MEET YOU 2 REVISI
MEET YOU 2 REVISI
"Aku senang mendengarnya, Rey. Kau harus menjaga Humaira dan calon anak kalian dengan baik." Ucap Jelita di telepon.
"Tentu saja, aku akan menjaganya dengan baik, suatu saat kita akan berkumpul bersama membawa anak-anak kita." Ucap Rey pada Jelita dengan senyum yang terus mengembang.
Disisi Rey ada Humaira yang bergelayut manja didada sang suami, saat ini mereka sedang berada di kamar mereka, merebahkan tubuh mereka yang lelah setelah seharian bekerja.
"Baiklah Jelita, besok kita sambung lagi, sepertinya Humaira sudah mengantuk, kau baik-baik disana, dan sampaikan salamku untuk Danil dan Rena." Ucap Rey lalu menutup telepon mereka setelah mengucapkan salam.
"Jelita sangat senang ketika tahu kau sedang hamil, tadi saat kau mandi aku juga sudah menelfon mama, dan dia juga sangat bahagia bahkan sampai menangis, tahu jika akan mempunyai dua cucu." Ujar Rey pada Humaira.
Humaira tersenyum manis pada sang suami yang begitu mencintainya, "Kapan mama dan papa pulang?" Tanya Humaira pada Rey.
"Mungkin sekitar satu bulanan lagi, papa harus memastikan pembangunan Villa mereka berjalan sesuai dengan yang mereka inginkan, aku tak mengerti pikiran dua orang itu, mereka bersemangat sekali untuk segera pensiun dan menghabiskan masa tua mereka di perkebunan teh milik mereka."
"Ya, mereka ingin menikmati masa tua jadi wajar saja jika mereka mneginginkan kehidupan yang tenang dan tak disibukkan dengan urusan pekerjaan."
"Ya, tapi aku yang semain sibuk jadinya, karena Papa sudah mengalihkan perusahaannya menjadi atas namaku, walau aku hanya anak angkatnya, dan Jelita tak mau ambil pusing tentang hal itu." Ucap Rey lalu menarik nafas panjang.
"Aku yakin kamu mampu memimpin perusahaan papa dengan baik, lagipula kau dan Danil sudah sepakat untuk menyatukan perusahaan Chandra Corp dengan perusahaan Mahendra."
"Ya, kau benar, kalau tidak begitu aku takut aku tak bisa menjalankan dua perusahaan sekaligus, apa lagi dua perusahaan ini bergerak dibidanng yang berbeda." Rey menatapa HUmaira lalu mencium keningnya sekilas.
"Sekarang lebih baik kita tidur, agar besok pagi kita fresh, kamu kan juga butuh waktu istirahat yang cukup, agar anak kita sehat dan kamu juga kuat." Lanjut Rey sambil membelai perut Humaira dengan sayang.
Humaira tersenyum lalu mengangguk, lalu membenamkan tubuhnya dipelukan sang suami yang memeluknya.
*****
Rena membolak-balik buku pelajarannya, kepalanya terasa pusing menghadapi soal ujian yang ada dihadapannya. Hari ini Rena menghadapi ujian akhir untuk menyelesaikan sekolahnya, dia sengaja mengikuti program kelas percepatan agar dia lebih cepat lulus dari senior high schoolnya.
Ronald tak pernah mengira jika Rena mempunyai kepandaian di atas rata-rata sehingga ia dapat mengikuti kelas percepatan. Sistem sekolah di negara berbeda dengan sistem sekolah di negaranya itu memudahkan Rena untuk menyelesaikan sekolahnya lebih cepat.
Setelah hampir satu jam menjalani ujiannya akhirnya Rena menyelesaikan ujiannya dengan baik, lalu ia menyodorkan kertas pada penguji yang menunggu ia menjalani ujian. Waktu yang seharusnya dua jam untuk menyelesaikan ujian nyatanya ia bisa mengerjakan hanya dalam waktu satu jam, membuat petugas pengawas ujian takjub dengan kecerdasan Rena.
Akhirnya Rena diijinkan pulang, setelah menyelesaikan ujian akhirnya, Rena menarik nafas lega setelah ujian terakhirnya terselesaikan dengan baik, dia hanya berharap jika hasil ujiannya juga akan baik dengan begitu ia bisa mengambil kuliah dinegaranya dengan begitu Ia bisa berkumpul denngan suaminya tercinta dan tidak lagi berjauhan seperti sekarang.
