Bab 116 \"TIDAK BOLEH KE MANA-MANA\"
Bab 116 \"TIDAK BOLEH KE MANA-MANA\"
SEMOGA KALIAN ENGGAK BOSEN-BOSEN YA, DENGAN CERITA INI.
GUYS…. SEKUYLAH.. YANG BELUM BELI PRIVIKU, TOLONG BELI YA, CUMA BUTUH 1 KOIN AJA KOK. JADI BELI YA… PRIVINYA.
DAN MAAF KALAU TYPO MASIH BANYAK SEKALI YANG BETEBARAN.
HAPPY READING GUYS…
Qia mengganti pakaiannya di toilet dan Kenan kini sedang menelpon Raka untuk mengabarkan Qia yang tidak masuk bekerja.
["Hallo,"] jawab seorang wanita di sebrang telpon. Kenan mengernyitkan dahinya kemudian ia menjauhkan handphonenya untuk melihat apakah ia salah menelpon orang.
"Siapa kamu? dimana Raka?" tanya Kenan dengan suara dingin.
["Ka, Kenan cari kamu,"] ucap wanita di sebrang sana yang sedang berbicara pada Raka.
["Kami aja Chik,"] ucap Raka yang bergumam kurang jelas.
["Hallo Ken, ada apa? Raka masih tidur, kalau ada yang mau di sampeein ke Raka bilang aja ke aku. Nanti alu sampaiin ke dia,"] ucap wanita di senrang telpon yang tidak lain adalah Chika.
"Sampein aja ke dia, kalaua hari ini Qia enggak masuk!" kesal Kenan dan langsung mematikan sambungan telponnya begitu saja tanpa mendengarkan jawaban dari lawan bicaranya.
Tepat setelah sambungan telpon ia putuskan, Qia keluar dari dalam toilet. "Kamu yakin mau pulang sekarang?" tanya Kenan menatap Qia yang berjalan ke arahnya.
"Lebih cepat sampai kosan itu lebih baik, kak. Supaya aku juga bisa cepat istirahat," ucap Qia kemudian meletakkan pakaian rumah sakit ke atas tempat tidur.
"Hum," jawab Kenan yang hanya bergumam saja.
"Oh, iya. Apa kakak udah telpon bang Raka?" tanya Qia yang kini sedang mencari sisir di tasnya.
"Enggak di angkat sama Raka!" jawab Kenan ketus.
Qia mengernyitkan dahinya mendengar jawaban ketus Kenan. Kan dia sendiri yang menelpon kenapa dia yang tidak suka. Qia pun menghendikan bahunya tidak mau ambil pusing karena Kenan memang cukup sensitive dengan para pria yang dekat dengannya.
Setelah Qia siap, Kenan pun membawa Qia pulang. Sepanjang perjalanan hanya musik yang menemani perjalan mereka. Qia pun memilih tidur bersandar di bahu Kenan. Sedangkan Kenan menyetir dengan satu tangannya, karena satu tangannya yang lain ia gunakan untuk memeluk tubuh Qia seraya mengusap lengan Qia.
Qia yang tidur tidak menyadari jika Kenan kini membawanya ke appartement Kenan. Kenan sengaja membawa Qia ke appartement supaya ia bisa mengawasi Qia. Jika di rumah, ia tidak mau Kakek banyak bertanya ada apa dengan Qia. Kenan perlahan melepaskan pelukan Qia kemudian ia membenahkan tubuh Qia untuk tidur di jok. Ia kemudian turun dan menutup pintu sepelan mungkin tetapi tetap saja, sepelan apapun ia mencoba menutup pintu mobilnya Qia tetap terbangun.
Qia mengerjap-ngerjapkan matanya seraya ia mengusap matanya untuk menyesuaikan pencahayaan yang masuk ke retina matanya. Pintu samping Qia terbuka dan Kenan sedikit terkejut dengan Qia yang sudah terbangun. "Kaget ya, karena aku nutup pintunya enggak pelan?" tanya Kenan menatao Qia yang kini menatapnya.
"Hum," jawab Qia yang hanya bergumam saja.
"Kita dimana kak?"
"Untuk beberapa hari ini, kamu tinggalah di appartementku. Nanti, kalau kondisi kamu udah lebih baik baru kalau kamu mau kembali ke kosan, ke kosan lah," jawab Kenan seraya tersenyum.
"Aku di kosan enggak apa-apa, kak. Aku baik-baik aja, udah enggak kenapa-napa lagi," ucap Qia menatap Kenan tanpa keraguan.
"Enggak ada bantahan, Ta! Kamu harus tinggal di appartementku untuk sementara waktu!" tegas Kenan.
