aku, kamu, and sex

Mengetahui.



Mengetahui.

Pulang sekolah, mereka memutuskan untuk pergi kerumah Lala bersama-sama. Setelah kejadian di sekolah yang membuat mereka bingung dan tak mengerti dengan keadaan yang sedang terjadi sebenarnya, kini mereka akan mencari tahu dari rumah Lala. Apa kah dia yang memberi tahu kepala sekolah atau bukan.     

Jalanan sudah mulai ramai karena memang sudah waktunya untuk jam pulang kerja. Mereka berempat naik sepeda motor menuju rumah Lala.     

Hampir setengh jam kemudian akhirnya mereka sampai di rumah Lala, tapi keadaan rumah itu sepi bagai tak berpenghuni.     

"kemana Lala?" Kata Fahri.     

"Assalamualaikum." Sapa Jhonatan.     

"permisi." Jhonatan kembali mengulangi sapaannya.     

Hampir lima belas menit mereka     

"Lala!!" Yola berteriak di depan pagar. Tak ada yang menyaut, tapi mata elang Yola menangkap buruan yang Ia sedang cari.     

Yola melompati pagar rumah Lala, lalu naik ke atas atas melalui teras dan memanjat melewati besi penyangga balkon.     

"Yola!!" Teriak Jhonatan yang langsung ikut memanjat pagar rumah Lala diikuti oleh keduan saudaranya.     

Mereka berempat sudah sering latihan Parkour jadi urusan yang sangat mudah kalau hanya untuk sekedar memanjat pagar atau balkon rumah.     

Yola terus meloncat kesana kemari, untuk menjangkau buruannya, dan akhirnya Ia menemukan sebuah celah dari sebuah jendela kaca, dan menggunakan tasnya Yola mendobrak jendela kaca tersebut hingga pecah lalu dengan leluasa Ia masuk ke dalam rumah dan turun tepat di ruang keluarga rumah Lala.     

Lala tampak ketakutan bersama ibunya, mereka berdiam di sudut ruangan hingga tubuh mereka bergetar.     

"Lala!!" Teriak Yola, berdiri terpaku tak mengerti dengan apa yang telah terjadi pada Lala hingga Ia bisa ketakutan seperti itu.     

Tak berapa lama ketiga saudaranya menyusul mereka, dan menyaksikan hal yang sama. Aksi ketakutan lala dan Ibunya.     

Jhonatan melangkah pelan pada Lala, lalu berjongkok menatap mata gadi itu yang sudah berderai air mata ketakutan.     

"Lala, apa yang terjadi? Kenapa kamu ketakutan kayak gini?" Tanya Jhonatan pelan karena tak mau Lala lebih tajut dari sebelumnya.     

Lala mengatur nafasnya yang tersengal begitu juga dengan ibunya. "Maafkan anak ibu jika telah menyakiti kalian, tapi tolong jangan libatkan anak ibu lagi, ibu mohon." Kata Ibu Lala pada Jhonatan.     

Jhonatan menoleh pada ketiga saudaranya, dan ketiganya hanya mengendikkan bahu, lalu mengeleng pelan.     

"Saya tidak mengerti maksud ibu." Kata Jhonatan.     

"Leo kesini bersama pak wiliam dan anak buahnya, lalu mengancam aku dan ibu, kalau aku melaporkan pak wiliam dan leo atau menjadi saksi keburukan mereka di sekolah, maka mereka akan menghancurkan keluargaku, mereka akan menghancurkan hidupku."     

"Leo kesini? Kapan?" Tanya Jhonatan.     

"setelah kemarin kau pergi dari rumahku."     

"Brengsek, Leo."Gerutu Jhonatan.     

"Itu artinya bukan Lala yang memberitahu kepala sekolah tentang kamera itu, tapi Leo." Ujar Fatih.     

"Kau benar. Kita hubungi Bu Lilik sekarang."     

"Bu Lilik?" Tanya Lala.     

"Ya, Bu lilik akan membantu kita, karena beliau juga tahu tentang skandal yang di lakukan Leo dan Pak Wiliam."     

"Bu Lilik adalah tunangan Pak wiliam." Ujar Lala, yang membuat terkejut ke empat temannya.     

"Dari mana kamu tahu?" Tanya Yola yang sudah duduk di lantai bersama ketiga saudaranya.     

"Aku pulang selalu terakhir, dan aku sering melihat Pak wiliam dan Bu Lilik pulang bersama, desas-desus di sekolah bilang bahwa mereka memang sudah bertunanagan." Terang Lala.     

"Berarti Bu Lilik membantu kita karena dia juga butuh bukti mungkin untuk mengagalkan pernikahan mereka, karena tahu jika Pak Wiliam adalah gay."     

Jhonatan menjentikkan jari, "Tepat sekali. Aku hubungi bu Lilik Sekarang, dan untuk kamu La, ga usah takut. Keluargaku akan melindungimu. Aku janji." Lanjut Jhonatan.     

