DON\'T READ sampai lokasi 2
DON\'T READ sampai lokasi 2
"Hati-hati Ronald, medannya sangat sulit, ini sangat licin dari yang aku perkirakan." Kata Matt sambil melangkah menaiki bebatuan terjal.
"Ini pertama bagiku, mendaki gunung es berbatu." Jawab Ronald terkekeh.
"Wow, ku harap ini menjadi pengalaman mu yang sangat menyenangkan Ronald."
"Harusnya begitu saudaraku."
"Dipuncak itu kita harus berhenti." Ucap Matt tiba-tiba.
"Kenapa?"
"Sepertinya angin bertiup sangat kencang, kita harus mencari tempat berlindung, dan dipuncak itu ada gua kecil hanya itu tempat satu-satunya untuk melindungi diri kita."
"Baiklah, berarti kita harus cepat."
"Kau benar, ayo." Ajak Matt lalu mereka melanjutkan langkahnya menuju ke puncak gunung tersebut.
Dan setelah beberapa saat mereka sampai juga dipuncak.
"Ronald, ayo kita masuk ke dalam gua, kita harus segera menggunakan kantung tidur, kalau tidak kita kan mati membeku."
"Baiklah."
Matt dan Ronald dengan cekatan membuka peralatan mereka, lalu segera masuk kedalam kantung tidur di sebuah gua kecil. Baru saja mereka masuk kedalam kantung tersebut, benar saja angin yang membawa serpihan salju mengahantam gunung itu bahkan mengancurkan puncak gunung dengan batu yang terjal.
"Aku tak percaya ini Matt, jika kita terlambat beberapa detik saja, aku yakin tubuh kita sudah melayang sampai ke kebun gandum milik Selena, bisa jadi lebih dari itu." Ucap Ronald sambil menoleh pada Matt sekilas, lalu menatap kepintu gua yang tiba-tiba tertutup oleh salju.
"Ya, ini sudah biasa terjadi di kawasan ini, Ronald."
"Sungguh mengerikan, pantas saja pihak pemerintah tidak mau mengambil resiko untuk menurunkan tim penyelamat."
"Ya, itu benar."
"Negara M termasuk negara yang miskin, karena adanya peperangan, maka dari itu mereka menghemat pengeluaran untuk terus bisa menstabilkan keuangan negara." Ulas Matt.
"Aku sekarang mengerti mengapa Selena begitu gigih ingin ingin tetap berangkat ke negara M, ternyata karena memang negara ini membutuhkan banyak uluran tangan. Karena saking banyaknya rakyat miskin di negara ini."
"Bengitulah, sejak dulu Selena memang telah menyukai dunia sosial, pada awaknya aku berpikir dia melakukan hal itu karena untuk mengalihkan rasa kesepiannya karena ayahnya yang teramat cuek dengannya, tapi kemudian aku mengerti saat Selena dengan telaten membantu rakyat yang tidak mampu, bahkan di negara C dan R Selena mempunyai tempat penampungan lansia, anak terlantar dan juga hewan-hewan yang hidupnya di jalanan." Ucap Matt panjang lebar membuat Ronald semakin bangga terhadap ibu tirinya itu.
"Pantas saja ayahku berjodoh dengan Selena, mungkin karena mempunyai hobby yang sama, dengan begitu mereka bisa saling mendukung satu sama lain." Ucap Ronald.
"Ya, kamu benar."
Mereka terdiam sejenak, lalu Ronald kembali bertanya pada Matt, "Berapa lama angin kencang itu akan terjadi Matt? Aku takut kita akan kemalaman sampai di lokasi Selena."
"Mungkin satu jam, tenang saja, kita tinggal menuruni pegunungan ini, dan akan segera sampai ke titik lokasi."
"Baguslah kalau begitu."
"Apa lagi kita terbantu oleh alat yang diciptakan oleh Rey, ini akan memudahkan kita agar lebih mudah menentukan arah." Ucap Matt.
"Ya, kedua adikku memang sama-sama jenius."
"Dua?"
"Ya, Rey dan Jelita. Yang waktu itu ikut membantu mengarahkan kita saat menghancurkan markas ayah Selena."
"Oh ya aku ingat. Dia juga adikmu rupanya, kau tidak mengatakannya padaku waktu itu."
"Maaf mungkin aku lupa."