Qia menatap Kenan serius, begitu pun dengan Qia. Mereka saling menatap satu sama lain tanpa berbicara sama sekali. Qia yang akhirnya memutuskan kontak mata mereka pertama kali. Ia pun memalingkan wajahnya menatap ke arah lain. "Udah, ayok masuk. Aku hari ini ada kerjaan, jadi kamu di appartemenyt aja jangan kemana-mana," ucap Kenan.
Qia langsung menatap Kenan, rasanya ia ingin memprotes apa yang di katakana Kenan. Tetapi, ya sudahlah. Jika di prostes akan semakin panjang urusannya. Kenan yang tidak pernah mau ucapannya di bantah akan terus melawan hingga apa yang ia mau di turuti. Qia yag memang malas berdebat pun memilih mengikuti apa mau Kenan.
Qia ke luar dari mobil dan tanpa aba-aba Kenan langsung mengangkat tubuh Qia ala bridal style. Qia sedikit berteriak karena kaget, ia pun refleks langsung mengalungkan tangannya ke leher Kenan. Tidak ada pembicaraan ketika menuju unit kamar appartement Kenan, mereka berdua hanya diam dengan pemikiran mereka masing-masing.
Sampai di kamar appartement Kenan menurunkan Qia di atas tempat tidur dengan hati-hati. Setelah itu Kena pun berjalan ke walk in closetnya untuk mengambil kemeja kerjanya. Ia tadi masih menggunakan pakaian semalan yang ia pakai. Ia juga mengambilkan baju kaosny yang berkerah berwarna putih serta celana hawainya supaya di kenakan Qia.
Kenan berjalan ke arah Qia untuk memberikan pakaiannya pada Qia. "Kalau kamu mau pakai dress tinggal cari saja di walk in closet," ucap Kenan kemudian ia membalikkan tubuhnya untuk ke kamar mandi mengganti pakaiannya.
Qia melihat pakaian yang di berikan padanya, ia pun segera mengganti membuka pakaian atasnya sebelum Kenan keluar dari kamar mandi. Seteah itu ia menarik selimut untuk menutupi bagian bawahnya karena ia mau menggantinya. Ia malas berjalan ke kamar mandi, jadi lebih baik mengganti pakaian dengan cara ini. Tepat ketika ia menarik ke luar celana yang yang ia pakai Kenan pun ke luar.
Kenan cukup terkejut melihatnya tetapi ia pun segera membalikkan tubuhnya ke kamar mandi karena tidak enak melihat hal seperti itu. "Aku pakai selimut, kak. Jadi enggak ada masalah," ucap Qia seraya menatap Qia yang masih menatap ke arah dalam kamar mandinya.
"Tetap saja, itu enggak bagus. Lain kali kalau ganti baju ke kamar mandi. Jangan di tempat tidur seperti itu. Untung saja aku yang ada di dalam sini, jika orang lain pasti kamu akan segera di perkosa," ucap Kenan yang masih setia menatap ke arah kamar mandinya.
"Iya," jawab Qia seraya memutar malas bola matanya mendegar ucapan Kenan. Ia sendiri tidak akan melakukannya jika bukan Kenan. Ia sudah nyaman dengan Kenan, jadi tidak mempermasalahkan caranya mengganti pakaian. Toh dia juga tidak telanjang sama sekali, masih menggunkan selimut untuk mengganti celananya.
"Udah, kak," ucap Qia ketika ia selesai menganti pakaiannya.
Kenan membalikkan tubuhnya kemudian berjalan ke arah Qi seraya membawa dasi di tangannya. Ia kemudian duduk di tepi ranjang tepat sebelah Qia. Tanpa berkata apa-apa, ia mengulurkan dasi yang di pegangnya.
"Hah…" Qia menghela napasnya kemudian dengan malas memakaikan dasi ke leher Kenan.
"Belajar makeik dasi untuk suaminya," ucap Kenan seraya merapihkan helaian rambut Qia yang maju ke depan.
Qia menepuk dada Kenan setelah menyelesaikan dasi Kenan. Kenan berdiri dari duduknya dan ia pun menunduk untuk menatap Qia. "Ingat ya, hari ini kamu harus banyak istirahat. Kamu enggak boleh ke mana-mana. Cukup di appartement saja. Kalau kamu perlu apa-apa kamu minta tolonglah pada Bi Munah," ucap Kenan menasehati.
"Iya," jawab Qia singkat.
"Ya, udah. Aku berangkat, ya," ucap Kenan mengusap kepala Qia seraya tersenyum kemudian ia mengecup singkat kening Qia. Perlakuan Kenan yang seperti itu membuat detak jantung Qia tidak beraturan.
TBC…
Ye ye ye ye…. BANYAKIN KOMENT DAN POWER STONENYA YA GUYS…