Menikah dengan Mantan

Bab 182 \"AJARIN QIA, DONG!\"



Bab 182 \"AJARIN QIA, DONG!\"

HAI HULA HULA…     

MAAF YA TYPO MASIH BETEBARAN.     

HAPPY READING….     

Raka mengernyitkan dahinta mendengar jawab Qia. "Maksudnya?" tanya Raka dengan kernyitan di dahinya.     

"Ya biasalah! Kak Ken kan, agak berlebihan kalau masalah luka," jawab Qia dengan malas.     

"Memangnya tangan kamu kenapa?" tanya Raka yang kini sudah meletakkan kembali tangan Qia ke atas meja.     

"Tadi malam keiris jari telunjuknya. Memang sih, cukup dalam. Cuma kak Kena entah kenapa suka banget bungkus luka setebel ini. Padahal seingatku, otak kak Ken itu berisi. Enggak bdoh sama sekali. Tapi, entah ngapa setiap luka kecil bakalan di bebat kayak gini," kesal Qia kemduain ia pun melepaskan perban ynag membalut tangannya.     

"Eh, mau kamu apain?" tanya Raka cepat sebelum Qia benar-benar mebuka kain kasanya.     

"Mau di lepas lah, bang. Malu-maluin tangan di bungkus kayak nasi bungkus begini. Mending kalau lukanya parah, ini cuma robek di telunjuk doang yang luka," kesal Qia seraya melepaskan kain kasa yang membebat tangannya.     

Qia sama sekali tidak mepedulikan peringatan Kenan agar tidak membuka kain kasanya. Qia benar-benar tidak mempedulikannya karena dirinya merasa risih tangannya yang di bungkus seperti itu.     

Qia membuang kain kasa ke dalam tong sampah kemudian ia mulai menghidupkan komputernya. "Oh, iya bang," ucap Qia seraya mendongakkan kepalanya untuk menatap Raka yang masih berdiri di sebelahnya.     

"Kenapa?"     

"Abang mau pergi ke Ausi sama Kak Ken, kan?" tanya Qia.     

"I.. iya," jawab Raka sedikit gugup.     

Entah kenapa ia takut jika Qia curiga terhadapnya, karena tidak seharusnya ia ikut pergi ke Australia bersama Kenan. "Sebelum abang pergi ke Ausi, tolong ajarin Qia dong. Kata kak Raka aku akan gantiin abang selama abang pergi ke Ausi," ucap Qia seraya menatap Raka denga tatapan mata serius.     

"Oke, aku akan mengajari kamu," jawab Raka. Setelah itu Raka pun berjalan ke arah mejanya dan mulai berkutat dengan pekerjaannya.     

Tidak ada pembicaraan sama sekali di antara mereka. Raka dan Kenan sama-sama berkutat dengan pekerjaan mereka. Hingga Qia membuka suaranya ketika sudah tidaka ada pekerjaan yang harus dia lakukan. "Bang, udah selesai belum pekerjaannya?" tanya Qia menatap Raka.     

"Dikit lagi selesai, kenapa?" tanya Raka seraya mengalihkan tatapannya ke arah Qia.     

"Mau belajar," ucap Qia.     

"Ya udah, tunggu," ucap Raka dan kembali fokus ke laya komputernya.     

Ia sedang menyiapkan design untuk urusannya di Australia nanti. Tidak harus selesai hari ini memang, karena nanti ketika samapi di lokasi, pasti aka nada perubahan. Itu yang selalu terjadi jika ia mendesign perusahaan anak cabang baru.     

Ia juga harus menyesuaikan dengan keingan Kenan yang mau seperti apa. Jadi designnya tidak sepenuhny ide dari dia, tetapi juga Kenan ikut andil di dalamnya. Setelah selesai dengan designya Raka pun berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah Qia seraya membawa tabletnya.     

"Kita ngopi atau ngeteh di ruang istirahat yuk," ajak Raka yang kini sudah berdiri di depan meja Qia.     

"Ayok," jawab Qia semangat seray berdirid ari duduknya.     

Mereka berdua keluar dari ruangan dan berjalan bersisia menuju ruang istirahat. Raka memijit pundaknya yang terasa pegal seraya menggerakkan kepalanya memutar supaya lehernya bisa lebih rilex.     

