REVISI Kebahagiaan Danil
REVISI Kebahagiaan Danil
"Aku senang Rena kembali bersemangat marih semangat meraih cita-citanya, bukannya aku tak senang jika Ia berkeinginan ingin menjadi ibu rumah tangga saja, tetapi aku tahu potensi yang ada di dalam diri Rena itu sangat besar." Ujar Jelita pada Danil yang masih membelai perut buncitnya.
"Ya, aku tahu itu, dan aku yakin kamu dan ayah pandai mengarahkan Rena." Kata Danil lalu mencium jemari Jelita.
"Ya, aku yakin Rena mempunyai kelebihan yang belum tergali, lihat saja sekarang dia mendapatkan nilai yang luar biasa dari hasil ujian, padahal dia baru beberapa bulan sekolah disini." Jawab Jelita dengan memainkan rahang Danil.
"Rena memang sangat berbakat dalam hal tanaman, semua bunga yang ditanam olehnya bisa tumbuh dengan subur,"
"Apa lagi nanti kalau dia sudah belajar tentang tanaman, pasti hasil tanamannya lebih bagus lagi."
"Dulu tante Sekar juga suka sekali dengan bunga, Ibu dan tante Sekar sangat menyukai tanaman mereka berdua selalu kompak dalam hal menanam bunga dan tanaman lain, tante Sekar memang lulusan dari sekolah pertanian, jadi pantas saja jika bisa membuka toko bunga dan jenis bunganya banyak yang digemari, karena memang Tante Sekar sangat pandai dalam menyilangkan jenis bunga." Kata Danil panjang lebar.
"Ya, pasti tante Sekar juga orang yang sangat lembut terlihat dari sikap Rena yang mempunyai pembawaan lembut, walaupun terkesan ada tomboy-tomboynya."
"Kamu benar, Tante Sekar sosok yang lembut dan sabar, hanya karena dia menyelamatkan Rena yang saat itu dalam kandungannya agar tidak di gugurkan oleh Ayah."
"Ayah tak menginginkan anak dari Tante Sekar, tapi setelah dia mendengar jika dia mempunyai anak dan di manfaatkan oleh Diego Santez jika anaknya diculik, dia merasa sangat bersalah dan ingin menyelamatkan anaknya. Hingga semua kebenarannya terbongkar."
"Berarti selama ini mas Danil tahu tentang Diego Santez?"
"Ya, tapi aku hanya diam, karena tak ingin memperkeruh keadaan, lagipula aku juga ingin memberi pelajaran pada ayah, tentang arti cinta dan keluarga, aku ingin dia merasakan kehilangan, itu sebabnya aku tak pernah menuntutnya setiap kali dia berbuat jahat padaku."
"Oh, kau itu diam-diam mengetahui segalanya."
"Aku harus mengetahui segalanya agar aku bisa mengambil langkah yang tepat disetiap permasalahan yang aku hadapi. Maka aku bersyukur aku memiliki wanita seperti dirimu, yang begitu sabar menghadapiku, tak pernah berpikir buruk tentang diriku. Dan selalu mendukungku apapun keadaan dan kondisiku."
"Dan aku kini lebih tahu tentang suamiku, ternyata selama ini suamiku berpikir dengan matang dan sangat bijak dalam mengambil keputusan."
"Itu karena aku sudah bisa membebaskan diriku dari kesalahan terbesarku, yaitu kesalahanku padamu. Kau tak kan pernah tahu bagaimana perasaanku dulu, saat tahu kau pindah dari rumahmu, dan sangat membenciku, bahkan kau menjadi ketakutan tiap kali kau bertemu dengan orang lain selain keluargamu."
Jelita menarik nafas panjang, "Bagaimana jika dulu aku hamil? Apa yang akan kamu lakukan?"
"Aku akan tetap menikahimu, walaupun kau menolakku dan membenciku, akan aku lakukan segalanya asal kau mau menikah denganku, dan membesarkan anak kita."
"Dasar pemaksa."
"Demi cintaku, demi dirimu, demi anak kita. Akan aku lakukan apapun."
"Aku bahagia mendengarnya, kau akan lakukan segalanya untukku, dan untuk anak kita."
"Sudah malam, ayo kita tidur." Ajak Danil pada sang istri yang lalu mengangkat tubuh sang istri bergaya pengantin.
"Berat lho, sayang. Kan kini tambah satu nyawa diperut."
