Menikah dengan Mantan

Bab 124 \"MAAFIN AKU\"



Bab 124 \"MAAFIN AKU\"

YUHUU… UP GUYS…. TRIPLE UP. WEHEHEHE…     

JANGAN LUPA KOMENT DAN POWER STONENYA YA GUYS…     

MAAF YA GUYS.... KALAU TYPO MASIH BANYAK BANGET...     

HAPPY READING…     

Qia mendengarkan lagu dan sesekali ia bernyanyi ketika ada lirik yang ia bisa dengan suara kecil. Ia pun terus menatap ke arah jalanan kota Jakarta yang cukup padat di sore hari ini. Tidak terasa dirinya akan sampai di jalan untuk menuju rumah kakek Kenan. Ia pun memesan ojek online sebelum ia sampai supaya tidak perlu lama menunggu.     

Ia turun dari bus dan menunggu di halte bus ojek online yang ia pesan. Ojek online pun datang dan ia pun segera naik ke atas motor setelah memakai helemnya. Sampai di tempat ia pun membayarnya dan memberikan helem pada tukang ojek. Ia masuk dan memberikan senyum pada satpam. Ketika masuk, ia bertemu dengan Zevan dan ia pun sempat menyapa Zevan seraya tersenyum.     

Ia masuk ke dalam dan bertemu kakek yang baru saja menyelesaikan sholat magribnya karena ia sampai di rumah sudah pukul 18.45. Jalan yang padat membuatnya cukup lama untuk sampai di tempat. Qia yang sudah tidak asing dengan rumah itu dan Revi pun menatap Qia tidak seperti orang-orang yang dulu menatapnya. Revi menatapnya dengan penuh kelembutan membuat Qia nyaman dekat dengan Revi.     

Kakek dan Zevan juga menerimanya dengan tangan terbuka membuatnya menjadi nyaman. Berbeda jika ada Carla,dirinya seperti tidak bisa apa-apa. Ia takut bergerak karena takut membuat kesalahan. Apalagi Carla menolaknya begitu keras, sehingga ia pun merasa tidak nyaman dan tidak bisa bergerak bebas jika ada Carla di rumah ini.     

Qia mencium punggung tangan Kakek dan ia bertanya di mana tante Revi, Kakek pun menjawab jika Revi sedang di dapur. Qia pun segera melangkahkan kakinya pergi ke dapur. Sampai di dapur Revi masih memasak bersama bibi dan makanan yang sudah matang masih ada di meja dapur. Qia pun tanpa di suruh sudah mengusulkan diri untuk membantu meletakkan makan ke atas meja makan.     

Revi pun mengizinkannya dan ketika masakan sudah selesai ia pun mengobrol dengan Revi hingga Revi menyebutkan nama Kenan yang membuat dirinya menegang. Entah kenapa dirinya menjadi takut untuk bertemu Kenan. Ia sampai menahan napasnya karena terlalu terkejut.     

Qia menghembuskan napasnya dengan kasar ketika menyadari jika Kenan sudah pergi dari dapur. "Kamu kenapa Qi?" tanya Revi yang mengernyitkan dahinya karena bingung melihat Qia yang menghembuskan napasnya seperti itu.     

"Ah, enggak apa-apa kok, tan," jawab Qia kemudian ia pun tersenyum supaya tidak meninggalkan kecurigaan. Revi pun hanya menganggukkan kepalanya saja mendapat jawaba dari Qia.     

Sekitar pukul 7 malam mereka semua pun makan malam bersama. Kenan masih belum turun, Kakek pun meminta Qia untuk memanggilkan Kenan makan malam bersama. Qia tidak bisa menolak, ia pun berjalan menaiki tangga menuju lantai dua. Sampai di depan kamar Kenan Qia pun mengetuk pintunya seraya memanggil Kenan.     

"Kak Ken, makan malam udah siap," ucap Qia dengan takut-takut.     

"Duluan saja," jawab Kenan dari dalam kamar.     

Qia tidak berkata lagi, ia pun memilih turun ke bawah untuk kembali ke ruang makan. Sampai di ruang makan, "Mana Kenan?" tanya Kakek mengernyitkan dahinya karena tidak melihat Kenan yang ikut bersama Qia.     

"Kata kak Ken suruh makan duluan, Kek," jawab Qia seraya menarik kursi yang akan dia duduki.     

"Anaka itu, kebiasaan sekali tidak makan bersama," gerutu kakek.     