Sampai di ruang istirahat, Raka berjalan ke mesin kopi otomatis untuk membat minumnya. Sedangkan Qia membuat teh karena dirinya sedang malas meminum kopi. Namun, kali ini Qia membuat es lemon tea. Ia mengambil sebuah lemon yang sudah di potong-potong tipis karena air lemon hangat bisa membuat rilex itu katanya.     

Di ruang istirahat ini ada mesin kopi juga ada kulkas yang isisnya berbagai macam makanan yang di beli karyawan. Bahkan terkadang perusahaan akan menyetok cemilan untuk para karyawan jika mereka mendapatkan proyek besar.     

Jangan terkejut dengan perusahaan yang di kelola Raka, ia memang sengaja membangun kantor desing interior ini dengan keadaan yang di buat senyaman mungkin untuk para karyawan bekerja. Supaya mereka tidak jenuh, karena pikiran yang jenuh akan membuat orang kehilangan konsentrasinya. Itu sebabnya para karyawan ini bisa melakukan apapun yang mereka mau sehingga mereka tidak jenuh. Asalkan tanggung jawab mereka sudah di kerjakan dengan baik. Jika tidak di kerjakan dengan baik, tunggu saja amukan dari Raka.     

Mereka duduk di dekat kaca yang menagarah ke taman belakang perusahaan. Perusahaan ini memiliki taman belakang yang cukup rindang sehingga membuat mata menajdi jernih dan pemikiran bisa menjadi rilex ketika melihat pemandangan hijau yang menyegarkan. Bahkan di taman belakang itu ada kursi-kursi yang bisa di gunakan untuk rapat bersama.     

Raka pun pernah melakukannya jika para karyawan ingin rapat di luar ruangan. Slide yang akan di jelaskan oleh karyawan akan di tampilkan ke dalam tablet mereka masing-masing. Setiap karyawan memiliki tablet yang di khususkan untuk bekerja. Tablet itu tidak boleh di bawa pulang karena itu hanya di gunakan untuk masalah bekerja saja tidak boleh yang lain.     

Konsep yang di pakai Raka benar-benar begitu fresh sehingga para karyawan pun betah bekerja di perusahaan. Bahkan jika mereka mendapat proyek besar dan menghasilkan laba yang cukup besar, mereka selalu mendapatkan bonus. Tidak ada namanya bonus keluar hanya setahun sekali. Bonus keluar jika pendapat perusahaan meninggakat jauh dari sebelumnya.     

Tidak seperti di kantor pusat yang para karyawan bisa bebas melakukan apapaun selama jam kerja, di kantor-kantor cabang kegiatannya begitu serius. Itu sudah keputusan bulat yang Kenan perintahkan. Ia tidak mau nantinya orang-orang malah tidak bertanggung jawab. Apalagi di kantor cabang hanya orang-orang baru yang tidak Kenan kenal jadi, ia pun tidak mengizinkan cara bekerja seperti di kantor pusat. Walau di izinkan untuk bermain handphone untuk meghilang jenuh, tetapi tidak seleluasa dengan kantor pusatnya.     

Qia pun mulai bertanya hal-hal dasar, ia memang sudah mengerti hanya saja ia lebih baik mengulangnya dari pada ada kesalahan supaya dirinya mantap jika apa yang di lakukan itu benar. Tidak terasa sudah waktunya makan siang, Raka mengajak Qia makan siang bersama.     

Ketika ia mereka berdiri dan sama-sama membalikkan tubuh mereka, dua orang sedang berdiri di depan pintu masuk ruang istirahat itu menatap tidak suka ke arah Qia dan Raka. "Kak, Ken. Kok, enggak bilang-bilang mau ke sini?" tanya Qia yang tersenyum canggung.     

Ia bukan takut di sebut selingkuh, hanya saja ia terkejut dengan kedatangan Kenan. "Memangnya enggak boleh kalau aku langsung datang tanpa memberi tahu?" tanya Kenan tidak suka.     

"Bukan enggak boleh, aku cuma bilang aja, kok kakak enggak ngomong-ngomong. Kalau kakak mau ke sini, ya kesini aja. Toh, ini juga kantor kakak," ucap Qia dengan tatapan malasnya meladeni Kenan yang terlihat raut wajah tidak sukanya.     

TBC…     

YO YO YO GUYS… GIMANA PART INI?     

DUDUDUDDU… YUKSLAH BANYAKIN KOMENT N POWER STONENYA YA GUYS…     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.