika melihat Raka yang begitu mabuk. Sebelum-sebelumnya Raka tidak pernah mabuk walau ia terkadang meminum-minuman keras yang ia simpan di kulkas atau di laci meja sofa ini. Lama Chika memandangi wajah Raka tangannya tiba-tiba terulur untuk menyentuh wajah Raka. Ia mengusap lembut pipi Raka.
Ia terus mengusap pipi Raka dan itu begitu natural. Ketika ia menyudahi usapannya dan akan berdiri dai duduknya, pergelangan tangannya tiba-tiba saja di pegang oleh Raka. Kemudian Raka menarik tubuh Chika untuk ia peluk. "Kenapa harus dia?" tany Raka seraya mempererat pelukannya.
"Ka," panggil Chika karena pelukan Raka terlalu kuat.
"Aku mau kamu, menikahlah denganku. Jangan dia," ucap Raka yang masih memejamkan matanya.
Deg
Hati Chika tiba-tiba seperti berhenti berdetak kemudian ia merasakan ada ribuan jarum yang menusuk hatinya. Entah kenapa mendengar Raka berkata seperti itu membuat hatinya tiba-tiba terasa sakit dan napasnya seperti tercekat tertimpa dengan ribuan ton hingga menyesakkan.
Chika hanya mampu terdiam tidak meminta di lepaskan lagi oleh Raka. Ia lebih me relax kan lagi tubuhnya hingga tanpa sadar kini ia tidur di samping Raka dengan berbantalkan lengan Raka. Ia menatap Raka yang masih memejamkan matanya. Menatap lekat-lekat pria yang ia mintai tolog. Ia tidak menyangka jika tanpa sadar dirinya nyaman dengan kehadiran Raka dalam hidupnya.
TBC…
YO YO YO… HULA HULA…. GIMANA GUYS… SETUJU ENGGAK RAKA PADA AKHIRNYA SAMA CHIKA? WKWKWKW…. YUKS RAMAIKAN KOMENT DAN POWER STONENYA YA GUYS…