Bab 143 \"OLD CITY ( MASJID BIRU )\"
Bab 143 \"OLD CITY ( MASJID BIRU )\"
UP GUYS... SEMOGA KALIAN PADA BETAH YA...
BTW SEKUY LAH IKUTAN CHALLEGE DI MANA YG PALING BANYAK POWER STONE DAN KASIH HADIAH BAKALAN KU KASIH HADIAH.
JADI... YUKS BURUAN IKUTAN..
OH IYA, MAAF YA.. TYPO MASIH BETEBARAN.
HAPPY READING....
Selesai berfoto mereka kembali kemeja mereka. Untung saja meja mereka tidak ada yang menempati. Tidak lama dari mereka kembali ke meja, pesanan mereka pun sampai.
Qia dan Kenan pum mulai menyantap makanan mereka. Selagi tangan kanannya menyuapkan makanan ke mulut, tangan kiri Qia scrolling foto-foto tadi untuk melihat hasil fortonya. Jika tidak bagus Qia akan menghapusnya. "Makan dulu Qi, jangan main handphone aja," ucap Kenan seraya menatap kesal Qia.
"Ini juga makan, kak," jawab Qia tanpa menatap Kenan dan ia memasukkan makannaya ke dalam mulutnya.
Kenan yang kesal segera mengambil handphone Qia.
"Eh, kak, kak," ucap Qia sambil menatap handphonenya yang sudah melayang di pegang Kenan.
"Makan, baru nanti main handphone lagi!" tegas Kenan dengan tatapan marahnya.
Qia mendengkus kesal ia pun mengalihkan tatapannya ke makanannya kemudia ia pun mulai memakam makanannya hingga habis. Ketika makan, Qia tidak henti-hentinya menggerutu. Namun, gerutuan itu tidak jelas di dengar Kenan. Kenan tidak ambil pusing dengan gerutuan Qia jadi ia pun hanya menikmati makanannya.
Selesai makan mereka tidak langsung pergi. Mereka menurunkan makanannya mereka supaya di proses oleh pencernaan. Selama menunggu Qia sibuk dengan handphonenya dan Kenan pura-pura sibuk dengan handphonenya juga.
Kenan beberapa kali melirik ke arah Qia dan Qia pun tahu itu, tetapi dirinya tidak peduli jika Kenan menatap ke arahnya. Qia masih asyik melihat handphonenya. Ia saat ini sedang melihat aplikasi sosial medianya.
Tiba-tiba Kenan berdiri dari duduknya membuat Qia kini mengalihkan pandangannya untuk menatap Kenan. "Kita jalan lagi," ucap Kenan dan Qia tanpa berkata apa-apa sudah berdiri.
Tubuh Qia tiba-tiba bergerak seperti cacinh kepanasan tidak lama tapi membuat Kenan mengernyitkan dahinya. "Kenapa?"
"Deres," jawab Qia singkat.
"Hah?" ucap Kenan tidak mengerti maksud perkataan Qia.
"Toilet dimana ya kak, ini udah penuh kayaknya," ucap Qia membuat Kenan kini mengerti maksud perkataan Qia.
Jadi maksud deras yaitu darah datang bulannya sedang mengalir deras. Oh, jangan di tanya Kenan paham maksud kata penuh apa. Tadi ia sempat bingung maksud kata deras apa, ternyata maksud Qia adalah darah datang bulannya sedang mengalir deras.
Semasa SMA dulu, Qia berkata tanpa saringan pada Kenan. Walau ia sedang berbicara pada Nathan tetapi tetap saja bukan, dirinya saat itu sedang ada di tempat yang sama dengan Qia dan Nathan berada. Jadi, Kenan pun mengerti tidak perlu di beri tahu lagi.
Kenan dan Qia mencari toilet, setelah menemukan toilet, Qia masuk ke dalam toilet sedangkan Kenan menunggu di tempat yang tidak jauh dari toilet berada.
Qia sudah keluar dari sana setelah itu Kenan dan Qia melanjutkan perjalanan mereka. Mereka menaiki tangga ke atas Jembatan Galata ini karena memang Jembatan Galata terdiri dua tingkat. Tingkat atas atau
tingkat pertama berupa jembatan yang digunakan untuk lintasan mobil dan pejalan kaki. Lintasan trem yang membawa penumpang dari daerah Sultanahmet (kota lama) ke Kabatas/Taksim (daerah pusat kota baru) juga melewati bagian ini. Di jembatan atas ini pula para pemancing beraksi.
