Langkah Penindakan 1
Langkah Penindakan 1
"Kapan mereka akan melakukan aksi itu?" Tanya Brandon pada Maguire.
"Dua hari lagi." Jawab Maguire.
"Kamu yakin."Tanya Arka.
"Itu yang tertulis di sana." Kata Maguire.
"Kita harus bertindak cepat, kalau tidak bencana besar akan terjadi di kedua negara ini." Ucap Arka pada Brandon.
"Baik, aku akan membuat laporan jika tidak ada korban selamat bernama Maguire, agar mereka tak mencurigai kita telah mengetahui rencana yang telah mereka susun." UCap Brandon.
"Ya, kamu benar. Cepat kau kerjakan, aku akan menghubungi markas interpol untuk menindak lanjuti hasil penyelidikan kita." Ucap Arka.
"Maguire terimakasih, sebaiknya kau tetap disini, ini tempat yang aman untukmu." Ujar Brandon lalu pergi meninggalkan mereka untuk membuat laporan palsu.
"Rey, tolong kamu buatkan identitas baru untuknya, agar Ia bisa keluar dari negara ini dengan aman." Kata Arka pada Rey.
"Lalu aku akan tinggal dimana? Aku akan bekerja dimana sekarang?" Tanya Maguire.
"Kau akan bekerja untuk ku." Ucap Rey.
"Apa?" Maguire tak percaya dengan apa yang ia dengar.
"Kau yang mengirimkan titik lokasi kemarin kan?" Tanya Rey pada Maguire, lalu dijawab sebuah anggukan oleh Maguire.
:Itu cukup untuk menjadi anak buahku." Ucap Rey dengan santai.
"Apa anda punya organisasi tertentu?" Tanya Maguire.
"Jangan banyak bertanya, kau hanya cukup ikuti aku saja jika kau masih ingin hidup dan selamat."
"Baiklah Pak Rey." Ucap Maguire pada akhirnya.
Lalu Rey mulai mengotak atik laptop milik Arka lagi, kali ini Ia mencari data dan informasi seseorang yang bisa Ia gunakan untuk menganti identitas Maguire. Dengan konsentrasi yang tinggi Rey terus mengotak atik laptop itu dan Maguire hanya memperhatikan apa yang Rey lakukan.
"Anda sangat jenius Tuan." Puji Maguire setelah Rey menemukan wajah dan identitas yang cocok untuk Maguire.
"Bagaimana?" Tanya Rey.
"Sudah saya bilang, anda sangat jenius, ini luar biasa. Terimakasih Tuan." Ucap Maguire sambil tersenyum bahagia.
"SEkarang namamu Samuel." Ucap Rey pada Maguire.
"Samuel?" Ucap Maguire
"Hmm… ingat baik-baik data dirimu. Lihat dan baca dengan seksama, lalu hafalkan." Ucap Rey pada Maguire.
Dengan patuh Maguire membaca data tentang identitasnya yang baru agar Ia tak salah menyebutkan perihal identitasnya jika ada yang bertanya padanya.
Sementara Brandon kembali menghubungi Danil, di sela-sela ia membuat laporan nama-nama penumpang yang berhasil mereka evakuasi.
"Bagaimana Brandon?" Tanya Danil diseberang telepon.
"SEmua aman dan keluarga anda seluruhnya selamat." Lapor Brandon pada Danil.
"Bagus, terimakasih atas kerja kerasmu, Brandon."
"Siap Pak, tapi kita ada masalah baru Pak."
"Apa?" Tanya Danil.
"Kelompok bersenjata di negara M, ingin meledakkan beberapa kawasan di negara C dan M yang merupakan tempat-tempat central dinegara-negara tersebut." Kata Brandon.
Danil menarik nafas panjang. "Dari mana kau tahu? Apa dari laki-laki bernama Maguire yang kamu curigai?" Tanya Danil,
"Benar, Pak."
"Kalau begitum segera buat tim khusus untuk mengehentikan pengeboman itu." Perintah Danil pada Brandon yang menyimak dengan seksama apa yang atasannya perintahkan padanya.
"Baik, Pak. Saya mengerti. Akan saya laksanakan sesuai arahan dari anda." Jawab Brandon.
"Bagus, segera laksanakan sekarang, dan kirimkan padaku, titik lokasi yang mereka akan serang."
"Siap, akan saya kirimkan segera."
"Baiklah, selamat bertugas, Brandon."
"Trimakasih, Pak."