Qia pun hanya bisa tersenyum kikuk mendengar ucapan Kakek. "Ya udah, Pa. Biarkan saja Kenan seperti itu. Mungkin ia masih lelah pulang kerja, makannya tidak makan bersama," jawab Revi memberi pengertian pada Kakek.     

"Ini bukan kali pertama lagi Revi, tapi sudah sangat sering atau bahkan bisa di bilang sudah setiap hari Kenan seperti itu," ucap Dermawan kesal.     

"Ya udah pa, lebih baik papa makan untuk menjaga kesehatan papa," ucap Revi mencoba mengalihkan topik.     

Dermawan pun sudah tidak berkata lagi ia menerima piring yang di sodorkan menantunya out dengan piring yang sudah terisi dengan nasi dan lauk pauk. Qia yang mendengar keluhan kakek merasa menjadi tidak enak. Ia akan menjadi istri Kenan, itu sebabnya ia merasa tidak enak. Ia sendiri berpikir bagaiman membuat Kenan mau makan bersama dengan para keluarga.     

Qia pun memakan makanannya seraya terus berpikir bagaimana membuat Kenan tidak seperti ini lagi. Selesai makan malam, Qia membantu membereskan meja makan. Jika ada Carla pasti hal seperti ini akan di komentari oleh Carla. Untung saja hari ini Carla tidak datang ke rumah Kakek sehingga ia bisa bergerak leluasa.     

Selesai membereskan meja makan, Qia mengambil piring dan mengisi piring dengan nasi dan lauk pauk. "Itu untuk Kenan?" tanya Revi menebak apa yang Qia lakukan.     

"Iya, te," jawab Qia seraya tersenyum. Revi pun menganggukkan kepalanya mengerti.     

"Ya, udah ya, te. Qia ke kamar kak Ken dulu," ucap Qia seraya tersenyum.     

"Ah, iya," jawab Revi seraya tersenyum.     

Qia pun melangkahkan kakinya menaiki tangga untuk menuju lantai dua di mana kamar Kenan berada. Tepat di depan kamar Kenan, Qia pun mengrtuk pintu kamar Kenan dengan jantung yang mulai berdetak tidak normal. "Kak Ken, ini Qia."     

Hening, tidak ada jawaban hingga Qia menempelkan telinganya di daun pintu. Qia pun kembali mengetuk pintu kamar Kenan dan memanggil Kenan dan kembali hening tidak ada sahutan apapaun dari Kenan. Qia pun kembali mengetuk dan memanggil Kenan yang lagi-lagi tidak menyahut.     

"Apa dia mandi ya?" tanya Qia entah pada siapa.     

Ia pun kemudian menatap gagang pintu, "Apa aku harus masuk gitu saja?" tanyanya lagi entah pada siapa.     

Qia menghembuskan napasnya sebelum ia memegang gagang pintu kemudian membukanya. Pintu kamar Kenan ternyata tidak di tutup, ia pun langsung mendorong masuk ke dalam dan apa yang sedang ia lihat membuatnya terkejut.     

"Kak, kak Ken," ucap Qia tergagap seraya menatap Kenan.     

"Ada apa kamu memanggil dari tadi?" tanya Kenan dengan wajah datarnya menatap Qia.     

Qia dengan susah payah menelan salivanya mendengar pertanyaan Kenan. "I… ini," ucap Qia tergagap seraya mengulurkan nampan yang ia pegang ke arah Kenan dan mundur beberapa langkah agar ada jarak karena jika dekat, tidak baik dengan kesehatan jantungnya.     

Kenan menatap nampan yang sedang di pegang Qia kemudian ia menatap Qia. Mata mereka saling beradu satu sama lain. Mereka berdua ingin mangatakan maaf, tapi entah kenapa kata maaf itu begitu susah mereka berdua ucapakan.     

Qia mencoba menyemangati dirinya untuk mengatakan maaf dan begitupun dengan Kenan yang sedang mengontrol dirinya suaya mudah untuk berkata maaf.     

"Maafin aku," ucap Qia dan Kenan bersamaan membuat mereka berdua langsung terdiam.     

TBC….     

Acie… wkwkwkwk… QIA DAN KENAN SUDAH BISA MENGATAKAN MAAG GUYS… APAAN DEH, KAN GAMPANG BILANG MAAF YA. WEHEHEH…     

JANGAN LUPA KOMENT DNA POWER STONENYA YA GUYS…     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.