JANGAN DIBUKA
JANGAN DIBUKA
"Seluruh tubuh pesawat tertutup oleh salju." Ucap Seorang penumpang yang masih sangat muda.
"Kita harus keluar dari sini, jika tidak itu akan mempersulit kondisi kita." Ucap Tuan Handoko.
"Bagaimana caranya Tuan?" Tanya penumpang yang lain.
"Dengan alat seadanya. Tapi sebelum itu kita harus melapisi tangan dan kaki kita dengan kain yang lebih tebal, aku yakin cuaca sangat dingin di luar sana." Jawab Tuan Handoko memberi solusi.
"Baiklah, ayo kita lakukan." Ajak Penumpang berusia paruh baya.
Mereka bahu membahu membersihkan badan pesawat dari salju, lalu setelah itu mereka berjajar duduk di samping badan pesawat sekedar untuk menghangatkan tubuh mereka.
"Selena, kemarilah." Kata Tuan Handoko sambil mengulurkan tangannya pada Selena.
Selena menyambut tangan suaminya lalu duduk di berdampingan dengan sang suami.
"Dia putri anda?" Tanya seorang penumpang yang seusia dengan Selena.
"Bukan, dia istri saya." Jawab Tuan Handoko sambil tersenyum dan menoleh pada Selena yang menyamankan duduknya sambil bersandar di lengan Tuan Handoko.
"Oh, maafkan saya, saya kira dia putrid anda." Ucap Pemuda itu.
"Tidak apa-apa, bukan hanya kau yang mengatakan hal itu, tapi banyak orang pun sama mengira bahwa dia adalah anak saya."
"Kenapa anda mau menikah dengannya?" Tanya Sang pemuda pada Selena.
"Karena cinta." Jawab Selena tersenyum lebar.
"Kalian saling mencintai, kalian sangat beruntung, tidak sepertiku yang selalu ditinggalkan oleh teman kencanku karena aku hanya karyawan biasa."
"Suatu saat kau pasti juga memiliki seorang kekasih yang mau menerimamu apa adanya." Tandas Tuan Handoko pada pemuda itu.
"Semoga saja Tuan."
"Dimana kau bekerja?" Tanya Tuan Handoko.
"Saya bekerja di Hans Manufacturing di negara A, hanya saja saya sedang mengambil cuti untuk menengok ibu saya, dan kini akan kembali ke negara A, tapi ternyata pesawat ini mengalami kecelakaan, entahlah, mungkin setiba disana saya akan dipecat."
Tuan Handoko dan Selena saling pandang, Hans Manufacturing adalah pabrik milik Tuan Handoko di negara A, dia tak menyangka akan bertemu dengan salah satu karyawannya di situasi yang seperti ini.
"Itu tak akan terjadi, lagipula berita tentang menghilangnya pesawat ini pasti sudah menyebar ke seluruh dunia. Jadi aku yakin kamu tidak akan dipecat."
"Semoga saja Tuan, tapi manager HRD di perusahaan tempat saya bekerja selalu tak menerima apapun, banyak karyawan kami yang sering complain karena kekejaman HRD.
Lagi, kening Tuan Handoko mengerut, karena setahu dirinya, HRD di perusahaannya sangat bijak dan ramah.
"Apa kau belum pernah bertemu dengan bos pemilik perusahaan tempatmu bekerja?" Tanya Tuan Handoko.
"Belum Tuan. Bos saya sangat sibuk, pasti juga tak aka nada waktu untuk bertemu dengan pegawai rendahan seperti kami." Sergahnya.
"Bagaimana jika itu sebaliknya? Kenapa kau tak mencoba menghubungi bosmu, dan melapoorkan perbuatan HRD mu pada Bos besar?" Tanya Selena mencoba memancing pemuda yang duduk di hadapannya.
"Apakah suara orang seperti ku akan didengar?"
"Tentunya kau punya hak yang sama, atau kau bisa menggunakan cara lain misalkan dengan mengirimi bosmu surat kaleng yang berisi tentang kelakuan tak manusiawi HRD mu, bisa saja kan?" Tutur Selena.
