Menikah dengan Mantan

Bab 110 \"BERBAGILAH\"



Bab 110 \"BERBAGILAH\"

HAI... HULA HULA... UP GUYS...     

JANGAN BOSEN" SAMA CERITA INI YA...     

HAPPY READING....     

Raka menatap Scarlett dengan tatapan mata yang tidak tahi apa artinya. Scarlett hanya diam menatap Raka dengan air matanya yang berlinang membasahi pipinya.     

"Kalau kamu enggak berbagi dengannya kamu enggak akan tahu Chika sanggup atau tidak. Chika sekarang sudah dewasa, aku yakin dia bisa berbagi cerita dengan kamu," ucap Raka dengan lembut menatap serius Scarlett.     

Scarlett terdiam dan hanya menatap Raka. Tangan Raka kini terulur untuk menghapus air mata di pipi Scarlett dengan penuh kelembutan.     

"Kita ke kamar, hum," ucap Raka seraya tersenyum.     

Scarlett tidah menjawab tetapi ia sudah berdiri dan Raka segera membantu Scarlett. Ia mengangkat tubuh Scarlett ala bridal style. Scarlett pun reflek mengalungkan tangannya ke leher Raka. Ia diam seraya menatap rahang Raka yang terlihat kokoh.     

Sampai di kamar Raka menurunkan Scarlett dengan hati-hati. "Tidurlah," ucap Raka dengan suara lembut.     

"Temani aku," ucap Scarlett yang tangannya masih melingkar di leher Raka.     

"Aku ganti baju dulu," ucap Raka dengan suara lembutnya.     

Scarlett tidak menjawab ia melepaskan pelukannya di leher Raka. Raka kemudian berjalan ke arah lemari pakaian dan mengambil koas lengan pendek tanpa kerah dan celana hawai selutut. Selesai mengganti pakaiannya ia pun merebahkan dirinya di samping Scarlett.     

"Raka," panggil Scarlett dengan suara lembutnya.     

"Bisakah kamu memanggil ku Scarlett seperti pertama kamu mengenalku?" tanya Scarlett tanpa menatap Raka.     

Ia merebahkan kepalanya di lengan Raka satu tangannya bergerak mengitari dada Raka.     

"Tidurlah Scarlett," ucap Raka dengan satu tangannya memgusap puncak kepala Scarlett.     

Scarlett merapatkan tubuhnya ke Raka dan Raka pun balas memeluk tubuh Scarlett. Mereka pun mulai memejamkan matanya dan masuk ke alam mimpi mereka.     

Sekitar pukul 7 malam Scarlett membuka matanya. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan pencahayaan yang memasuki retinanya. Scarlett memegangi kepalanya yang berdenyut sakit seraya mendudukkan tubuhnya.     

"Berapa banyak dia minum-minum?" tanyanya entah pada siapa.     

Tiba-tiba bayangan masalalu muncul dalam ingatannya tetapi, bayangan itu terlihat samar-samar. Suara pintu terbuka mengalihkan pandangannya.     

"Kamu sudah bangun?" tanya Raka seraya masuk ke dalam. Ia berjalan ke arah nakas kemudian meletakkan handphonenya di sana.     

Ia mendudukkan dirinya di tepi ranjang kemudian tangannya terulur memegang pipi Scarlett. "Kamu sudah baikkan?" tanya Raka lagi dengan lembut.     

Tadi ketika tertidur, tiba-tiba saja Scarlett seperti kesakitan. Keringat dingin pun membasahi wajahnya dan wajahnya juga terlihat pucat. Raka sudah mencoba membangunkan Scarlett tetapi dia tidak juga bangun.     

Scarlett membuka matanya, tetapi tatapan matanya itu kosong dan setelah itu Scarlett kembali memjamkan matanya. Raka sempat panik dan akan mengangkat tubuh Scarlett untuk di bawa ke rumah sakit. Namun, hembusan napas Scarlett yang teratur membuat Raka bernapas lega.     

"Apa Scarlett membuat masalah? Berapa banyak yang dia minum?" tanya Scarlett yang ternyata sudah kembali menjadi Chika.     

"Kenapa? apa kepalamu sakit?" tanya Raka dengan raut wajah sedikit khawatir.     

"Hum," jawab Chika seraya memijit kepalanya yang rasanya masih sakit.     

"Sebentar, aku ambilkan obat," ucap Raka kemudian ia berdiri dari duduknya dan berjalan ke luar untuk mengambilkan obat yang biasa ia minum jika kepalanya sakit setelah minum.     

Raka masuk ke dalam sambil membawa obat dan air mineral. Ia kembali duduk di pinggiran tempat tidur sebelah Chika. Ia menyodorkan obat dan air mineral pada Chika. Chika pun menerimanya dan meminum obatnya.     

