Bab 92 \"ISTRI KE DUA\"
Bab 92 \"ISTRI KE DUA\"
BTW, ADA YANG IKUTAN CHALLENGE PART DUA KEMARIN. CUZ LAH HUBUNGI AKU DI IG : CHI_HYO_KI95 DAN FB : ACHI HYOKI95 ATAU BISA KOMENT DISINI LANGSUNG.
HAPPY READING GUY….
Qia sudah sampai di kantor dengan malas ia melangkahkan kakinya masuk ke kantor. Masuk ke ruang loker untuk meletakkan tasnya. Setelah itu, ia pun mulai mengambil peralatan yang ia butuhkan untuk membersihkan ruangan-ruangan yang ada di gedung lima lantai ini. Hari ini ia kebagian tugas membersihkan lantai lima dimana disana ada ruang rapat, ruangan Kenan dan juga ruangan Flora.
Ia membersihkan lantai lima bersama ibu Ari. Bu Ari membersihkan ruangan Flora dan Qia kini berada di ruangan Kenan. Ia membuka lebar-lebar ruangan Kenan kemudian berjalan untuk membuka tirai yang menutupi jendela besar itu. Cahaya matahari yang tidak terlalu bersinar itu pun menerangi ruangan kerja Kenan.
Qia pun mulai mengelap sekaligus memfacum ruangan Kenan. Qia pun berusaha untuk membersihkan ruangan Kenan secepat mungkin sebelum Kenan datang. Selesai membersihkan ruanga Kenan ia pergi membersihkan ruangan rapat. Sama halnya dengan ruangan Kenan ia pun berusaha membersihkan ruang rapat secepat mungkin supaya ia tidak bertemu dengan Kenan.
Ia sungguh tidak ingin bertemu dengan Kenan. Bekerja ya bekerja, tetapi tidak dengan bertemu dengan Kenan. Ia berharap Kenan tidak akan mengusiknya seperti kemarin-kemarin.
Keluar dari ruang rapat ia di hadapkan dengan Flora yang baru saja ke luar dari kamar mandi. Qia hanya menundukkan kepalanya saja ketika berpapasan dengan Flora. "Tunggu," ucap Flora seraya menghentikan langkah Qia.
"Ada apa ya bu?" tany Qia kini menatap Flora.
"Ck!" Flora mendecakkan lidahnya seraya bersedekap. "Urusan kita kemarin belum selesai."
"Urusan yang mana lagi bu. Bukanlah ibu tahu jika saya tinggal dip anti karena uang saya tidak cukup untuk mengekos. Atau ibu mengajak saya tinggal di rumah ibu saja bagaimana? supaya saya tidak tinggal di panti," usul Qia yang menatap Flora.
"Memangnya saya rumah yatim?" tanya Flora kesal dan ia meninggikan suaranya.
"Nah, jadi. Enggak salah bukan, jika saya tinggal di panti?"
"Tapi panti enggak hanya di sana kan? Ada banyak panti asuhan di Jakarta ini, jadi kenapa kamu tidak tinggal dip anti asuhan yang lain saja?"
"Bisa saja bu, tetapi panti asuhan itu bukan untuk orang-orang seperti saya yang sudah bisa bekerja. Jadi, tidak sepantasnya saya tinggal di panti."
"Nah, kan. Kamu saja merasa enggak pantas tinggal dip anti. Terus. Apa yang kamu lakukan sekarang?" tany Flora dengan tatapan sinisnya.
"Kan saya sudah bilang bu. Jika saya sedang tidak memiliki uang untuk menyewa kamar kosan. Saya juga memilih tinggal dip anti itu karena saya sudah kenal dengan pemilik panti. Saya juga sebelumnya pernah tinggal di sana, jadi saya akan merasa nyaman tanpa canggung jika tinggal di sana. Bu Suri juga mengizinkan saya jika memang suatu saat saya ingin tinggal kembali di panti."
"Saya harap ibu bisa mengerti dan tidak akan memecat saya. Saya enggak akan sama mas Janu karena saya hanya menganggap mas Janu hanya kakak saja tidak lebih dari itu. Kalau begitu, saya permisi ya bu," pamit Qia.
