DON\'T READ (REVISI DI ATAS)
DON\'T READ (REVISI DI ATAS)
Sudah beberapa hari ini, mereka sama-sama sibuk dengan kegiatan masing-masing. Maka dari itu hari ini mereka sengaja bertemu dipusat perbelanjaan untuk menghabiskan waktu bersama.
m
Rena mengajak Ronald untuk mengunjungi toko buku yang ada di dalam mall tersebut. Ronald yang memang terkenal seantero negeri sebagai pengusaha yang sukses dan juga tampan, sudah tentu menjadi perhatian dan bahkan incaran para kaum hawa dan pemburu berita.
Namun seperti biasa, Ronald sudah mengantisipasi hal tersebut dengan menyembunyikan wajahnya dibalik topi dan kaca mata hitam, dan juga sigapnya para pengawal yang menyamar sebagai pengunjung mall. Sedangkan Rena memakai setelan jumpsuit dan pashmina dilengkapi dengan masker yang menutupi sebagian wajahnya, Ronald tak mau mengambil resiko jika istrinya ini menjadi tidak nyaman karena akan selalu jadi incaran para awak media dan mungkin juga hatters nya.
Mereka sedang asik memilih buku-buku yang mau Rena ketika ada seorang perempuan cantik dan seksi menghampiri mereka, ehm... mungkin lebih tepatnya menghampiri Ronald.
"Hai, Ronald. Apa kabar?" Tanya Perempuan bernama Aura. Seorang foto model yang pernah bekerja untuk salah satu perusahaan miliknya di budang makanan.
Ronald dan Rena langsung menoleh ke sumber suara. Lalu dengan malas, Ronald menjawab, "Kabarku baik, kamu apa kabar?"
"Baik juga, apa lagi ketemu kamu disini semakin tambah baik." Ucap Aura sambil tersenyum menggoda.
Ronald tersenyum tipis, lalu melirik Rena yang mulai menatapnya dengan tajam. Ronald tak lagi menanggapi Aura, dia kembali fokus pada buku-buku yang dicari istrinya. Membuat Aura tidak nyaman karena di abaikan oleh Ronald.
Pasalnya sudah lama Ia mencintai Ronald, namun tak pernah sedikitpun Ronald mau mempedulikannya.
"Ayo." Ajak Rena sambil menarik tangan Ronald untuk menuju ke rak yang lain. Dan lagi-lagi Aura masih saja menempel pada Ronald.
Wanita itu masih saja mengikuti kemanapun mereka berjalan. Hingga Rena mulai kesal.
"Kita pulang, Om." Ucap Rena emosi.
Lalu menarik tangan Ronald ke kasir untuk membayar buku yang tadi sudah mereka pilih.
Ronald membayar semua buku-buku yang dibeli oleh Rena di kasir.
"Gadis kecil, mau ga makan bareng sama kakak." ucap Aura sambil menampilkan wajah sok baiknya.
"Ga, Tante makasih." Ucap Rena semakin jijik dengan perempuan bernama Aura itu.
"Atau kamu mau jalan-jalan kema dulu, biar aku antar."
"Tidak terimakasih." Tolak Rena penuh emosi.
"Ayo sayang." Ucap Ronald pada Rena yang sedang menatapnya.
"Kami pulang dulu Aura." Pamit Ronald. Sedangkan Rena hanya mencibir.
"Bagaimana kalau kita makan bersama Ronald, sudah lama kita tidak makan bersama." ajak Aura.
"Maaf Aura, tapi kami harus segera pulang." Ucap Ronald yang langsung pergi dari hadapan Aura sambil mengandeng tangan Rena.
" Susah memang mendapatkan mu Ronald. tapi aku tak kan menyerah begitu saja." Gumam Aura sambil menatap Ronald dan Rena yang semakin menjauh.
Selama perjalanan kembali ke rumah Rena hanya diam bahkan tak mau menatap ke arah sang suami.
Ronald tersenyum, dia tahu sang istri sedang merajuk cemburu.
"Ke apartemen saja, pak." Ucap Ronald pada sopir, lalu sang sopir mengangguk dan melajukan mobilnya menuju apartemen Ronald yang letaknya tak jauh dari rumah lama Rena.
"Sayang, kok diam aja sih." Tanya Ronald.