Qia dan Kenan berdiri di pembatasa jembatan. Di deratan itu ada banyak orang-orang yang sedang memancing. "Wah.. bagus banget kak dari sini pemandangannya," ucap Qia yang memandang aktivitas kapal yang hilir-mudik, baik di Golden Horn (tanduk emas), Selat Bosphorus, maupun Laut Marmara.
"Kak, foto yuk," ucap Qia dengan semangat seraya menatap Kenan dengan wajah yang begitu senang.
Tanpa protes Kenan pun menuruti permintaan Qia. Beberapa foto di ambil, daei foto sendiri sampai foto berdua yang di fotokan oleh orang. Ada juga foto selfie yang membuat wajah Qia kini bersemu merah.
Bagaimana tidak bersemu merah ketika mereka selfie dan Qia sedang mencium pipi Kenan tepat di hitungan ketiga Kenan langsung menolehkan kepalanya hingga bibir mereka pun bertemu.
Qia pun menatap ke sisi kiri jembatan dimana di sisi kiri adalah kawasan kota tua, romantisme Istambul di masa lalu pun seolah hadir menyapa. Karena di kota tua atau old city itu terdapat gedung-gedung bersejarah.
Bangunan bersejarah itu dibangun oleh Kekhilafahan Utsmani pada masa kejayaannya. Dari sisi kiri Jemmbatan Galata itu merupakan arah menuju kawasan Sultan Ahmet Square, dan Qia bisa menyaksikan langsung kemegahan bangunan-bangunan masa lampau misalnya seperti Masjid Biru dan Hagia Sophia.
"Kak, kesana yuk," ajak Qia seraya menunjuk ke arah old city.
"Hum," jawab Kenan yang hanya bergumam.
Mereka pun berjalan untuk menuju old city. Qia dan Kenan menuju Masjid Sultan Ahmet ( Masjid Biru ). Kenapa di sebut Masjid Biru karena menggunakan lantai berwarna biru.
Masjid Biru ini dibangun di seberang Hagia Sophia, dan dibangun pada tahun 1609–1616. Tepatnya selama masa pemerintahan Ahmed I. Salah satu murid Mimar Sinan, Sedefkar Mehmet Aga, merupakan arsitek Masjid Biru. Mimar Sinan merupakan kepala arsitek bagi sultan Suleiman I, Selim II, dan Murad III.
Masjid Biru memiliki banyak fitur seperti kubah, setengah kubah, dan menara yang ramping. Enam menara yang menjadi karakteristik masjid tersebut merupakan sesuatu yang tidak biasa dalam gaya arsitektur khas Ottoman.
Qia begitu mengagumi keindahan bangunan Masjid Biru ini. Senyuman mengembang itu tidak lepas dari bibirnya membuat Kenan sedikit menyunggingkan senyumannya.
Masjid Biru ini memiliki empat menara yang terletak di setiap sudut masjid. Menara-menara tersebut memiliki bentuk seperti pensil. Empat menara tersebut masing-masing memiliki tiga balkon. Sementara dua lainnya yang berada di ujung halaman hanya memiliki dua.
Dari seluruh masjid Ottoman yang ada, Masjid Biru memiliki halaman paling besar. Di sebelah halaman, Qia dan Kenan dapat melihat makam Sultan Ahmed.
Sementara di seberang makam, mereka bisa melihat German Fountain. Air mancur tersebut merupakan hadiah dari Kekaisaran Jerman kepada para Ottoman.
"Kak, foto," ucap Qia begitu semangat.
Kenan pun lagi dan lagi hanya menuruti saja apa mau Qia. Walau dirinya sendiri tidak suka foto-foto, tetapi demi memenangkan hati Qia lebih dalam lagi sehingga tidak akan ada alasan kuat Qia meninggalkannya. Ia akan membuat Qia benar-benar mencintai dan tidak akam pernah bisa lepas darinya.
Lagi-lagi Mereka foto-fot yang sedikit romantis membuat pipi Qia kembali bersemu merah dan kali ini jantunh Qia ikut derdegup tidak karuan karena posisi foto mereka kali ini satu kaki Qia di angkat keatas untuk melingkat ke pinnggang Kenan dan wajah mereka berdekatan dengan kening mereka saling menempel. Tatapam lembut Kenan pada Qia membuat wajah Qia begitu merah.
TBC...
YO YO YO... BANYAKIN KOMENT DAN POWER STINENYAN YA GUYS....