Tanpa mendengar jawaban dari Flora, Qia pun melangkahkan kakinya meninggalkan Flora. Hatinya yang sedang tidak nyaman membuat dirinya malas berdebat lama-lama. Kata-kata Qia terkadang tajam jika hatinya sedang tidak baik-baik saja. Terkadang juga ya, seperti ini.
Qia masuk ke lift dan bersamaan itu lift khusus Kenan pun terbuka. Mereka berdua tidak bertemu karena pintu lift Qia juga sudah tertutup. Kenan berjalan masuk dengan wajah lesunya. Hari ini ia malas untuk masuk kerja. Tetapi ada hal-hal yang harus ia kerjakan apalagi ada kerjasama baru dengan perusahaan dari luar yang akan bekerjasama dengan perusahaannya.
Qia dan bu Ari kini berjalan bersisian untuk membersihkan bagian lainna yang belum di bersihkan. "Tadi bu Flora kenapa?"
"Biasa lah bu, dia kayaknya enggak suka sama Qia. Tahu sendiri Qia kemarin bisa kerja di sini karena apa. Ibu pasti tahu, kan kalau Qia kerja di sini karena pak Kenan."
"Jadi, itu beneran?"
"Maksudnya bu?"
"Gosip kalau kamu deket sama Pak Kenan."
"Di bilang deket enggak sih bu, hanya saja almarhum kakak Qia temannya Pak Kenan. Jadi Pak Kenan bantu saya aja karena almarhum kakak saya."
"Itu mah, termasuk deket Qi."
"Almarhum kakak saya bu, bukan saya," jawab Qia seraya tersenyum.
Selagi Qia melakukan pekerjaannya kini Kenan pun sedang melakukan pekerjaanya membuat desain baru di kertas gambarnya. Kali ini ia membuatnya di sketsa karena kemarin-kemarin ia sudah memiliki sketsa untuk meja dan kursi yang ia buat.
Beberapa kali ia menggambar sketsa dan berkali-kali ia merobek kertasnya. Ia kemudian mengambil sebuah kotak beludru berwana navi di dalam saku celanya. Sebuah cincin bermahkota berlian. Cincin itu sangatlah simple dan banyak orang yang menggunakannya.
"Apa Qia akan menerimanya?" tanyanya sambil menatap cincin yang ada di dalam kotak beludru yang sudah ia buka.
Kenan menghembuskan napasnya, ia mengambil cincin itu dari kotak beludru berwarna biru itu. Ia pun memutar-mutar cincin itu seperti sedang menilai. Tiba-tiba ia memiliki ide, siapa tahu dengan hal ini Qia akan mau menerimanya.
Kenan pun membuka aplikasi pencariana dan mengetikkan model cincin. Ia pun mencari cincin yang modelnya menurutnya menarik. Ada beberapa model yang ia dapatkan untuk cincinnya. Ia pun mulai menggunakan model itu untuk membuat sketsa. Setelah hampir sekitar satu jam lamanya akhirnya sketsa yang ia buat pun jadi.
Kenan mengangkat kertas sketsanya dan menatap puas hasil coretannya. Keyakinan Kenan untuk melamar Qia menjadi berlipat ganda. Ia pun tersenyum lebar karena begitu senang. Pintu ruangannya di ketuk dari luar. Belum juga ia mengizinkan seseorang di luar itu masuk, pintu rungannya sudah terdorong masuk.
Kenan menatap malas orang yang baru saja masuk. Baru pukul 8 pagi tetapi Clara ibunya itu sudah setor wajah ke hadapannya. "Ada apa lagi sih, anda ke sini? Masih ingin membahas tentang wanita yang akan saya nikahi?" tanya Kenan seraya menyimpan sketsanya di ke dalam laci mejanya.
"Mama punya syarat sama kamu," ucap Clara setelah ia berdiri di hadapan putranya.
"Apa?" tanya Kenan malas.
"Tidak ada resepsi pernikahan dan jadikan Chika istri ke duamu!" tegas Clara.
TBC….
YUKS RAMAIKAN KOMENT DAN POWER STONENYA YA GUYS.. SUPAYA SEMAKIN SEMANGAT. WEHEHEHE….