aku, kamu, and sex

Awal Perjuangan



Awal Perjuangan

Setelah kemarin Rena datang menjenguk ayahnya dipenjara, kini ia berniat untuk pulang ke rumah ayahnya di sebuah pulau kecil, yang dibeli oleh Richard dan ditinggali oleh keluarga anak buahnya. Ronald ingin sekali mengantarkan istrinya untuk kembali ke rumah tapi kesibukan di kantornya tak mengijinkan ia untuk melakukan hal itu. Akhirnya dengan berat hati Ronald mengijinkan Rena ke rumah ayahnya dengan dijemput oleh Aldo.     

Setelah menempuh perjalanan hampir dua jam kini Rena telah menginjakkan kakinya di rumah mewah dengan pemandangan yang menakjubkan. Rena duduk di tepi kolam ikan tempat biasanya Ia duduk bersama sang ayah. Lalu teringat akan ucapan sang ayah ketika Ia berpamitan untuk pulang.     

Perkataan Richard sungguh menyentuh hatinya, membuat Ia terpacu untuk mengapai cita-citanya walau statusnya kini sebagai seorang istri.     

Rena mengambil alat tulis yang tadi dia bawa, membuka buku itu lalu perlahan menuliskan sesuatu yang ada di dalam angannya. Kata demi kata ia rangkai hingga menjadi kaliamat yang terkumpul dalam bait paragraph yang indah.     

Rena kembali membaca apa yang baru saja ia tulis, lalu tersenyum.Ia tak percaya jika benar kata sang ayah, dia dapat melampaui ketidak mampuannya.     

Rena menaruh kembali pulpen yang tadi Ia gunakan untuk menulis, lalu berjalan mendekati taman bunga yang dulu disiapkan oleh Richard untuknya.     

Rena mengambil peralatan tamannya lalu jari jemarinya dengan telaten merapikan setiap tangkai bungayang ia pegang, memberi pupuk pada bunga yang hampir layu, lalu menyirami bunga itu berharap akan kembali tumbuh indah seperti sebelumnya.     

"Bunda, aku akan menjadi perempuan yang kuat dan pandai seperti bunda." Ucap rena lirih saat menyiram bunga mawar kesukaan bundanya.     

"Aku akan menjadi Rena yang sukses dengan nama besarnya tanpa membawa nama suami atau ayahku." Ujarnya penuh keyakinan seolah dia sedang berbicara dengan bundanya secara nyata.     

"Nona, anda ingin makan apa untuk makan malam biar kami siapkan." Ucap Aldo yang berdiri di belakangnya.     

"Aku bisa makan apa saja, tapi tolong siapkan steak daging untuk Ronald." Perintah Rena pada Aldo.     

"Oya, Aldo. Bisa minta tolong?"     

"ya, katakana saja Nona."     

"Besok temani aku berkeliling pulau, aku ingin melihat perkembangan peternakan sapi yang baru kau mulai."     

"Baik Nona." Rena mengangguk, sedangkan Aldo langsung menghubungi asisten rumah tangga di rumah besar itu untuk menyiapkan makan malam untuk Nona rumah mereka.     

Rena kembali mengambil peralatan tulisnya dan kembali melanjutkan menulis, hingga tak terasa waktu menjelang petang.     

Rena masuk ke dalam kamarnya untuk bersiap sholat maghrib sambil menunggu Ronald datang. Setelah itu dia mengambil quran kecil di almari sang ayah lalu membacanya perlahan. Hatinya begitu damai setelah membaca al-quran hingga tak menyadari jika sang suami telah berdiri diambang pintu sambil mendengarkan dia mengaji.     

"Kau sudah pulang?" Tanya Rena pada sang suami yang hanya tersenyum lebar dan merentangkan kedua tangannya ingin memeluk tubuh kecil sang istri yang begitu Ia cintai.     

"Assalamualaikum, sayangku." Ucap Ronald sambil memeluk istrinya.     

"Waalaikumsalam salam. Kok ga diam aja tadi ga negur aku kalau udah pulang."     

"Mendengarkanmu mengaji saja hatiku sudah sangat bahagia dan tentram, aku juga tak ingin menganggumu."     

"Kau sudah sholat?"     

"Sudah tadi bareng sama Aldo di bawah, karena kamu sedang mengaji aku yakin kamu sudah sholat."     

Rena mengangguk. "Aku rindu." Rajuknya.     