"Kau benar, tapi sepertinya aku tak seberani itu, karena aku sangat membutuhkan pekerjaan ini, untuk mengobati ibuku yang sedang sakit."
"Oh, kami turut prihatin. Kalau boleh tahu, siapa namamu?"
"Maguire. Anda?"
"Saya Han, dan ini Selena." Jawab Tuan Handoko tanpa mau menyebutkan nama panjangnya.
"Senang bisa berkenalan dengan anda, Tuan dan Nyonya."
"Kami juga senang bertemu denganmu, semoga kita bisa menjadi kawan yang baik."
"Jika kita bisa selamat dari ini semua."
"Kita pasti akan selamat, aku yakin itu." Ujar Selena.
"Aku tak yakin, karena TIM SAR negara M, jumlahnya sangat sedikit dan peralatannya tidak cukup memadai karena peperangan."
"tapi aku yakin aka nada seseorang yang akan menolong kita." Ucap Selena lalu tersenyum menoleh pada sang suami.
Selena yakin Matt, Rey dan Ronald pasti akan mencari mereka.
"Semoga saja." Ucap Maguire.
"Sayang mana ponselmu, aku akan menghubungkan daya baterai ini dengan alat komunikasi di ruang kemudi pesawat, apa kau bisa membantuku?" Tanya Selena pada Tuan Handoko.
"Tentu saja, ayo kita lakukan." Tuan Handoko dan Selena bangkit dari duduk mereka lalu berjalan ke bagian depan pesawat.
"Aku akan membantu anda."Kata Maguire.
"Baiklah ayo." Balas Tuan Handoko.
"Apa yang akan kau lakukan dengan mereka?" Tanya seorang penumpang lain pada Maguire saat melihat Ia bangkit dari duduk.
"Kami akan mengaktifkan sinyal darurat dengan bantuan daya baterai dari ponsel." Ucap Maguire.
"Apa itu bisa?" Tanya penumpang lain lagi.
"Kita akan tahu setelah mencobanya." Jawan Maguire.
"Kalau begitu pakai juga baterai ponselku." Ucap penumpang lain yang langsung mengulurkan ponselnya yang juga telah rusak karena benturan.
"terimakasih." Ucap Maguire seraya menerima ponsel itu dan Ia buru-buru mengikuti langkah Selena dan Tuan Handoko ke bagian depan pesawat.
Terlihat disana Tuan Handoko di bantu beberapa orang mengangkat kursi dan pilot pesawat yang telah tewas di dalam pesawat tersebut.
"Mari aku bantu." Maguire langsung ikut mengangkat kursi pesawat yang diduduki oleh pilot.
Setelah semua barang-barang serta puing-puing yang tak berguna di keluarkan dari ruang kemudi, Selena lantas masuk ke dalam ruang kemudi bersama Tuan Handoko dan Maguire.
"Kau tahu tentang cara memprogram ini?" Tuan Handoko sengaja bertanya pada Maguire untuk menguji pemuda itu.
"tentu, dulu sebelum aku bekerja di perusahaan HM, saya adalah seorang ahli teknisi sipil untuk membantu tentara mengetahui letak musuh."
"Benarkah? Ternyata kau orang yang luar biasa." Ujar Handoko lalu memberikan peralatan tersebut pada Maguire.
Selena mencoba mengotak atik mesin di pesawat, begitu juga dengan Maguire, dan setelah beberapa saat ada sinyal hijau yang menyala, itu berarti ada seseorang yang menerima sinyal dari mereka.
Selena mengetikkan pesan enkripsi pada titik tersebut, lalu tak berapa lama Ia mendapatkan balasan.
[Selena]. Tulis pesan.
Selena tersenyum lalu menjawab. [Ya].
"Maguire kirimkan lokasi kita pada titik hijau ini."
"Siapa mereka? TIM SAR atau tentara negara M?" Tanya Maguire.
"Bukan keduanya?"
"Lalu?"
"Dia anak kami yang berada beberapa kilometer dari lokasi kita saat ini, aku yakin mereka sedang mencari kami. Ayo cepatlah kau kirimkan lokasi kita, agar kita cepat keluar dari lokasi ini." Kata Selena.
"Baiklah, akan segera ku kirim."