"Ga apa-apa, lagi capek." Jawab Rena sekenanya, dia menyadari jika didepan mereka ada sang sopir dan satu pengawal maka tak ingin dia memperlihatkan pertengkaran mereka karena rasa cemburu yang terus menghujam hati Rena tiap mengingat wanita di mall tadi.
Ronald hanya tersenyum namun tangannya tak henti membelai pipi sang istri. Dan tak lama kemudian mobil merek telah memasuki halaman gedung apartemen milik Ronald.
Lalu mobil itu berhenti di depan pintu masuk lobby apartemen. Sang sopir dengan sigap membukakan pintu mobil Ronald dan Rena. Lalu keduanya berjalan beriringan dengan tangan Ronald memeluk pinggang Rena erat.
Ronald menekan tombol lift menuju ke lantai apartemennya, lalu dengan segera lift itu meluncur ke lantai yang mereka tuju.
"Kenapa sayang? kamu cemburu sama perempuan tadi?" Tanya Ronald saat mereka berada di lift.
namun Rena diam tak menjawab, Ronald menarik nafas panjang dan menghembuskan nya kasar.
Hingga sampai lift berhenti di lantai yang mereka tuju, Rena keluar lebih dulu saat pintu lift terbuka. Ronald menggelengkan kepalanya lalu mengikuti langkah istrinya menuju ke apartemen miliknya.
Rena menekan angka kombinasi apartemen Ronald lalu terbukalah pintu apartemen milik sang suami.
Rena berdiri bersedekap menghadap ke arah pintu menunggu sang suami masuk ke dalam apartemen.
Setelah Ronald masuk ke apartemen dan menutup kembali pintunya. Ronald menatap Rena yang sedang menatapnya tajam. Perlahan Ronald mendekati istri kecilnya itu.
"Jangan dekat-dekat dengan perempuan manapun, apa lagi perempuan tadi. Menjijikkan." Ucap Rena yang langsung membalikkan tubuhnya ingin pergi dari hadapan Ronald.
Tapi Pelukan Ronald lebih dulu tersemat di tubuhnya dari arah belakang. Kedua tangan besarnya mengunci pingang sang istri lalu keapla Ronald bersandar di bahu kiri istrinya.
"Siap nyonya, aku takkan dekat dengan perempuan manapun kecuali kamu, karena Cinta ku itu ya hanya kamu."
"Gombal."
"Suer. Berani disamber gledek kalau aku bohong." Ucap Ronald berusaha meyakinkan istrinya dengan sedikit guyonan.
"Oke. tapi jangan disamber gledek dong." Sahut Rena.
"Kenapa?"
"Karena Rela ga mau kehilangan Om Ronald, suami aku." Jawab Rena sambil membalikkan tubuhnya lalu mengalungkan kedua tangannya di leher Ronald.
Ronald tersenyum lalu mengangkat tubuh mungil sang istri agar sejajar dengannya, kedua kaki Rena langsung mengait di pingang sang suami dan dengan sigap Ronald menyangga tubuh Rena menggunakan kedua tangan besarnya.
"Aku mencintaimu, gadis kecil, sungguh dan sangat." Ucap Ronald lalu mencium hisung dan dagu Rena, membuat wajah Rena berubah merah.
"Aku juga mencintaimu, Om." Sahut Rena dengan sayang.
Rena menyematkan ciuman lembut di bibir Ronald, sedangkan Ronald dengan mudah mengimbangi ciuman sang istri yang semakin lama semakin menggila. Perlahan Ronald mengendong Rena seperti anak koala menuju ke kamar Ronald yang sekarang menjadi kamar mereka.
Ciuman itu semakin lama semakin bertambah ganas, Ronald menurunkan Rena ke atas ranjang, namun tak merebahkannya melainkan tetap memangku Rena di atas ranjang, Bibir Ronald menjelajah ke tempat dimana ia suka, mencari-cari sumber-sumber yang membangkitkan desahan. Keheningan kini berganti suara erotis yang menggema menyusuri setiap sudut ruangan yang mereka tempati.
Entah kapan mereka melepaskan pakaian yang mereka kenakan, yang jelas kini dua tubuh menjadi satu kesatuan yang utuh dan saling mendamba menjaga kata Hormanis tak hanya sekedar kata namun membuktikan bahwa mereka tetap saling memiliki dan mengikat satu sama lain.