"Jadi Jelita istrinya Danil? Sahabatmu?"
"Ya, danil sudah mencintai Jelita dari kecil, hingga sekarang, bahkan mereka akan segera mempunyai anak kembar."
"Luar biasa, semoga kita kelak bisa terus berkumpul hingga anak cucu kita, Ronald."
"Ya, Matt itu harus."
"Matt, sepertinya angin kencang telah berhenti." Lanjut Ronald.
"Cek tekanan suhu." Ucap Matt pada alat pengukur suhu yang mereka bawa.
"Kau benar, suhunya sudah mulai naik, kita keluar sekarang." Ucap Matt mengajak Ronald keluar dari kantung tidur yang menyelamatkan mereka dari cuaca dingin.
"Ayo kita lanjutkan perjalanan, agar kita tak kemalaman mencapai titik lokasi." Ajak Matt.
"Oke."
Matt memimpin perjalanan di depan, sedangkan Ronald mengikuti Matt dibelakangnya.
"Kita ke arah sana." Ajak Matt melihat kea rah peta digital mereka.
"Ayo," Ajak Ronald.
"Saljunya terlalu tebal, kita harus berhati-hati Matt." Ucap Ronald.
"Ya,"
Sementara Rey berkirim esan dengan Selena untuk tetap berada di dalam pesawat menunggu Ronald dan Matt datang. Sesuai permintaan anak tirinya, Selena mengajak penumpang yang selamat untuk bersembunyi di dalam badan pesawat karenja suhu udara yang bertambah dingin.
"Aku yakin bantuan akan segera datang." Ucap Maguire.
Dan tiba-tiba mereka mendengar orang berteriak memanggil nama seseorang dari luar pesawat, dan Tuan Handoko sangat hafal itu suara milik siapa.
Dengan sigap Tuan Handoko menatap keluar jendela, dan Melihat Ronald dan Matt berjalan cepat kea rah mereka, karena di belakang mereka badai salju kembali datang.
"Buka sedikit celah, ada yang akan masuk." Ucap Tuan Handoko.
Maguire langsung membuka tumpukan tas dan koper yang mereka gunakan untuk menutup semua lubang, lalu Matt dan Ronald langsung melompat masuk ke dalam badan pesawat dan menutup lubang tempat mereka masuk dengan ransel mereka.
"Haaaahhhh haaaahhh…" Nafas Matt dan Ronald memburu, semua orang yang berada di dalam badan pesawat menatap kea rah mereka.
"Ronald, Matt." Ucap Tuan Handoko dan Selena.
"Ayah, Selena." Ucap Ronald, lalu dengan langkah mununduk Ronald menjangkau tubuh ayah dan juga Selena. Mereka berpelukan dengan sangat erat, begitu juga dengan Matt yang memeluk Selena sambil mengucapkan beribu kata sukur karena adiknya selamat dan baik-baik saja.
"Mohon kalian tenanglah, besok kami akan mengupayakan pesawat untuk mengangkut kita semua." Ucap Ronald.
"Berapa pesawat yang kita butuhkan."
"Mungkin dua helicopter cukup untuk mengangkut seluruh orang yang berada disini, semoga besok cuacanhya baik, sehingga Arka dan Rey dapat segera mengirimkan helicopter.
"Semoga saja, terimakasih Tuan." Kata salh satu penumpang.
"Tapi mala mini, kita harus bermalam disini, karena tak mungkin mala mini helicopter akan datang cuaca sedang tidak bersahabat." Ucap Matt.
"Ya, kita harus bertahan malam ini." Ucap Maguire.
"Aku bersyukur, kalian tidak terhalang kendala yang berarti sampai disini." Ucap Selena.
"Saat tiba dipuncak, angin kencang menerpa kami, tapi untungnya kami membawa kantung tidur dan juga ada gua disana, jadi kami bisa berlindung didalam gua tersebut, kalau tidak kami tak membayangkan apa yang akan terjadi pada kami."
"Syukurlah kalau begitu." Ucap Tuan Handoko.
"Aku akan mengirimkan pesan pada Rey jika kita telah mencapai titik."
"Aku rasa Rey sudah tahu,l karena ia menandai kita di lokasi ini." Ucap Ronald sambil menatap alat yang mereka bawa.
[Rey kami butuh dua helicopter] ketik Ronald dalam pesan.
[Siap]. Balas Rey.