Jalan meraih Cita
Jalan meraih Cita
"Ternyata kena hama, bagaimana bisa, padahal batang yang satu cukup lebat, tapi batang yang lain? Kenapa bisa begini?" Gumam Rena sendirian.
Lalu Ia kembali pada buku dan pulpennya, lalu menulis gejala yang terjadi pada tanaman bunga itu.
"Rasanya aku ingin cepat masuk kuliah pertanian, aku sungguh penasaran bagaimana dalam satu tanaman bisa berbeda seperti itu ya?" Rena terus bergumam sambil memainkan pulpennya.
"Nona." Panggil Aldo yang telah berdiri dibelakangnya.
"Ya." Jawab Rena sambil menoleh pada Aldo.
"Ini ada titipan dari Tuan Ronald untuk anda." Jawab Aldo sambil menyerahkan kotak yang berukuran sedang.
"Apa ini?" Tanya Rena, namun Aldo tak menjawab, karena rasa penasaran Rena langsung membuka kotak itu.
"Laptop?" Tanya Rena sambil menatap Aldo.
"Ya, tadi sewaktu saya mengantarkan Tuan Ronald ke kantor, beliau menyuruh saya menunggu sebentar di kantor beliau, ternyata beliau sudah memesan ini secara kusus untuk anda." Ucap Aldo sopan.
"Ow, begitu. Dia memang selalu tahu apa yang aku butuhkan. Terimakasih Aldo."
"Sama-sama Nona, saya permisi dulu, kalau anda butuh sesuatu anda bisa menghubungi saya."
"Baik, terimakasih.
Aldo mengangguk lalu meninggalkan nona yang membuat jantungnya selalu berdetak lebih kencang setiap kali menatapnya.
Rena mengeluarkan ponselnya, lalu mengirim pesan pada sang suami disertai dengan gambar wajahnya yang tersenyum sambil mencium laptop barunya.
[Terimakasih, suami.] tulis Rena dalam pesan singkatnya.
Tak berapa lama, Ronald membalas pesan itu dengan gambarnya seperti sedang mencium dirinya.
[Sama-sama sayang, semoga kamu lebih semangat untuk mengejar cita-citamu.]
Rena tersenyum membaca balasan pesan dari sang suami yang menurutnya sangat manis dan penuh pengertian, tak pernah sekalipun Ronald menuntut dirinya, Ronald adalah sosok suami yang selalu mendukung cita-cita istrinya.
Rena sangat bersyukur bisa memiliki suami seperti Ronald, teringat saat mereka baru saja menikah, Ronald tahu bagaimana dia selalu menahan diri untuk tidak menyentuhnya. Karena takut dia akan menghancurkan masa depannya, walau berulang kali dirinya memastikan pada Ronald dia akan tetap menikmati masa mudanya walau dia telah menikah. Dan akhirnya pertahanan Ronald pun jebol juga karena ulah dirinya.
Rena mendesah nafas berat, menatap laptop yang ada di pangkuannya, lalu perlahan membuka laptop itu dan mulai menyalakannya.
"Oya, dengan ini aku akan lebih mudah mencari tahu sebab tanaman terserang hama." Gumam Rena lalu mulai berselancar di dunia maya untuk membaca artikel-artikel tentang tanaman dan hama, serta seluk beluknya.
Rena terus berkutat dengan laptopnya, matanya dengan awas membaca setiap artikel yang berhubungan dengan segala hal yang ingin dia ketahui. Entah sudah berapa lama Rena masih berkutat di depan laptopnya dan kadang dia menuliskan sesuatu yang dikira penting menurutnya.
"Aldo." Panggil Rena melalui telepon.
"Ya, Nona." Jawab Aldo.
"Bisa kemari sebentar? Aku membutuhkan bantuanmu." Perintah Rena pada Aldo.
"Baik Nona."
Beberapa saat kemudian Aldo datang, dan Rena lalu mengulurkan secarik kertas padanya.
"Aku memerlukan barang-barang ini, apa kau bisa membantuku?"
Aldo menerima secarik kertas dari Rena lalu membacanya sekilas, Aldo memang pengawal setia Richard tapi dia juga mempunyai pendidikan yang cukup tinggi, dan semua itu karena Ricard yang membiayai kuliahnya. Sebab itulah Aldo tak ingin meninggalkan Richard apapun kondisinya. Sebaliknya Richard sangat percaya pada Aldo jika Ia mampu mengemban tugasnya untuk membuka peternakan sapi di pulau yang cukup luas itu.
