aku, kamu, and sex

Pencarian 1



Pencarian 1

"Hallo." Sapa Rey.     

"Ya, Apa???!!!" Rey berdiri dengan wajah pucat dan dada berdebar. Ronald menebak pasti ada sesuatu yang serius yang sedang terjadi.     

"Apa yang terjadi, Rey?" Tanya Ronald yang menghampiri Rey di dekat jendela.     

Rey menatap Ronald lalu menghambur kepelukan kakaknya, bibirnya kelu ingin mengatakan apa yang sedang terjadi, pikirannya tertuju pada sang ayah dan ibu tirinya yang di kabarkan hilang.     

Ronald memeluk Rey dengan erat, "Ada apa? Katakan."     

"Pesawat yang ditumpangi ayah dan Selena, hilang kontak kak. Kemungkinan mereka terjatuh." Ucap Rey yang air matanya telah menetes.     

Jantung Ronald serasa terhempas ke dasar jurang, yang dbisa dia lakukan hanya memeluk semakin erat tubuh sang adik untuk saling menguatkan.     

"Kau tidak sedang bercandakan, Rey?" Tanya Ronald walau Ia tahu jika adiknya sedang bicara serius.     

Rey mengeleng di bahu sang kakak.     

"Astaghfirullahhaladzim."     

"Kita harus tenang, kita pasti bisa melewati ini semua, kita harus yakin bahwa Ayah dan Selena baik-baik saja."     

Rey mengangguk lalu perlahan mengurai pelukannya dengan sang kakak. Rena dan Humaira telah berdiri menghampiri mereka.     

"Apa yang kami denger baru saja, apa itu semua benar?" Tanay Rena dengan air mata yang sudah mengalir. Pasalnya dia juga sangat menyayangi ayah mertua dan juga Selena.     

Ronald dan Rey mengangguk bersamaan, Humaira langsung lemas, untung saja Rey sigap berlari dan menangkap tubuh Humaira.     

"Rey," Hanya itu yang dapat Humaira katakana dengan lelehan air mata yang tak terbendung.     

Sedangkan Rena sudah menangis tersedu di dalam pelukan Ronald, Arka segera mencari tahu informasi tersebut dengan menghubungi Interpol yang bertugas di lokasi jatuhnya pesawat.     

"Kita bisa melacaknya kan Rey?" Ucap Arka.     

"Kita akan pergi kesana, aku hafal daerah itu." Ucap Matt.     

"Kau serius Matt?" Tanya Ronald.     

"Aku serius. Disana memang sering berubah kondisi cuacanya, jadi sering terjadi kecelakaan. Aku akan meminta bantuan teman-temanku yang berada disana untuk ikut membantu mencari mereka."     

"Tapi disana sedang ada badai salju." Ucap Arka.     

"Kita masih ada waktu untuk kesana, kita akan tetap mencari mereka." Ucap Matt dia juga sangat mengkhawatirkan Selena adiknya.     

"Apa Selena mengenal kawasan itu?" Tanya Rey pada Matt.     

"Ya, aku yakin dia sangat mengenal pegunungan itu, aku harap pesawat itu hanya terjebak badai salju dan tidak ada kerusakan fatal." Harap Matt sambil menerawang membayangkan daerah itu yang selalu tertutup salju tebal, walau demikian Ia percaya jika Selena dapat menguasai medan itu jika Ia dalam kondisi baik.     

"Kita bersiap, kita berangkat sekarang." Ucap Ronald.     

"Aku ikut jawab Rena."     

"Tidak sayang, kau harus disini, menjaga Humaira dan Molly bersama Arlita dan juga Ramond." Tegas Ronald.     

"Tapi…"     

"Tolong Rena, aku berjanji akan mengirim kabar selalu pada mu." Bujuk Ronald     

"Baiklah, cepat kembali dan bawa ayah dan Selena." Ucap Rena kembali terisak.     

"Ya, doakan aku."     

Di pegunungan yang tertutup salju, Tuan Handoko memeluk erat tubuh Selena di dalam bangkai pesawat yang jatuh, kedua sayap pesawat patah karena terbentur pegunungan yang terjal. Beruntung bagi mereka karena badan pesawat masih separuh utuh walau ekor pesawat telah hilang entah kemana.     

"Sayang, kita harus menutup seluruh lubang kalau tidak kita akan mati membeku." Ucap Selena yang meringkuk di dada Tuan Handoko.     

