aku, kamu, and sex

REVISI Kembar



REVISI Kembar

Jam menunjukkan pukul tujuh pagi saat Jelita dan Danil beranjak dari rumah mereka menuju ke rumah sakit untuk mengecek kandungan Jelita.     

Danil dan Jelita duduk di kabin penumpang, sedangkan di kabin depan ada Chris yang mengemudikan mobil dengan satu pengawalnya, Morga.     

Demi mempercepat penyembuhannya Danil mengikuti saran dokter untuk tidak bekerja ektra, Danil hanya mengerjakan pekerjaan kantor di rumah hanya sesekali saja dia datang ke kantornya di negara itu.     

Begitu juga dengan Jelita yang selalu dengan setia dan sabar menjaga Danil dan mendampingi laki-laki itu.     

Selama perjalanan dari rumah hingga ke rumah sakit, kedua jemari mereka saling bertaut, Jelita dengan nyaman bersandar dibahu Danil yang sedang menatap smartphonenya.     

"Harga saham kita stabil, tidak ada yang perlu di khawatirkan, semoga keadaannya seperti ini terus, jadi kamu tak harus bekerja ekstra untuk perusahaan." Ucap jelita, masih dengan bersandar di bahu kiri Danil.     

"Ya, semoga saja. Tapi sepertiny ada perubahan yang cukup signifikan pada perusahaan papa yang dipegang oleh Rey." Ujar Danil sambil melirik Jelita sekilas.     

"Kamu benar Mas, sepertinya semenjak perusahaan itu di pegang oleh Rey. Perkembangannya cukup bagus, papa tak salah menyuruh Rey menggantikannya." Kata Jelita dengan tersenyum.     

"Ya, dia begitu cakap memimpin perusahaan, aku yakin jika orang tahu bahwa CEO nya masih muda dan tampan, akan menjadi gossip yang segar di sana, sayangnya Rey terlalu pandai menyembunyikan diri dari media, tidak seperti Ronald yang memang sedari dulu dia sudah cukup di kenal dalam dunia bisnis, mengalahkan selebritis."     

Jelita tersenyum, lalu mengangguk setuju. "kau benar, Rey memang tak pernah suka kehidupan pribadinya terganggu oleh berita-berita tentng dirinya."     

"Sama seperti dirimu." Ujar Danil sambil merangkul Jelita.     

"Aku juga malas, jika harus meladeni para wartawan, seperti dulu, cukup sekali saja aku terjebak dalam dunia seperti itu, dan semoga tak kan lagi."     

"Semoga, tapi aku yakin jika kita pulang ke negara kita, para wartawan pasti akan memburu kita karena mereka ingin tahu mengapa perusahaan Richard terakuisisi oleh perusahaanku, ditambah mereka akan memburu kehidupan rumah tangga kita karena kau sedang hamil."     

"Ya, kemarin saja mereka sudah mencecar papa dan mama di rumah waktu itu, tapi untung mama orang yang santai dalam menangapi wartawan dan akal mereka."     

"Ya, namanya juga mama, dia akan menggunakan seribu cara untuk membela kita."     

Setelah hampir setengah jam mereka membelah kota W dengan cuaca yang dingin, akhirnya mereka sampai juga di rumah sakit tempat Jelita memeriksakan kandungannya.     

"Kita sudah smpai, ayo kita turun." Ajak Danil sambil masih mengengam tangan Jelita.     

"Tapi dokternya pasti belum datang, ini kan masih pagi."     

"Dia sudah datang, dan kita bisa langsung ke ruangannya."     

"benarkah?"     

"Iya benar."     

"Alhamdulilah, kirain kita harus menunggu buka dulu, baru bisa periksa kandungan."     

"Apa kamu lupa jika rumah sakit dan dokter disini itu milik sahabatku." Ujar Danil sambil merangkul Jelita memsuki rumah sakit kandungan.     

"Oya, aku lupa. Kau bahkan bisa melakukan apa saja, karena kau juga menginvestasikan uangmu disini kan?"     

"Dari mana kamu tahu? Padahal aku belum sempat bercerita tentang hal itu padamu."     

"Aku sudah tahu, karena waktu kamu periksakan kesehatan di rumah sakit aku tak sengaja mendengar seseorang menyebutkan nama perusahaanmu yang menginvestasikan dananya ke rumah sakit tersebut dan juga rumah sakit ini."     