"Baik Nona, saya akan segera membelinya untuk anda." Jawab Aldo sambil menunduk sopan.
"Uangnya." Rena mengeluarkan kartu debitnya dan diberikan pada Aldo.
"Tidak perlu nona, Tuan Richard sudah memberi saya kartu untuk berbelanja dan membeli segala sesuatu yang kami perlukan disini."
"Ow, begitu."
"Ya, Permisi nona."
"Ya."
Rena menatap pungung Aldo yang semakin menjauh, lalu menarik nafas panjang dan kembali menatap laptopnya.
Sedang asik membaca situs web tiba-tiba ponselnya kembali berdering, tercetak nama Danil di layar ponselnya, senyumnya mengembang. Lalu Rena mengeser tombol hijau dan segera terdengar suara Bariton Danil.
"Assalamualikum, Adikku sayang." Sapa Danil di seberang telpon.
"Waalaikumsalam, kakak, Rena kangen." Ujar Rena manja.
Di negara yang jauh disana, danil tersenyum mendengar suara adiknya yang merajuk manja, disampingnya ada Jelita yang sedang merebahkan diri di sofa dengan paha Danil sebagai bantalnya.
"Kakak juga kangen, gimana kabar kamu?" Tanya Danil lembut pada sang adik.
"Alhamdulilah sehat kak." Jawab Rena sambil tersenyum senang.
"Bagaimana kabar ayah?" Tanya Danil yang sebenarnya sangat merindukan ayahnya, namun dokter masih melarangnya untuk bepergian jauh, demi kesembuhannya.
"Ayah juga sehat kak, alhamdulilah, ayah sekarang sudah tambah rajin sholatnya." Jawab Rena senang.
"Alhamdulilah, akhirnya ayah benar-benar bertaubat."
"Iya kak. Semoga ayah cepat keluar ya kak. Agar kita bisa sering kumpul lagi."
"Iya, sayang. Kakak yakin ayah akan cepat keluar. Oya Rena, kamu sudah mendapat email dari sekolah kamu?"
"Sepertinya belum kak. Kenapa memangnya?"
"Kakak dapat pemberitahuan dari sekolah mu, jika nilaimu sangat bagus, dan kamu bisa melanjutkan ke kampus yang kamu inginkan. Selamat ya sayang, kakak ga nyangka jika kamu sangat pintar, ehmmm mungkin mendekati jenius. Hahahah."
"Benarkah? Alhamdulilah." Rana tersenyum lebar mendapat kabar yang baik dari kakaknya.
"Jadi kamu mau melanjutkan dimana?"
"Aku akan melanjutkan di kampus pertanian, disini, Rena ga mau jauh-jauh lagi dari Om Ronald. Udah kapok, ga bisa nahan rindu." Ucap Rena sambil tertawa lebar.
Disebrang sana Danil dan Jelita yang mendengar suara Rena pun tertawa, bagaimana Rena sangat mencintai Ronald dan Ronald juga sangat mencintai Rena.
"Baiklah, asal kamu bahagia, kakak ga akan melarangmu untuk kuliah dimana, yang penting kamu tetap semangat meraih cita-cita kamu, kakak menyayangimu." Ucap Danil sambil membelai perut Jelita yang sudah membuncit.
"Kakak memang yang terbaik. Rena juga menyayangi kakak."
"Ya sudah calon ponakan kamu sepertinya sudah mulai merajuk minta yang macam-macam lagi nih. Sampaikan salam kakak untuk Ronald ya sayang."
"Baik kak. Sampaikan ciumanku pada ponakanku diperut kak Jelita, bilang sama dia kalau tentenya menyayanginya."
Danil dan Jelita tersenyum lebar mendengar apa yang diucapkan Rena.
"Oke, nanti kakak sampaikan, Assalamualaikum sayangku."
"Waalaikumsalam kakak sayang."
Rena tersenyum gembira setelah mendengar kabar dari Danil, berarti sebentar lagi langkahnya untuk kuliah di bidang pertanian akan segera tercapai, dan itu berarti cita-citanya untuk menjadi ahli pertanian juga sangat terbuka lebar.
Bukan tanpa alasan dia ingin menjadi seorang ahli dibidang tanaman, selain ini memang hobinya dia juga ingin mewujudkan cita-cita bundanya yang ingin menjadi seorang ahli dalam pertanian dan perkebunan.