"Baru tadi siang kita tak berjumpa sayang. Tapi aku juga merindukanmu." Ucap Ronald sambil kembali memeluk tubuh sang istri.     

"Ayo kita makan, aku menyuruh Aldo untuk menyiapkan steak untukmu, tadi kamu bilang pingin makan steak."     

"Iya, padahal aku jarang makan steak tapi kali ini rasanya ingin sekali aku memakan steak daging."     

"Kalau aku ingin memakanmu." Ronald tertawa mendengar ucapan sang istri.     

"Itu menu wajib mu, sayang." Ucap Ronald sambil mencium mesra bibir sang istri.     

"Emmmgghhh…udah ah, ayo kita turun, makan dulu baru nanti kita ngobrol lagi."     

"Baiklah, ayok. Aku juga sudah lapar." Kata Ronald sambil membantu Rena merapikan kerudung yang Rena pakai.     

Mereka turun kebawah lalu makan bersama Aldo di ruang makan dengan hikmat tanpa ada yang berbicara, baru setelah mereka menyelesaikan makan malamnya Ronald membuka pembicaraan dengan Aldo.     

"Bagaimana dengan peternakan sapinya Aldo?" Tanya Ronald pada Aldo.     

"Semua berjalan dengan baik Tuan, hanya saja karena kami baru memulainya dan kurang berpengalaman kami sedikit merasa kesulitan dalam perawatan sapi-sapi itu, maklum saja biasanya kami memegang senjata, lalu sekarang kami harus memegang sapi itu bukan pekerjaan yang mudah, Tuan." Jawab Aldo dengan tersenyum.     

"Tidak masalah Aldo, nanti aku carikan orang yang ahli dalam peternakan jadi bisa mengajarimu dan teman-temanmu yang lain,"     

"Terimakasih Tuan. Besok nona Rena akan mengunjungi peternakan sapi apa anda akan ikut?"     

Ronald menatap Rena, lalu kembali menatap Aldo, "Tidak, tolong kamu jaga Rena selama di peternakan, aku tak ingin terjadi sesuatu padanya."     

"Baik Tuan, saya akan menjaga nona Rena dengan baik."     

"Ya sudah, sekarang kamu istirahatlah, kami juga ingin istirahat." Kata Ronald pada Aldo yang langsung mengangguk dan meninggalkan ruang makan menuju ke kamarnya sendiri.     

"Ayo sayang, kita ke kamar." Ajak Ronald sambil membimbing Rena ke kamar mereka di lantai dua.     

"Tumben kamu diam aja, kenapa? Apa ada masalah?" Tanya Ronald pada Rena yang bergelayut dilengannya.     

"Ada yang ingin aku katakana padamu." Jawab Rena sambil tersenyum manis pada sang suami.     

"Baiklah, silahkan masuk tuan putrid." Goda Ronald pada Rena. Lalu keduanya masuk ke dalam kamar lalu duduk di kursi balkon kamar mereka.     

"Kamu mau bicara apa sayang?" Tanya Ronald sambil menyamankan duduknya di kursi lalu kepala Rena menyandar di bahunya.     

"Jika aku tinggal di negara ini, bisakah aku hidup normal, maksudnya tak terganggu dengan media dan orang-orang yang kepo dengan kehidupan kita?"     

"Maksud kamu apa? Hmmm?"     

"Aku ingin seperti ini tak ada yang mengetahui jika aku adalah istrimu, aku ingin hidup seperti Rena yang dulu seperti aku belum bertemu dengan kamu dan juga ayah."     

Ronald menoleh pada sang istri, "Baiklah, jika itu membuatmu nyaman."     

"Terimakasih, tapi sebenarnya bukan itu tujuanku."     

"Lalu apa?"     

"Aku ingin sukses dan berhasil tanpa embel-embel nama besarmu dan juga ayah, atau kakakku. Aku ingin sukses dengan nama Rena Zakariya dengan kerja kerasku sendiri."     

Ronald menatap Rena tak berkedip, istrinya ini memang selalu membuatnya terkejut dengan tingkah nya.     

"Aku senang kau bersemangat meraih cita-citamu sayang, dan aku akan melakukan yang terbaik yang aku bisa untuk membantumu meraih cita-citamu, walau harus merahasiakan pernikahan kita." Ucap Ronald lalu mengecup lembut kening sang istri.     

"Trimakasih sayang. Trimakasih…" Ucap Rena lalu mengecup pipi dan bibir Ronald.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.