Kemudian Brandon menutup panggilannya pada Danil. Arka mendekati Brandon dengan langkah pelan, sehingga membuat Brandon terkejut, karena takut rahasia bosnya terbongkar.
"Bagaimana?"
"Panglima tertinggi, meminta kita untuk membuat tim kusus guna menghalau seragan dari mereka." Ucap Brandon.
"Baiklah, silahkan."
"Kau harus ikut." Ucap Brandon.
Arka melotot, Ia bukan Interpol yang ditugaskan di daerah itu, bagaimana bisa dia ikut melakukan pekerjaan itu? Tapi dia mengangguk bagaimanapun ini menyangkut keselamatan berjuta-juta nyawa manusia yang wajib mereka tolong.
"Baiklah kalau begitu komandan." Ucap Arka, sedamgkan Brandon tersenyum karena dia senang mempunyai teman baru seperti Arka yang mempunyai loyalitas tinggi terhadap tangung jawab dan pekerjaannya.
Sementara di negara terpisah, Danil sedang merebahkan tubuhnya disisi Jelita yang tidur miring membelakanginya. Kandungan Jelita yang semakin bertambah besar, menyulitkan Jelita untuk tidur terlentang, Danil tersenyum kecil melihat bagaimana sang istri tidur meringkuk dengan perut yang membuncit. Dengan perasaan bahagia dan cinta Danil mencium kening Jelita dan mengelus perut istrinya.
"Aku kira kau tak akan menemaniku tidur." Ucap Jelita lalu menoleh pada Danil.
"Aku harusmenjaga kondisiku, nyonya Mahendra. Aku tidak mau kembali sakit dan akhirnya membuatku menjadi beban untukmu. Aku ingin anakku bangga mempunyai ayah yang sehat seperti diriku, yang selalu bisa menjaganya dengan baik dan penuh kasih sayang."
"Kau akan selalu sehat, dan panjang umur sayang. Akan menjadi ayah yang baik untuk anak-anak kita." Ucap Jelita sambil membelai rahang sang suami yang sedang menatapnya.
"Amiin, aku mencintaimu." Ucap Danil.
"Aku juga mencintai dirimu, sayangku." Jelita mencium pipi Danil gemas.
"Lihat anak kita bergerak-gerak." Ucap Jelita lalu mengarahkan tangan Danil agar dapat merasakan gerakan sang anak.
"Sedang apa kalian disana sayang? Apa sedang main bola?" Tanya Danil sambil mendekatkan wajahnya di perut Jelita yang masih terlihat bergerak-gerak.
Jelita terkekeh, "Mereka ingin berkata, jika mereka menyayangi ayahnya." Ucap Jelita.
Danil menciumi perut buncit Jelita, "Ayah juga menyayangi kalian berdua, baik-baik kalian disana ya, sampai nanti waktunya kalian dilahirkan kedunia." Ucap Danil.
"Aku tak sabar ingin melihat mereka, mas."
"Sama, aku juga."
Jelita merubah posisinya menjadi menyandar di kepala ranjang, begitu juga dengan Danil.
"Bagaimana kabar ayah dan Selena?"
"Mereka semua dalam kondisi baik."
"Alhamdulilah kalau begitu."
"Tapi ada sesuatu yang mereka temukan."
"Apa itu?"
"Kota central dinegara C dan M ada yang mengincar untuk di ledakkan." Ucap Danil.
"Lalu sekarang bagaimana?"
"Aku sudah menyuruh Brandon membentuk Tim, dan aku sudah berkoordinasi dengan pihak keamanan kedua negara untuk menjaga seluruh asset di tempat-tempat central."
"Tugasmu, sudah banyak menjadi semakin banyak."
"Taka pa, yang penting aku masih dapat melakukan pekerjaan itu dengan baik."
"Ya, aku yakin kamu mampu, kamu sangat berkompeten menjadi seorang pemimpin ahli dalam perang saham dan perang bersenjata." Ucap Jelita dengan seulas senyum.
"kau meledekku."
"Siapa yang meledekmu itu kenyataan kau memang pandai dalam dua hal itu." Ujar Jelita sambil menyandarkan tubuhnya pada bahu sang suami.
"Sayang, terimakasih untuk selalu mengerti diriku, dan menerima ku apa adanya."
"Sama-sama, udah berapa ribu kali kau mengatakan hal itu mas?"
"Aku akan terus mengatakannya hingga aku puas."
"Terserah kamu saja, yang jelas kamu harus tahu satu hal, aku sangat mencintaimu dan akan selalu mempercayaimu."
"Terimakasih sayang."