"Ibu khawatir dengan keselamatan Lala, nak Jhon." Ujar Ibu Ranti.     

"Ibu tak perlu khawatir, aku akan memberitahu ayah, tentang masalah ini." Kata Jhonatan lalu mengeluarkan ponselnya, dan menghubungi Bu Lilik.     

"Permasalahannya sangat serius, kita memang harus memberitahu orang tua kita." Kata Fahri.     

"Itu benar." Fahmi ikut menimpali.     

"Kalau begitu kita menghubungi ayah saja sekarang." Kata Yola.     

"Tapi ayah masih di kantor." Jawab Jhonatan.     

"Sebentar lagi ayah pulang sama Kak Ramond."     

"Benar juga, ya sudah kamu hubungi ayah, suruh menjemput kita disini, kamu juga haru ganti rugi sama Bu Ranti karena telah merusak plafonnya." Ujar Jhonatan, sedangkan Yola hanya nyengir sambil mengaruk kepalanya yang tertutup jilbab.     

"Kemarin, Lala hampir diperkosa oleh Pak Wiliam, kalau saja Bapaknya Lala tidak cepat pulang." Ibu Lala mendesah berat, lalu memeluk tubuh kurus Lala.     

"Serius La?" Tanya mereka bertiga kecuali Jhonatan, yang hanya menatap Lala dengan tatapan yang sulit diartikan.     

"Untung saja Bapak segera pulang, kalau tidak aku tak tahu bagaimana nasibku sekarang." Ucap Lala.     

Diam-diam Jhonatan mengepalkan kedua tangannyakuat-kuat, dadanya bergemuruh, membayangkan apa yang dilakukan oleh Pak Wiliam pada Lala.     

"Kamu sudah menghubungi ayah?" Tanya Jhonatan sambil melirik Yola yang duduk bersila di samping kirinya.     

"Bagus kalau begitu kita tunggu ayah dan BU Lilik datang." Jhonatan mendesah nafas berat, lalu memandang Ibunya Lala.     

"Maaf bu, apakah kami boleh numpang sholat?" Tanya Jhonatan dengan sopan.     

"Maaf jika kami merepotkan." Lanjut Jhonatan.     

"Tidak apa-apa, Ibu malah senang ternyata kalian anak yang taat agama, rajin sholat. Lala tunjukkan tempat sholatnya." Perintah Bu Ranti pada Lala.     

"Iya Bu." Jawab lala, lalu berjalan menuju ke sebuah ruangan kecil diantara kamarnya dan kamar ibu dan ayahnya.     

"Kalian bisa sholat disini, Yola didalam sudah ada mukena milikku, kau bisa menggunakannya."     

"Makasih, La."     

"Ya, tempat wudunya disebelah sana."     

"Terimakasih."     

Lala mengangguk, lalu meninggalkan mereka menuju ke ibunya yang sedang menyiapkan minuman dan makanan untuk mereka.     

Tepat saat mereka sedang sholat, terdengar ketukan di pintu rumah Lala, kembali Lala ketakutan setiap kali ada orang yang datang. Lalau dengan langkah pelan Bu Ranti dan Lala mengintip dari jendela ruang tamu, untuk melihat siapa yang datang. Nafas lega mereka rasakan saat melihat wanita berambut sebahu yang datang, dia adalah Ibu Lilik guru kelas mereka.     

Lala membukakan pintu untuk Bu lIlik perlahan, lalu tersenyum saat bersitatap dengan gurunya itu.     

"Silahkan masuk, Bu."     

"Terimakasih Lala."     

"Apa kabar Bu Ranti?" Bu Lilik menyalami Bu Ranti orang tua Lala, Bu Ranti dan Bu Lilik sudah saling mengenal karena Bu Lilik pernah menjadi wali kelas putrinya.     

"Alhamdulilah baik bu, mari masuk."     

Bu lilik masuk ke dalam rumah lalu mereka menutup kembali pintunya, Bu Lilik di ajak duduk di ruang tengah sambil menunggu Jhonatan dan saudaranya selesai menunaikan sholat ashar.     

"Dimana Jhonatan?" Tanya Bu Lilik.     

"Mereka sedang sholat, Bu."     

"Owh, baiklah."     

"Silahkan duduk dulu, Bu."     

Bu lilik mengangguk lalu duduk di sofa yang berada di ruangan itu, beberapa menit kemudian Jhonatan dan ketiga saudaranya datang menemui Bu Ranti di ruang tengah.     

"Selamat sore bu, maaf menyuruh Ibu datang ke sini sore-sore."     

"Tidak apa-apa, Jhon."     

"Sepertinya aku kenal sama anak itu deh." Kata Yola yang berada di ruang tamu, tapi matanya menatap ke luar jendela.     

"Leo." Ujar Yola.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.