Menikah dengan Mantan

Bab 109 \"PELINDUNG\"



Bab 109 \"PELINDUNG\"

Kali ini Qia dan Kenan pergi ke appartement Kenan. Qia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur dan Kenan pun ikut menyusul merebahkan dirinya di atas tempat tidur. Ia sudah mengenal Qia, walau ia sebelumnya tidak pernah tidur bersama wanita kecuali ketika ia masih kecil. Kenan sama sekali tidak merasa risih sekasur dengan Qia.     

Bahkan kini ia sedang menarik tubuh Qia ke dalam pelukannya. "Kak," ucap Qia penuh peringatan.     

"Aku cuma mau peluk kamu aja, enggak akan macam-macam," ucap Kenan dan mengeratkan pelukannya.     

Qia sendiri tidak masalah di peluk seperti ini. Ia merasa di lindungi, mungkin karena almarhum Nathan yang selalu memeluknya dan keluarganya pun memperlakukan Qia bagaikan ratu yang harus di lindungi. Qia pun sudah mengenal Kenan lama dan mereka pernah 1zmenjalin hubungan.     

Kenan memang kekasihnya saat itu, tapi ia sendiri merasa nyaman dengan Kenan dan merasa di lindungi dengan sikap Kenan yang sering melarang ini itu. Tanpa sadar Kenan adalah orang yang pencemburu sekaligus protektif.     

Qia menjauhkan kepalanya supaya ia bisa menatap wajah Kenan. "Kenapa?" tanya Kenan membuka matanya untuk menatap Qia.     

"Tadi pagi, gimana caranya aku tidur sama kakak?" tanya Qia memicingkan matanya.     

"Kamu ketiduran, aku bawa kamu ke kamar tamu. Tapi, waktu aku mau ninggalin kamu, kamu malah teriak. Ya, udah aku temenin kamu sampai kamu tidur nyenyak. Karena aku udah ngantuk dan kamu masih takut di tinggal sendiri, ya udah, deh. Aku bawa kamu tidur di kamar."     

"Aku takut?" tanya Qia heran. "Kakak pasti bohong. Mana mungkin aku takut tidur sendiri," ucap Qia yang tidak percaya dengan alasan Kenan. Karena memang dirinya bukan orang yang penakut tidur sendiri.     

Yang hanya ia takutkan sampai sekarang yaiti menaiki mobil pribadi karena bayangan kecelakaan yang ia alami itu masih terlihat nyata di depannya. Posisi Qia waktu itu, ia melihat pasti sebuah mobil truck mengarah ke arah mobil yang di naiki dirinya dan keluarga ketika di jalan temurunan.     

Qia tiba-tiba menyembunyikan wajahanya di dada Kenan membuat Kenan mengernyitkan dahinya bingung dengan apa yang Qia lakukan. "Qi," panggil Kenan lembut seraya mengusap kepala Qia dan sedikit menarik kepala Qia agar ia bisa menatapnya.     

"Qia mau tidur, kak," jawab Qia yang masih menyembunyikan wajahnya di dada Kenan.     

"Ya sudah, tidurlah. Aku juga mengantuk, ingin tidur," ucap Kenan kemudian ia mengusap-usap kepala Qia dan ia mulai memejamkam matanya.     

Usapan lembut Kenan di kepalanya membuat Qia merasa nyaman dan ia pun menjadi tenang. Perlahan, ia pun benar-benar memejamkan matanya dan masuk ke alam mimpi.     

***     

Di appartement Raka kini Raka sedang makan bersama Scarlett. Raka menghembuskan napasnya melihat botol alkohol berserakan. Padahal Scarlett mengatakan jika tidak baik terlalu banyak mengkonsumsi alkohol. Dan sekarang, apa yang sedang di lakukan Scarlett.     

Tadi Chika menelphonenya, belum sempat ia mengangkat telphonenya sambungan sudah terputus. Entah kenapa ia merasa ada sesuatu.yamg mendesak dengan Chika, akhirnya ia pun memutuskan untuk pulang. Ketika ia sampai di rumah, ia melihat wanita yang keluar dari appartementnya dengan pakaian sexy.     

Raka yang menyadari jika wanita itu Scarlett segera berlari menghampiri Scarlett dan menarik paksa Scarlett untuk masuk ke appartment. Scarlett meronta minta di lepaskan, tentu saja itu terjadi. Bukan Scarlett namanya jika tidak keras kepala.     

Walau kesulitan, pada akhirnya Raka mampu membawa Qia masuk ke appartment. Dan di sinilah sekarang, Scarlet dengan 2 botol bir dengan kadar alkohol 40 persent. Scarlett sudah sangat mabuk karena dia memang tidak pernah meminum alkohol banyak-banyak, tetapi karena ia sedang sangat kesal karena tidak bisa ke luar, ia pun hanya bisa melampiaskannya dengan minum-minuman keras seperti ini.     

