Tua Bangka dan Wanita Muda.
Tua Bangka dan Wanita Muda.
Selama menikah dengan Handoko, Selena menjadi lebih mengenal karakter suaminya yang ternyata sangat penyayang dan ramah, pantas saja dari anak-anak hingga orang tua renta yang berada di negara itu menyukai Handoko karena sikapnya yang mudah bergaul dengan siapapun.
Selena juga baru mengetahui jika ternyata yang menjadi donator tetap yayasan miliknya adalah perusahaan milik sang suami. Ada bulir kebahagiaan yang terpancar dari wajah Selena saat mengetahui hal tersebut. Sekelumit rasa bangga dalam hatinya juga selalu tertanam untuk sang suami.
Setiap harinya Handoko selalu tak henti memberikan dia kejutan-kejutan yang menyenangkan untuknya, seperti tadi pagi misalnya, dia sudah dibuatkan sarapan oleh sang suami dengan makanan khas dari negaranya. Entah kapan si tua Bangka Handoko belajar memasak yang jelas, rasa masakannya tak kalah dengan masakan restoran. Enak dan sehat tentunya.
Selena memeluk leher Handoko dari belakang saat suaminya itu sedang melukis di atas kanvas bersama beberapa anak kecil korban perang.
"Aku tak menyangka, kau sangat berbakat dalam melukis." Puji Selena pada suaminya.
Tuan Handoko terkekeh, lalu mencium pipi Selena yang sedang bergelayut di pundaknya.
"Bahkan aku sudah melukis wajahmu." Ucap Handoko di telinga istrinya.
"Benarkah, mana lukisannya?" Tanya Selena terkejut sekaligus tak percaya.
"Hmm. Itu benar."
"Mana lukisannya, aku ingin melihatnya." Ucap Selena manja.
"Sayangnya kau tak dapat melihatnya, sayang."
"kenapa?"
"Karena aku tidak melukisnya di atas kanvas." Jawab Tuan Handoko.
"Lalu."
"Aku melukismu dihatiku." Ucap Tuan Handoko yang membuat Selena tersenyum dengan wajah memerah sempurna.
"Kau membuatku malu."
"Hanya ucapan bagaimana bisa membuat malu?" Tandas Tuan Handoko sambil menorehkan cat pada kanvas.
"Kau pandai merayu Tua Bangka?"
"Untuk apa aku merayumu, gadis muda?"
"Bahkan kau tahu aku bukan gadis lagi."
Tuan Handoko terkekeh, "Oke wanita muda." Ralatnya/
"Oya, akumendapat kabar dari Ronald, jika Ramond masuk rumah sakit, dan kabarnya Matt sudah di sana bersama Daddy dan Molly."
"Ya, aku sudah mendengar kabar itu dari Rey, lalu apa kau ingin pulang? Bukankah pekerjaanmu belum selesai?" Tanya Tuan Gordon.
"Tentu kita akan menyelesaikan pekerjaan kita lalu segera kembali ke negaramu Tua Bangka."
Tuan Handoko tersenyum kecil, sungguh istrinya ini berjiwa sosial tinggi, dan Ia menyukainya.
"Ramond disana sudah ada banyak yang menjaganya, berbeda dengan anak-anak disini, yang masih membutuhkan kita untuk mengajari mereka tentang banyak hal." Tutur Tuan Handoko pada istrinya.
"Ya, dan aku bahagia ternyata suamiku memiliki pemikiran dan hobby yang sama dengan diriku."
"Itu tanpa kita sadari jika kita mempunyai banyak persamaan, itu semua berjalan apa adanya tanpa kita ketahui sebelumnya."
"Kau benar ayah. Itulah sebabnya kita berjodoh." Ujar Selena lalu mencium pipi Handoko dengan sayang.
"Aku mencintaimu." Ucap tuan handoko pada Selena.
"Aku juga mencintaimu, sayangku." Balas Selena.
Selena melangkah ke dapur di rumah yang ia tempati bersama suaminya di negara M. Ia inginmembuatkan makan malam special untuk sang suami. Sudah lama mereka tak makan malam romantic berdua karena kesibukan keduanya mengurus anak-anak dan kaum lansia korban perang.
"Masak apa ya?" Gumam Selena.
Lalu tiba-tiba saja ada tangan kekar yang memeluk tubuhnya dari belakang dan menyandarkan kepalanya di pundak.