"Kau benar, kita harus menutup seluruh lubang, untuk melindungin kita, malam akan segera tiba, pasti suhu udara akan semakin dingin." Ucap Tuan Handoko lalu bangkit dari duduknya, mengajakl semua orang yang selamat dan tak terluka untuk bergotong royong, menutup seluruh lubang dengan barang-barang yang ada di pesawat tersebut.     

"Kita bisa membuat menggunakan kulit tempat duduk pesawat untuk kita jadikan selimut darurat." Ucap Tuan Handoko, lalu semua penumpang yang selamat membuka jok tempat duduk yang telah porak poranda dan mengeluarkan busa serta kulitnya, kemudian mereka gunakan untuk menutupi tubuh mereka.     

"Sepertinya badai salju belum akan berhenti, kemungkinan tim sar akan sulit melakukan pencarian dalam waktu dekat." Ucap salah seorang penumpang.     

"Kita akan bertahan di sini." Ucap Penumpang lainnya.     

"Bagaimana yang terluka parah di kakiny?" Tanya seseorang, melihat salah satu kru pesawat yang terluka dibagian kaki.     

"Kita bisa membuatkan tempat tidur gantung dengan alat seadanya untuk mengurangi goncangan dikaki yang terluka." Ucap Selena. Tanpa berpikir panjang, mereka membuat tempat tidue menggunakan selimut pesawat dan tali dari sabuk pengaman yang telah rusak.     

SEtelah beberapa saat mereka terdiam, hanya meringkuk kuntuk untuk menghangatkan tubuh mereka, sementara diluar pesawat, hujan salju turun dengan lebat. Tak ada yang mampu mereka lakukan kecuali berharap mereka masih bisa bertemu mentari di keesokan paginya.     

"Ayah, apa ponselmu ada dikantong?" Tanya Selena.     

Tuan Handoko meraba kantongnya, dan menemukan ponselnya yang telah rusak pada Selena.     

"Rusak." Ucapnya.     

"Taka pa, aku akan coba mengirimkan sinyal darurat pada Rey atau siapapun yang mampu menangkap sinyalku, agar mereka mencari kita, asal kau tahu sayang, Tim sar tak akan pernah datang ke tempat ini jika hujan salju itu masih tetap turun. Ini pengunungan yang jarang di jamah."     

"Benarkah?" Tanya Tuan Handoko sambil berbisik karena tak ingin apa yang mereka ucapkan menjadi bahan keresahan pada penumpang lainnya.     

"Iya, aku sangat hafal kawasan ini. Tapi aku yakin Rey dan Ronald akan mencari kita, aku akan mencoba menghubunginya esok."     

"Baiklah, sekarang kita istirahat, kita membutuhkan tenaga ekstra esok hari sayang." Ucap Tuan Handoko pada Selenal.     

Mereka bersyukur, karena mereka tidak terluka parah, hanya sedikit lecet di beberapa bagian saja, Tuan Handoko dan Selena telah berpengalaman dalam menghadapi bahaya maka mereka telah menyiapkan posisi tubuh mereka ketika terjadi guncangan di pesawat dan menyebabkan pesawat jatuh di area pegunungan bersalju.     

Ditempat lain, Rey Matt, Ronald dan Arka sedang berada di dalam pesawat yang akan membawa mereka ke lokasi jatuhnya pesawat. Jemari Rey tak henti-hentinya mengotak-atik peralatan canggih yang ia bawa, untuk mendeteksi keberadaan pesawat yang jatuh.     

"Berepa lama lagi kita sampai di titik ini?" Tanya Rey pada pilot pesawat pribadi milik Ronald.     

"Mungkin masih lima atau enam jam Pak Ronald. Karena aku sudah mendapat sinyal darurat untuk mengehntikan pesawat di bandara di dekat sini, karena ada hujan salju yang lebat di sekitar pegunungan tersebut."Ucap Sang pilot.     

"Baiklah, ikuti prosedur keamanan." Perintah Rey.     

"Apa kau menemukan sesuatu?" Tanya Ronald pada Rey saat Ia keluar dari ruang kemudi pesawat.     

"Ya, aku rasa ini lokasi jatuhnya pesawat, berdasarkan akhir titil koordinat sebelum pesawat itu jatuh."     

"Aku rasa bukan jatuh, tapi pendaratan darurat yang gagal." Ucap Matt.     

"Bagaimana kau tahu?"     

"Para pilot dinegara itu telah terbiasa dengan medan yang sulit dengan salju tebal, jadi mereka biasanya akan mendaratkan pesawat mereka di suatu tempat sampai hujan salju yang tiba-tiba datang itu berhenti."     

"Semoga saja, jika benar seperti itu, berarti kemungkinan besar ayah, dan Selena selamat." Ucap Rey.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.