Terkuak 2
Terkuak 2
"silahkan masuk Pak Wijaya, Pak Wiliam." Ucap Pak Bondan.
"Bu Ranti dan Bu lilik mengikuti langkah kedua laki-laki di depannya kemudian mereka duduk bersama mengelilingi meja persegi yang sudah diatasnya sudah tersaji berbagai minuman dan makanan.
"Mana Lep dan Lala?" Tanya Pak Bondan Pada Bu Lilik.
"Sebentar__ itu mereka Pak." Kata Bu Lilik sambil menatap kearah pintu yang diikuti juga oleh Pak Bondan yang memandang kearah yang sama.
"Silahkan duduk, Lala, Leo." Ujar Pak kepala sekolah. Lala dan Leo langsung duduk di antara para orang tua dan guru mereka.
"Begini Pak Wiliam, saya mendapat laporan dari Pak Danil dan Pak Rey jika putra mereka memberi tahu bahwa anda melakukan tindakan pemerkosaan dan ancaman pada Lala, putra Bapak wijaya dan Bu Ranti. Apa benar Pak?" Tanya Pak Bondan Pada Pak Wiliam.
Pak Wiliam hanya diam dan juga menjawab pertanyaan dari Pak Bondan.
"Tolong jawab Pak Wiliam." Tegas Pak Bondan.
Pak wiliam mengepalkan kedua tangannya, dia tak mengira jika Lala dan keluarganya berani melaporkan dirinya, padahal ia sudah mengancam keluarga itu, bahkan akan membuat Pak wijaya dikeluarkan dari tempatnya mengajar jika mereka buka mulut.
"Benar Pak, Pak wiliam yang mengancam Lala dan keluarganya." Kata Leo dengan menunduk, Lala dan semua yang ada di ruangan itu langsung menatap kearah Leo.
"Katakan Leo." Kata Pak Bondan.
"Lala melihat saya dan Pak Wiliam sedang melakukan tindakan asusila di ruang kelas."
"Kenapa kau mau melakukan itu dengan Pak Wiliam? Apa kamu diancam?" Tanya Rey pada Leo.
"Iya Pak, saya ketahuan menukar lembar jawaban ulangan Silvia, lalu saya diancam akan dilaporkan ke pak kepala sekolah jika tidak mengikuti apa kemauan Pak wiliam." Jelas Leo, yang membuat Danil dan Rey mengepalkan tangannya erat sebagai pelampiasan kekesalan.
"Jadi sekarang sudah jelas, bahwa anda telah melakukan pelecehan seksual terhadap siswa di sekolah ini, sekaligus pengancaman dan percobaan pemerkosaan, ini sudah menyangkut kriminalitas, maka saya sebagai kepala sekolah tidak bisa membiarkan orang seperti anda terus menjadi bagian sekolah ini." Ucap pak Kepala sekolah dengan tegas.
"Leo, kenapa kau menukar jawaban Silvia dan menuduh Yola dan Jhonatan yang melakukannya?" Tanya Danil pada Leo.
Leo menunduk sambil memainkan tautan jemarinya, "Karena saya menyukai Silvia, sedangkan Silvia lebih menyukai Jhonatan. Sedangkan Yola, karena dia rencana saya ingin mendekati Silvia selalu gagal, karena Yola selalu mendekatkan Silvia pada Jhonatan."
Rey dan Danil saling pandang lalu sama-sama menarik nafas panjang, begitu juga dengan kepala sekolah yang memijit pelipisnya karena persoalan yang sedang dia hadapi sekarang.
"Kamu harus meminta maaf pada Silvia dan mengatakan hal yang sebenarnya, hanya itu yang saya inginkan, dan saya harap semua yang ada di ruangan ini, merahasiakan apa yang terjadi pada Lala dan Leo, demi mereka berdua. Saya tidak mau disekolah ini ada siswa yang dibully." Tandas Danil.
"Lalu bagaimana Pak wiliam? Apa anda ingin mengakui perbuatan anda, atau ingin menyangkal?" Tanya Rey, karena sedari tadi Pak Wiliam hanya diam saja tak memberikan jawaban atas tuduhan yang mengarah kepadanya.
"Anda semua menuduh saya tanpa adanya bukti, bukankah ini bisa dimungkinkan sebuah konspirasi untuk mengeser jabatan saya sebagai wakil kepala sekolah disini?" Kata Pak Wiliam masih tak mau mengakui perbuatannya.
