aku, kamu, and sex

Kasih Sayang keluarga



Kasih Sayang keluarga

Ronald yang baru saja tiba di kantor mendadak berbalik arah, ketika mendengar kabar dari Rey jika Ramond sedang di rawat di rumah sakit. Ronald lalu menghubingi Rena yang sedang mendaftar kuliah di kampus impiannya.     

"Sayang, setelah selesai kamu segera menyusulku ke rumah sakit ya, Ramond sakit." Ucap Ronald dalam panggilan telepon.     

"Ya, baiklah aku akan segera menyelesaikan urusanku disini dan akan ke rumah sakit dengan segera." Jawab Rena.     

"Hati-hati sayang. Aku mencintaimu." Ucap Ronald sambil berjalan menuju ke mobilnya.     

"Kamu juga ya, jangan ngebut-ngebut, aku juga mencintaimu."     

"Assalamualaikum."     

"Waalaikumsalam."     

Ronald segera memacu mobilnya ke rumah sakit, pikirannya tidak tenang jika belum bertemu dengan anak angkatnya, sejak Ramond lahir Ronald lah yang merawat dan membesarkannya bersama Arlita, apapun keadaannya dia akan selalu ada.     

Di kampus Rena sibuk mengisi lembar demi lembar formulir pendaftaran untuk masuk ke kampus, dan sudah dipastikan jika Ia akan memilih jurusan Tehnik Pertanian sesuai dengan apa yang dicita-citakan olehnya. Dan tak membutuhkan waktu lama, Rena menyelesaikan semua urusannya di kampus.     

Karena terburu-buru berlari menyusuri lorong kampus, Rena tak sengaja menabrak seorang pemuda yang juga sedang terburu-buru masuk ke dalam kelasnya.     

BRUUUUKKKK!!!!!     

"Au.." Rintih Rena.     

"Maaf, saya ga sengaja nabrak kamu."Ucap Andre dengan nada menyesal.     

"Ah, justru aku yang minta maaf karena saking terburu-burunya aku jadi tak melihat kamu." Kata Rena sambil membantu memunguti buku-buku milik andre.     

"Baiklah, berarti kita sama-sama tidak sengaja, kenalkan aku Andre." Kata Andre sambil mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Rena. Namun dengan sopan Rena menagkupkan kedua tangannya ke dada.     

"Aku Rena, calon mahasiswa baru disini. Kalau begitu aku permisi dulu ya, aku sedang terburu-buru." Tanpa menunggu jawaban dari Andre, Rena langsung bergegas lari ke parkiran mengambil sepeda motornya dan melaju ke jalanan menuju ke rumah sakit.     

"Gadis yang menarik, cantik dan sepertinya cerdas." Gumam Andre sambil duduk di kursi di dalam kelasnya.     

Rena memacu motor matiknya dengan kecepatan tinggi, Rena sengaja meminta motor matik pada suaminya untuk mobilitasnya ke kampus, karena tak ingin terlihat mencolok dari mahasiswa yang lain. Dan Ronald meloloskan permintaan istrinya setelah adanya perdebatan yang panjang antara Ronald dan Rena.     

Seperti biasa Rena yang selalu dapat memenangkan pertarungan, dan inilah akhirnya sebuah motor matik bekas yang masih layak pakai yang digunakan oleh Rena.     

Ronald memarkirkan mobilnya di parkiran depan rumah sakit, lalu tak berapa lama Rena pun sampai karena jarak kampus dan rumah sakit memang tidak terlalu jauh.     

"Assalamualaikum, Om." Sapa Rena setelah memarkirkan motornya di dekat mobil Ronald, tak ada yang berani memindahkan motor dan mobil itu karena dua kendaraan tersebut adalah milik dari pemilik Rumah sakit tersebut.     

"Waalaikumsalam, sayang."     

Roena mencium pungung tangan Ronald, lalu Ronald mengecup kening istri kecil tersayangnya.     

"Ayo masuk." Ajak Ronald yang langsung mengandeng jemari Rena masuk ke dalam rumah sakit.     

"Ramond sakita apa memangnya?" Tanya Rena.     

"Aku juga belum tahu dengan jelas sayang, hanya saja tadi Rey bilang jika Ramond membutuhkan transfusi darah dari Matt."     

"Matt? Bagaimana dia bisa kemari jika statusnya…"     

"Itu sudah di atur oleh Rey."     

"Aku percaya kemampuan Rey." Jawab Rena dengan tersenyum lebar.     

"Kalau penampilanmu begini, maka tak aka nada yang percaya jika kamu sudah menikah, jangan-jangan di kampus tadi kamu bertemu dengan cowok ganteng lagi." Tiba-tiba Ronald mengalihkan pembicaraan karena melihat penampilan Rena yang memang terlihat girly.     

"Kok, Om tahu sih? Kalau tadi Rena bertemu sama cowok gantenmg di kampus?" Ucap Rena yang membuat Ronald langsung menghentikan langkshnya dan menatap Rena tajam.     