"Masak apa saja jika itu kau yang masak, makan akan aku makan. Tak perlu bingung sayang."
"Kau ini, mengagetkan aku, apa pelajaran melukismu sudah selesai?" Tanya Selena pada suaminya.
"Sudah, mereka sudah dijemput ibunya, dan tinggallah sang tua Bangka ini sendiri di runag lukis, lalu mengingat dirimu yang akan memasak jadi, bagaimana kalau aku membantumu?"
"Kau serius?"
"Tentu saja, lagi pula jadi lebih cepat selesai."
"Memangnya kenapa kita harus buru-buru?" Tanya Selena pada sang suami.
"Karena aku ingin kita menikmati hal lain setelah acara memasakmu, sayang." Ucap tuan handoko pada Selena.
"Apa itu?"
"Apa kau tidak merasakannya?" Tuan Handoko lebih mengeratkan pelukannya dan Selena lantas tersenyum lebar.
"Ya Allah, kau ini benar-benar, Tua-tua keladi, semakin Tua kenapa kau semakin lebih menjadi keras seperti ini?" Selena dengan sengaja mengerakkan pantatnya membuat Tuan Handoko semakin tak tahan dengan godaan dari sang istri.
Tak mau kalah begitu saja, tangan Tuan Handoko yang sedari tadi dipingang sang istri kinin menjamah kebukit kembar yang tertutup jilabab panjang lalu dengan sengaja meremas kedua benda itu dengan lembut membuat Selena mengeliatkan tubuhnya merasakan sensasi yang dibuat oleh suaminya.
"Lanjut masak atau?"
TOK TOK
Pintu rumah mereka ada yang mengetuk dengan berat hati, Tuan Handoko melepaskan dua gundukan kegemarannya untuk membuka pintu.
Namun baru saja pintu dibuka dua buah senapan laras panjang langsung mengaraj kepadanya, membuat dia kaget tak mengerti dengan apa yang sedang terjadi.
"angkat tanganmu ke atas.": Ucap dua tentara yang entah apa maksudnya menodongkan senjata kepadanya.
Selena yang mendengar keributan segera menghampiri suaminya dan terkejut melihat sang suami sedang di todong dengan menggunakan dua senapan laras panjang oleh dua tentara yang tidak Ia kenal.
"Siapa kalian?" Tanya Selena menggunakan bahasa mereka.
"Kami tidak akan menyakiti kalian, kami hanya ingin kalian membantu teman kami yang terluka di perbatasan."
"Bantu apa?"
"Kami butuh dokter." Ucap salah satu dari penodong.
"Tapi kami bukan dokter, kami hanya tenaga pengajar anak-anak dan lansia. Kami tidak tahu dalam duania kesehatan." Ucap Tuan Handoko pada mereka.
"tapi kau bisa memanggilkan doketer untuk kami."
"Jika itu mau kalian, tolong lepaskan aku, dan aku akan segera menghubungi dokter untuk kalian." Ucap tuan handoko.
"Baiklah." Ucap dua peria bersenjata.
Tuan Handoko duduk di dekat pesawat telepon, lalau mendial nomor salah satu relawan dokter yang bertugas di negara tersebut.
"mereka akan segera datang." Ucap Tuan Handoko.
Keadaan menjadi hening, Selena memegang lengan Tuan Handoko karena takut terjadi sesuatu pada suaminya, namun untungnya hal itu tak terjadi, dua orang tenaga medis dan bagian keamanan internasional datang ke rumah mereka, lalu Tuan Handoko menjelaskan apa yang terjadi, dan dua tenaga medis itu bersedia untuk mengobati teman tentara mereka yang sedang terluaka.
Nafas panjang penuh kelegaan berhembus syahdu dari mulut Selena, sungguh Ia tak mau hal buruk terjadi para mereka, walau ini sudah menjadi makanan mereka sehari-hari karena memiliki yayasan sosial di daerah konflik tapi tetap saja membuat hati Selena selalu tak tenang.
Padahal Selena dan Tuan Handoko merupakan relawan dan sekaligus donator untuk para kornam perang di negara tersebut sehingga keberadaannya selalu dilindungi oleh pemerintah setempat. Namjun karena hal itu juga yang selalu menempatkan mereka dalam bahaya seperti yang baru saja terjadi.