Selesai meminum obatnya Raka menerima air mineral yang masih tersisa kemudian Raka meletakkannya ke atas nakas. "Mau makan malam? Aku tadi masak gurame saus padang sama tumia brokoli," ucap Raka seraya merapihkan helaian rambut Chika yang menutupi pipi dan mata Chika.     

"Hum," ucap Chika.     

"Kamu mau mandi dulu? atau mau langsung makan?"     

"Aku mau mandi, rasanya badanku lengket semua engggak mandi," ucap Chika.     

"Ya udah kalau begitu. Mandi sendiri bisa, kan?"     

"Memangnya kamu mau mandiin?" tanya Chika memutar malas bola matanya.     

"Kamu mau?" tanya Raka dengan nada menggoda.     

Dengan kesal Chika melemparkan bantal ke arah Raka yang segera di tahan oleh Raka. Raka menarik bantalnya kasar, kemudian meletakkan bantalnya jauu dari Chika. "Udah, mandi," ucap Raka kemudian ia berdiri dari duduknya.     

Raka berjalan ke luar kamar, Chika pun mendengkus melihat punggung Raka menjauh. Ia kemudian turun dari tempat tidur dan berjalan ke kamar mandi.     

Raka sedang di ruang kerjanya, niatnya tadi ke kamar memang untuk mengecek keadaan Chika karena keadaan Chika tadi cukup membuat khawatir. Kini ia pun mulai berkutat dengan pekerjaannya.     

Banyak file-file kontrak pekerjaan yang belum ia cek karena pertunangan Kenan membuatnya tidak bisa konsen dengan pekerjaannya. Mengingat hal iti, ia jadi teringat kejadian siang tadi. Ia bisa melihat kilatan kemarahan dari mata Kenan.     

Setelah di pikir-pikir lagi ia pun mengingat saat ia meminta alamat Qia tetapi Kenan bersih keras tidak memberi tahukan padanya. Ia pun mulai mengulang kembali beberapa waktu belakangan ini tentang hal-hal yang berkaitan dengan Qia dan Kenan.     

Kenan terlihat tidak menyukai Qia, tetapi setelah di ingat-ingat lagi Kenan bukan tidak menyukai Qia melainkan Kenan yang tidak suka Qia yang dekat dengannya.     

Ia pun mengingat ketika ia membelikan Kenan nanas karena Kenan ngotot makan nasi goreng nanas. Padahal ia sangat tahu jika Kenan tidak bisa makan nanas, tetapi saat iti berbeda Kenan kekeh ingin makan nasi goreng nanas. Seperti sedang menegaskan sesuatu pada Qia karena tatapan Kenan saat itu begitu dingin dan tegas.     

"Kenapa aku sebodoh itu, tidak melihat pergerakan mereka," ucap Raka yang merasa sangat bodoh karena tidak tahu dengan beberapa sikap Kenan dan Qia yang menunjukkan kedekatan mereka.     

Raka menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi. Kemdudian ia mekijit pangkal hidungnya. Ia benar-benar merasa bodoh dengan semua ini. Ia pun memejamkan matanya untuk meredahkan perasaannya yang berkecamuk memikirkan betapa bodohnya dirinya.     

Pintu ruang kerjanya di ketuk, Raka pun hanya berkata untuk masuk tanpa mengubah posisi duduknya. "Kamu udah makan malam?" tanya Chika seraya masuk ke ruang kerja Raka.     

Raka membuka matanya kemudian menegakkan tubuhnya. Ia memperhatikan pakaian yang di gunakan Chika. Bisakah kamu tidak memaki celan dalamku?" tanya Raka memicingkan matanya karena Chika lagi-lagi memakai celana dalamnya.     

Chik tersenyum menampilkan deretan giginya. Ia berjalan ke arah Raka berada kemudian berdiri di samping Raka. "Habisnya enak begini, lagi pula ini di dalam appartement. Tidak akan ada yang melihatnya."     

"Memang tidak ada yang melihatnya, hanya saja itu celana dalamku yang baru. Aku belum memakainnya dan kamu sudah memakainya," ucap Raka kesal sendkri karena memang celana dalam itu masih baru. Itu stock celana dalamnya yang tersisa. Sedangkan ia sedang tidak sempat membelinya lagi.     

Tadi siang pun karena suasana hatinya tidak baik-baik saja, ia tidak sempat membeli. Celana dalamnyanyanh laim sudah masuk masanya pensiun, jadi Raka kesal karena stok celana dalamnya malaj di pakai Chika.     

"Besok, aku beliin lagi ya, hum," ucap Chika seraya tersenyum kemudian menjawil dagu Raka. Raka menepis tangan Chika dengan raut wajahnya yang kesal. Chika yang melihat hal itu malah terkekeh.     

TBC....     

Yo yo yo... RAMAIKAN KOMENT DAN POWER STONENYA YA GUYS....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.