Rena menyusuri trotoar untuk sampai di rumah Danil kakaknya, dia menolak untuk di jemput karena dia sudah lama tidak berjalan kaki di daerah tempatnya tinggal, maka kali ini ia ingin merasakan kembali indahnya ber jalan kaki.
Setelah hampir lima belas menit berjalan Rena akhirnya sampai di rumahnya, masuk ke dalam rumah setelah mengucapkan salam terlebih dahulu.
"Kak, gimana rasanya hamil?" Tanya Rena pada Jelita, kini mereka sedang berada di ruang keluarga, jelita duduk di sofa single yang tak jauh dari perapian, sedangkan Rena sedang memberi makan binatang peliharaan kakaknya, kura-kura di aquarium yang berukuran cukup besar.
"Ya, enak, soalnya aku ga merakan yang kata orang kalau hamil muda itu mual-mual atau ga bisa makan." Ujar jelita.
"Iya, kakak justru sebaliknya, makan apapun yang kakak mau tanpa rasa mual, malah suka banget ngambil makanan Rena." Ucap Rena memasang ekspresi sebal.
Jelita terkekeh, memang sejak Rena kembali dari negara C, setiap Rena makan apapun pasti Jelita akan nimbrung ikut makan. Kadang mereka bahkan suka berebut makanan yang sedang Rena makan.
"Aku juga ga tahu, kenapa ya aku suka banget ngrecokin kamu makan, rasanya tuh enak aja lihat kamu makan, terus pingin ikut makan." Kata Jelita sambil terkekeh.
"Emang kemauan ibu hamil itu ada-ada aja, suka aneh. Jangan-jangan nanti pas udah lahir dia nemplok mulu sama Rena." Ujar Rena sambil tersenyum lebar, lalu duduk di sofa yang tak jauh dari Jelita.
"Ngomong-ngomong kak Danil lama banget ke kantornya, padahal biasanya Cuma sebentar."
"Lagi banyak kerjaan kali, oya. Kamu gimana tadi ujiannya?" Tanya Jelita sambil mengelus perutnya yang sudah mulai membuncit.
"Alhamdulilah kak, lancar jaya… semoga hasilnya juga bagus."
"Amiiinn."
"Libur dong sekolahnya, tinggal nunggu pengumuman nilai akhir kan?"
"Iya kak."
"Ga pingin pulang? Ga kenagen sama Kak Ronald?" Tanya Jelita lalu menyesap Teh nya.
"Kangen, kangen banget malah… tapi aku takut ngomong sama Kak Danil, nanti kalau dig a ngebolehin aku pulang gimana, aku tak siap kecewa dengan jawaban Kak Danil." Ujar Rena sambil mengerucutkan bibirnya.
Tak disangka Danil sudah berdiri dibelakang sofa yang di duduki adiknya, Sedangkan Jelita yang sudah menerima isyarat dari Danil untuk diam hanya senyam senyum tak jelas, melihat sang suami yang ingin memberi kejutan pada adiknya.
Tiba-tiba satu tiket pesawat kelas VIP berada tepat di depan wajah Rena yang terulur dari arah belakang, sontak Rena kaget lalu melihat tiket itu dan beralih pada sosok yang berdiri dibelakangnya sambil mengacungkan tiket pesawat padanya.
"Pulanglah, temui pujaan hatimu." Ucap Danil. Seketika Rena langsung loncat dari sofa dan memaluk kakaknya erat lalu mencium pipi Danil berulang kali, Danil dan Jelita hanya tersenyum lebar.
Sebagai sepasang suami istri, Danil dan Jelita juga merasakan bagaimana rasanya jika jauh dari seorang yang ia cintai, maka Danil berinisiatif membelikan tiket pesawat untuk adiknya supaya bisa pulang ke engara mereka.
"Terimakasih Kakakku." Ucap Rena masih memeluk erat tubuh Danil.
"Sama-sama sayang, maaf kakak tidak menyuruhmu menggunakan pesawat pribadi, kakak ingin kamu memberikanj kejutan pada Ronald. Aku yakin dia tak tahu jika kamu akan datang."
"Tentu, aku akan mengejutkannya. Terimakasih kak Danil."
"Sekarang kamu bersiap-siaplah, besok pagi kamu akan berangkat dengan pesawat paling pagi."
"Oke kak." Lalu Rena turun dari sofa dan mencium pipi Jelita serta mengelus perit Jelita dengan sayang.
"Selama tante pergi kamu jangan rewel ya, baik-baik diperut bunda." Ucap Rena sambil mengelus perut kakaknya.
Jelita dan Danil hanya tersenyum lebar melihat bagaimana Rena berbicara pada keponakannya yang masih berada di dalam perut.