Lalu Rey merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah Cip dan memberikannya pada Pak Kepala Sekolah.
"Apa ini Pak Rey?" Tanya Pak Bondan.
"Itu bukti tindak asusila yang dilakukan oleh Pak Wilian Pada Leo, yang dilakukan di ruang ganti yang letaknya tak jauh dari UKS. Benar?" kata Rey sambil menatap tajam pada Pak Wiliam.
Wajah Pak Wiliam langsung pucat mendengar apa yang disampaikan oleh Rey pada kepala sekolah.
"Fahri memasang satu kamera pengintai di ruang ganti laki-laki. Tanpa anda ketahui Pak Wiliam." Ujar Rey.
"Maafkan tindakan anak saya Pak kepala sekolah karena dengan lancang memasang kamera mini di ruang ganti laki-laki, namun itu semata-mata untuk membuktikan kebejatan Pak Wiliam." Jelas Rey.
Pak Bondan tak mampu berkata-kata lagi, dia langsung menekan nomor ponsel untuk menghubungi polisi, namun dicegah oleh Rey.
"Tak perlu memanggil polisi Pak, karena saya sudah memanggil mereka, dan mereka telah menunggu di luar, agar tidak menganggu perhatian anak-anak yang lain." Kata Rey pada Pak Bondan.
"Baiklah pak Rey, saya sebagai kepala sekolah memohon maaf atas kelalaian saya sehingga terjadi hal ini, saya akan memperbaiki sistem keamanan di sekolah ini."
"Tidak perlu pak, saya sudah menyuruh karyawan saya untuk memperbaharui semua CCTV dan sistem keamanan di sekolah ini, anda tak perlu repot." Kata Rey lagi pada kepala sekolah.
"Terimakasih Pak Rey. Maaf telah merepotkan anda."
"Tidak pak, ini demi kebaikan bersama. Nanti siang karyawan saya akan datang untuk menganti CCTV dan memperbaharui sistem keamanan data sekolah."
"Baik Pak Rey, sekali lagi saya ucapkan terimakasih."
"Sebaiknya anda bawa Pak Wiliam ke luar untuk dibawa ke kepolisian, sebelum bel istirahat berbunyi." Kata Danil pada Pak Bondan, lalu Pak Bondan mengangguk setuju, lalu bangkit dari tempat duduk dan memanggil sekuriti untuk mengawal dia bersama pak Bondan.
Tanpa dapat membantah, Pak Wiliam langsung berdiri setelah tangannya dipegang dengan erat oleh kepala sekolah dan seorang sekuriti.
"Leo, terima kasih atas kejujuran kamu, dan kamu jangan khawatir mengenai Jhonatan dan Yola, karena mereka tidak akan pacaran hingga mereka lulus SMU kelak, dan kini kalian masih SMP, nikmati waktu belajar dan masa mudamu dengan baik ya, Nak. Bertemanlah dengan siapapun, dan aku yakin Jhonatan dan ketiga saudaranya tidak menolak untuk menjadi temanmu."
"Terima kasih Pak, saya akan meminta maaf pada mereka nanti, dan Lala maaf kan aku."
"Ga apa-apa, Leo. Kita tetap bisa temenan kok. Asal kamu janji ga akan mengulangi lagi." Ujar Lala pada Leo.
"Aku janji La, aku ga akan mengulangi lagi."
"Ya sudah kalian kembali ke kelas lagi ya, Leo tetap semangat ya Nak." Ujar Bu Lilik.
"Ya BU, terimakasih."
Leo dan Lala kembali ke kelas mereka, lalu Danil kembali melanjutkan ucapannya pada Bu Lilik.
"Tolong Bu Lilik carikan Psikiater untuk mendampingi Lala dan Leo, aku yakin mereka masih menyimpan trauma dengan apa yang terjadi pada mereka, saya yang akan menangung segala biaya psikiaternya." Ucap Danil.
"Baik Pak Danil."
"Pak Wijaya, tetap lah tinggal di rumah saya, demi keamanan anda, karena rumah anda belum selesai perbaikan." Ujar Danil.
"Terimakasih banyak Pak, saya sudah merepotkan anda."
"Tidak ada yang di repotkan."
Lalu mereka bersama meninggalkan sekolah mereka untuk memberikan keterangan pada kepolisin perihal kasus Pak Wiliam.