Rena terkekeh, "Cemburu? Ya Salam…"     

"Jadi siapa cowok itu?"     

Rena menarik nafas panjang, "Namanya Andre, karena terburu-buru aku jadi menambrak dia tanpa sengaja."     

"Kau tahu namanya berarti kamu sempat berkenalan?"     

"Dia yang mengajakku berkenalan lagi pula aku tak menanggapi lebih lanjut, aku langsung menuju parkiran dan menuju kemari, lalu bertemu dengan suami tampanmu yang cemburuan." Ucap Rena lalu melingkarkan kedua tangannya ke leher sang suami.     

"Aku tak mau mendengar tentang cowok lagi dari mulut itu, kau paham?"     

"Aku paham suamiku." Ucap Rena lalu mencium pipi Ronald membuat Ronald tersenyum karena kelakuan manis istrinya.     

Sejujurnya dia selalu percaya jika Rena akan selalu setia, tapi entah mengapa jika melihat atau hanya mendengar Rena bertemu apa lagi dekat dengan seorang laki-laki membuat dia selalu menjadi uring-uringan.     

Ronald cemburu ya dia cemburu, dan Ia mengakui hal itu, dia begitu mencintai istri kecilnya, hingga tak mampu mengendalikan rasa cemburu yang bergemuruh di dalam hatinya.     

"Yang mana ruangan Ramond, Om?" Tanya Rena sambil menoleh menatap wajah tampan sang suami.     

"Itu, ada Arka disana, pasti ruangannya di sebalah sana juga." Jawab Ronald.     

"Oya, betul juga."     

Ronald dan Rena mempercepat langkah mereka, hingga kini mereka berdiri tepat di belakang Arka yang sepertinya sedang mengetikkan pesan pada seseorang.     

"Assalamualaikim." Sapa Ronald dan Rena.     

Arka terkejut lalu menoleh ke sumber suara, "Waalaikumsalam."     

"Maaf jika kami mengagetkanmu." Ucap Ronald yang langsung berjabat tangan dengan Arka.     

"Ah, tidak tadi aku terlampau serius, jadi tak menyadari jika kalian datang."     

"Bagaimana keadaan Ramond."     

"Masih belum ada perubahan, kalian masuk saja." Ucap Arka.     

Ronald mengangguk , "Baiklah, kami masuk dulu." Ucap Ronald, sedangkan Arka tersenyum pada Ronald dam Rena.     

"Assalamualaikum." Sapa Ronald dan Rena pada Humaira dan Arlita.     

"Waalaikumsalam." Jawab keduanya.     

"Bagaimana keadaan Ramond?" Tanya Ronald pada Humaira.     

"Dia mengalami kelainan pada darahnya, jalan satu-satunya dia harus mendapatkan transfuse darah dari ayah kandungnya." Jawab Humaira, dan Ronald mengangguk paham.     

"Arlita sebaiknya kau istirahat biar gentian aku dan Rena yang menjaganya." Ucap Ronald pada Arlita.     

"Bagaimana aku bisa istirahat melihat kondisi Ramond yang seperti ini." Ucap Arlita.     

Arka yang baru saja masuk ke dalam ruangan itu memegang pundak Arlita membuat Arlita mendongak.     

"Benar kata Ronald, kau harus beristirahat sudah beberapa hari ini kau kurang istirahat karena harus menjaga Ramond, kamu harus menjaga kondisimu agar tetap sehat."     

"Tapi aku tak mau jauh dari Ramond, Arka."     

"Kau bisa istirahat di ruanganku, disana ada ranjang yang biasa aku gunakan untuk istirahat, kamu bisa memakainya Arlita." Ucap Humaira.     

"Aku akan menemanimu." Ucap Arka.     

"Baiklah kalau begitu, Ronald, Rena aku titip Ramond ya."     

"Ya, kau tenang saja, aku dan Ronald akan menjaga Ramond dengan baik." Ucap Rena.     

"HUmaira kau pulanglah, kau juga harus istirahat kasian keponakanku." Ucap Ronald pada Humaira.     

"Iya kak, aku juga akan pulang bersama Rey."     

"Jaga baik-baik calon keponakan ku, kau bahkan bisa bekerja dari rumah jika kau mau."     

"Tidak kak, aku masih sanggup bekerja."     

"Oke, asal kau jangan memaksakan diri, istirahatlah jika kau merasa lelah." Ucap Ronald menasehati adik iparnya.     

"Iya kak."     

"Baiklah kak, aku akan mengantar mereka keruangan ku dulu, baru aku akan pulang setelah Rey datang. Dia sedang keluar sebentar.     

"Baiklah."     

Humaira mengajak Arka dan Arlita ke ruangannya agar Arlita bisa beristirahat dengan nyaman, sementara Ronald dan Rena bergantian menjaga Ramond dengan duduk di samping tempat tidur yang di tempati oleh Ramond.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.