" Benarkah?"     

"Ya.. "     

Setelah menyusuri lorong demi lorong rumah sakit khirnya mereka sampai di ruang periksa dokter praktek kandungan."     

"Masuklah Tuan Danil." Ucap seorang suster yang berjaga di samping ruangan dokter.     

"Terimakasih." Sahut Danil.     

Danil dan Jelita langsung masuk ke dalam ruangan dokter yang bernuansa biru laut. Di belakang meja sudah duduk seorang dokter paruh baya yang sudah Danil kenal, dan memang jug telah memeriksa kandungan Jelita beberapa bulan ini.     

"Apa kabar Jelita, Danil?" Tanya dokter katrin.     

"Baik dokter." Ucap Danil dan Jelita dengan tersunging senyuman.     

"Ayo Jelita, langsung naik ke atas brangkar saja, aku ingin lihat perkembngan anak kalian."     

"baik dokter." Ucap Jelita lalu dibantu Danil untuk rebah di tempat tidur yang disediakan di ruang itu, disampingnya ada monitor yang menampilkan bayi di dalam rahim Jelita.     

Dokter katrin mengusapkan Gel di atas perut buncit Jelita, lalu perlahan meletakkan alat di atas perut Jelita, lalu muncullah sepasang bayi kembar di dalam perut Jelita.     

SEketika air mata Danil tak mampu Ia bendung, Ia begitu terharu saat melihat bahwa Ia benar akan mempunyai anak kembar, dan keadaan mereka sangat sehat.     

"Anak kalian ternyata kembar."Ucap sang dokter.     

"Bagaimana keadaannya dokter?" Tanya Danil pada dokter Katrin.     

"Mereka sehat, tidak ada yang perlu dikhawatirkan." Ucap sang dokter yang membuat Danil dan Jelita tersenyum lebar.     

"Alhamdulilah." Ucap Danil lalu mencium kening istrinya.     

"Benar kita punya anak kembar sayang, kita akan langsung punya dua anak." Ucap Jelita sambil tersenyum bahagia.     

"Iya sayang, anugerah yang luar biasa untuk kita berdua." Ucap Danil sambil meremas jemari Jelita perlahan.     

Dokter katrin langsung kembali ke tempat duduk, lalu menuliskan resep vitamin agar kandungan Jelita sehat.     

"Jangan beraktifitas yang berat-berat ya Jelita, karena anak kalian kembar jadi asupan gizi pun harus lebih diperhatikan, karena tidak hanya satu nyawa yang butuh makan di perut kamu tapi, ada dua nyawa, itu artinya kamu harus menambah porsi vitamin tertentu, dan semua sudah saya tuliskan didalam resep ini, nanti kalian bisa menebusnya di ruang farmasi."     

"Ada yang ingin ditanyakan Danil, Jelita?" Kata dokter Katrin pada keduanya.     

"Ehm, apakah kami masih bisa melakukan hubungan suami istri jika anak kami kembar?" Tanya Danil.     

"Tentu saja bisa, hanya saja harus berhati-hati dan tidak bermain secara kasar." Jawab sang dokter sambil tersenyum.     

"Oh baiklah dokter, terimakasih kalau begitu." Kata Danil.     

"Kamu juga harus semangat untuk kesembuhan kamu Danil, kalian akan punya anak kembar, tentunya Jelita akan semakin repot jika harus merawat kedua anak kalian sendirian."     

"Iya, dokter. Aku juga ingin benar-benar sembuh, agar bisa menjaga kedua anakku, dan juga istriku, terimakasih banyak dokter."     

"Sama-sama Danil."     

"Kalau begitu kami permisi dulu." Pamit Danil pada dokter katrin, laluberanjak dari tempat duduk mereka.     

Danil mengandeng Jelita keluar dari ruangan dokter katrin dengan perasaan membuncah bahagia, tak dapat Ia lukiskan betapa bahagianya dia saat ini.     

Satu doa yang selalu ia panjatkan agar Ia bisa segera benar-benar sembuh agar bisa mendampingi Jelita untuk menjaga anak-anak mereka. Dan juga anak-anak di dalam kandungan istrinya selalu sehat dan diberi kelancaran hingga saatnya Ia dilahirkan di dunia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.