"Ga akan berat walau diperutmu ada tiga nyawa sekalipun." Ucap Danil sambil berjalan ke kamarnya dengan mengondeng Jelita.
"Sayang, besok jadwal kita USG ke rumah sakit."Jelita mengingatkan Danil, jika besok adalah jadwal control rutinnya memeriksakan kandungannya.
"Ya, dan aku sudah ga sabar pingin lihat anak kita."
"Jangan lupa untuk janji dengan dokter terlebih dahulu."
"Aku sudah membuat janji dengan dokter jika besok kita akan kesana."
"Kau memang suami yang baik, kau selalu mengingat jadwalku minum vitamin, minum susu dan juga ke dokter kandungan."
"Itu sudah menjadi tugasku, sayang. Kau sudah mau mengandung anakku saja aku sudah bahagia banget, padahal tidurmu jadi tidak nyaman, badanmu tambah gemuk, walau aku tak pernah mempermasalahkanmu jika kau gemuk, tapi aku yakin kau sedikit terganggu akan hal itu."
"Aku tak masalah jika aku bertambah gemuk, asal kau mau bersamaku merawat anak kita-kita aku sudah sangat bahagia."
"Aku tak kan keberatan walau tubuhmu berubah seperti karung beras, yang jelas jangan sampai kurus seperti lidi, aku tak mau itu terjadi, nanti dikira aku tak memberimu makan, dank au hidup susah denganku."
Jelita terkekeh, lalu tangannya membuka pintu kamar mereka agar Danil tak kesulitan membukanya. Danil menutup pintu kamar menggunakan kaki jenjangnya, lalu kembali melangkah menuju ke ranjang besar mereka.
Danil merebahkan tubuh sang istri di atas ranjang dengan perlahan, lalu ikut merebahkan dirinya di samping Jelita.
Jelita memeluk tubuh Danil, begitu juga Danil yang langsung merubah posisinya menjadi miring menghadap sang istri lalu memeluknya.
Inilah posisi ternyaman Jelita saat tidur, dengan berbantal lengan sang suami, kemudian mencium harum bau tubuh suaminya, membuat Ia mudah untuk terlelap karena rasa damai dan tenang yang Ia rasa.
"Sayang," Panggil Jelita.
"Hm."
"Bagaimana jika anak kita kembar?" Tanya Jelita sambil mendongak menatap wajah sang suami.
"Alhamdulilah, aku akan sangat bahagia, karena kita akan langsung punya dua orang anak. Bukankah itu akan sangat menyenangkan?" Ucap Danil sambil tersenyum.
"Ya, karena kadang aku merasa ada dua tempat berdenyut diperutku, jadi pikirku, itu jantung kedua anak kita."
"Benarkah? Kau bisa merasakannya?"
"Hmm."
"Dimana? Aku juga ingin merasakannya." Ucap Danil antusias lalu tangannya mulai meraba perut Jelita.
Jelita merubah posisinya menjadi terlentang lalu mulai mengarahkan tangan Danil pada bagian yang serasa ada tonjolannya dan mulai bergerak.
Danil meraba perut yang sedang berkedut walau lemah, senyumnya mengembang ketika merasakan kehidupan di dalam perut sang istri. Perlahan Danil menyingkap piyama tidur yang dipakai sang istri, lalu mencium perut mulus yang telah membuncit itu dengan sayang.
"Ayah menantikan kalian, benarkah kalian berdua disana?" Ucap Danil sambil terus menciumi perut sang istri, Jelita hanya terkekeh melihat bagaimana Danil sangat menyayangi anak dalam kandungannya ini.
"Anak ayah, tadi tante kalian nitip pesan untuk kalian, katanya tante merindukan kalian dan salam cium untuk kalian." Lalu Danil kembali mencium perut buncit Jelita.
"Udah dong Yah, Geli."
"Kamu manggil aku apa barusan?" Tanya Danil, hatinya bahagia ketika mendengar ia dipanggil ayah oleh istrinya.
"Ayah, sebentar lagi kamu kan jadi ayah." Ucap Jelita. Danil kembali merapikan piyama yang dipakai istrinya lalu menatap istrinya dengan lekat.
"Aku akan menjadi ayah, dan aku rasa kamu benar, anak kita kembar, jadi ga sabar buat cek kandunganmu besok." Ucap Danil lalu mencium bibir istrinya dengan lembut.