"Sudah hentikan, kamu sudah mabuk," ucap Raka mengambil botol yang di pegang Scarlett itu dengan kasar.     

"Bawa sini!" pinta Scarlett seraya mengulurkan tangannya.     

"Kamu sudah sangat mabuk, lebih baik kamu ke kamar sekarang."     

"Biarkan saja aku mabuk, apa pedulimu!" teriak Scarlett kesal kemudian ia mencoba mengambil botol dari tangan Raka yang sengaja Raka jauhkan.     

"Bawa sini!" teriaknya kesal.     

Raka meletakkan botol itu di atas meja kemudian ia mengangkat tubuh Scarlett seperti karung beras. Scarlett meronta tetapi tidak lama karena rasa pusing di kepalanya membuatnya mual di gendong dengan posisi kepala kebawah. "Huek," Scarlett akan muntah membuat Raka segera menurunkannya dan menegakkan tubuhnya.     

"Hueek." Mata Raka membulat sempurna, ia pun cepat-cepat membawa Scarlett berjalan ke arah kamar mandi dapur karena itu yang terdekat.     

Scarlett langsung memuntahkan isi perutnya ke closet membuat Raka menghela napasnya. Ia berjongkok di belakang tubuh Scarlett seraya memijit leher Scarlett.     

Dirasa Scarlett sudah tidak muntah lagi, Raka pun menghentikan pijatannya. Scarlett kini menatapnya dengan wajah berantakan, Raka sedikit mual melihat wajah Scarlett karena ada sedikit muntaham di ujung bibir Scarlett.     

Ia kemudian berdiri untuk mengambil tisu di meja makan. Ia kembali seraya membawa kotak tisu beserta isinya. Scarlett masih terduduk di toilet dengan wajah berantakannya.     

Raka berjongkok di samping Scarlett kemudian mengusap wajah Scarlett dengan tisu. Ia merapihkan rambut Scarlett yang berantakan. Kini Scarlett menatap Raka dengan tatapan yang tidak tahu apa artinya.     

"Kenapa kamu peduli dengannya?" tanya Scarlett menatap Raka dengan tatapan mata sulit di artikan.     

"Aku yang selalu melindungi dia tapi kenapa orang lebih peduli sama dia?" tanya Scarlett berteriak keras.     

"Aku, aku yang menahan rasa sakitnya kenapa dia yang di pedulikan?" tanya Scarlett memukuli dadanya.     

Rasanya dadanya begitu sesak hingga ia kesulitan untuk bernapas. Air mata kini membasahi pipi Scarlett. "Gua yang menahan rasa sakit dan ketakutannya pada jala** sialan itu!"     

Raka mengernyitkan dahinya mendengar ucapan Scarlett baruasan. "Jala**? siapa orang yang dimaksudnya?" tanya Raka entah pada siapa.     

"Maksud kamu apa?" tanya Raka yang serius menatap Scarlett.     

Gadis yang kamu pedulikan ini tahu siapa yang membunuh ibu kandungnya. Namun, karena ia takut dan tidak merasa bersalah pada ibunya ia bersembunyi dan membangunkan aku untuk mengatasi masalahnya. Aku, aku yang menahan sakitnya. Aku!" teriaknya sambil memukuli dadanya dan air mata sudah membasahi pipi Scarlett.     

"Aku yang menemukan kamu terlebih dahulu, tapi kenapa harus wanita sialan ini yang kamu pili?" tanya Qia dengan wajah fruatasinya.     

Raka hanya mampu terdiam, ia tidak tahu harus berkata apa. Tapi, satu hal yang pasti Scarlett adalah tameng yang di bentuk Chika untuk menahan rasa sakitnya. Scarlett memang harus di kasihani, tetapi Chikalah pemilik tubuh sebenarnya.     

Raka menatap Scarlett yang masih terus menangis. Tangannya kini terulur untuk mengusap pipi Scarlett. "Jika kamu lelah dengan semua ini, berbagilah rasa sakitmu itu dengan Chika," ucap Raka memberi saran.     

Scarlett tersenyum, tetapi perlahan senyuman itu berubah menjadi tawa besar. "Apa kamu hilang ingatan?" tanya Scarlet menatao malas Raka.     

Raka diam dan menatap Scarlett begitu intens. "Aku ada karena wanita ini takut. Jadi, bagaimana aku bisa berbagi dengannya jika dia yang membuatku hadir di dalam hidupnya?" tanya Scarlett serius menatap Raka.     

TBC...     

YO YO YO... RAMAIKAN KOMENT DAN POWER STONENYA BANYAKIN YA GUYS.... heheheh....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.