aku, kamu, and sex

Yola 2



Yola 2

Sehari kemudian semua keluarga telah kembali ke rumah masing-masing begitu juga dengan keluarga Danil, telah kembali ke rumahnya karena Yola dan Jhonatan harus segera menyelesaikan sekolah mereka.     

"Ayah, kami berangkat dulu." Pamit Jhonatan dan Yola pada Danil.     

"hati-hati dan ikuti pelajaran dengan baik."     

"Oke ayah." Jawab Yola.     

"Ga ada acara dihukum lagi, ya YOl."     

"Iya ayah."     

"Bunda kami berangkat dulu." Yola mencium tangan dan pipi Jelita begitu juga dengan Jhonatan.     

"jaga adik kamu dengan baik, Jhon." Kata Jelita pada Jhonatan.     

"Siap BUnda."     

Jhonatan dan Yola berangkat kesekolah bersama dengan Fakhri dan Fatih yang sudah menjemout mereka menggunakan sepeda motor. Hingga beberapa menit kemudian mereka sampai di gedung sekolah yang megah dan mewah. Sekolah ini adalah milik Danil, Rey dan Ronald yang sengaja membuat sekolah dari tingkat SD hingga SMU.     

"Baru masuk kedalam kelas udah ada bau-bau ga sedap nih." Ujar Fatih walau usianya lebih muda tapi karena kecerdasannya Ia dapat ikut loncat kelas dan bisa satu kelas bersama mereka.     

Mereka menatap pada seorang gadis berambut pirang bernama silvia.     

"Apa-apaan kamu?" Tanya Jhonatan yang memang tak menyukai silvia karena gadis itu selalu membuat ulah yang membuat adiknya menjadi sering kena hukuman.     

"Kamu yang apa-apaan?"     

"maksud kamu?"     

"Nih!" silvia melempar kertas yang berisi tentang hasil ulangan miliknya yang ia yakini karena ulah Jhonatan.     

"Apa hubungannya denganku?" Tanya Jhonatan dengan geram.     

"kau yang membuat nilaiku jadi buruk, karena kau tak mau jika aku lebih mengunguli adikmu kan?"     

"Apa yang kamu katakan aku tak mengerti dan aku tak pernah melakukan itu."     

"Apa maksudmu silvia?" Kini Yola dengan geram bertanya langsung beradu pandang dan bertolak pingang didepan silvia.     

"kau yang membuat nilai ulanganku menjadi hancurkan?"     

"Untuk apa aku membuat nilai ulanganmu menjadi hancur? Itu tak penting bagiku." Ujar Yola galak.     

"Alah sudah mengaku saja, kalian anak pemilik yayasan sekolah ini jadi sudah wajar jika kalian sering curang untuk mendapatkan nilai yang baik."     

"Jaga bicaramu." Ujar Fakri yang mulai ikut tersulut emosi karena ucapa Silvia.     

"Untuk apa aku jaga bicaraku? Bukankah itu sesuatu yang benar?"     

"Oke, kalau itu menurutmu benar, sekarang tunjukkan mana buktinya jika kami pernah melakukan kecurangan untuk nilai kami." Kini giliran Fatih yang berbicara.     

"Halah, semua juga sudah tahu tentang hal itu."     

"Oke, kami minta bukti atas tuduhan kalian, jika tuduhan kalian tidak benar maka jangan pernah lakukan tuduhan pada kami lagi dan jika kalian benar maka kami siap untuk pindah dari sekolah ini." Ucap Jhonatan karena terlampau kesal.     

"Sudah kak, ga ada gunanya bicara sama orang kayak dia." Ucap Yola sambil menunjukkan jarinya ke muka silvia.     

Akhirnya mereka semua membubarkan diri lalu duduk di kursi masing-masing, tanpa ada yang menyadari ada seorang anak yang tersenyum bahagia atas apa yang terjadi pada mereka.     

Anak laki-laki itu bernama Leo. Tidak aka nada yang menyangka jika Leo bisa sejahat itu, karena dari tampilannya dia hanya seorang anak yang cupu dan selama ini di kenal pendiam dan selalu menolak berinteraksi dengan murid-murid lain.     

"Pasti ada yang tidak beres. Kenapa silvia selalu menuduh kita yang tidak-tidak?" Kata Fatih.     

"Kau benar, kita harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, jangan – jangan ada yang menjebak kita tanoa sepengetahuan kita, atau mengadu domba antara kita dan silvia." Ujar Yola.     

"benra kata Yola, siapa tahu ada dalang di balik semua ini."     

"Kita akan segera tahu." Ucap Fakhri lalu mengeluarkan alat yang kemarin baru saja Ia dan Yola selesaikan.     

"Waw… apa itu?" Tanya Fatih.     

"Ini minicam terbaru." Ujar Yola.     

"Dimana kita akan memasangnya?" Tanya Jhonatan.     

"bagaimana kalau disudut kelas, dan di ruangan TU serta ruanga guru." Ujar Ftaih.     

"Ide bagus." Kata Yola.     

"Baik nanti sepulang sekolah kita akan memasang alat ini, setelah sekolah sepi, bagaimana?" Tanya Fakhri.     

"Oke aku setuju, kita akanmemasang kamera mini ini setelah pulang sekolah, aku sudah penasaran siapa orang yang selalu memfitnah kita, dan membuat kita selalu bermusuhan dengan silvia." Ujar Jhonatan.     

"Sepertinya kamu naksir pada Silvia." Ucap Fatih.     

"Apa maksudmu?"     

"aku rasa kamu mulai menyukai silvia." Ujar Fatih lagi.     

"AKu? Menyukai silvia? Dari mana aku menyukai silvia? Yang ada aku selalu dibuat gemas sama dia, karena sering menuduhku yang tidak-tidak." Jawab Danil kesal.     

"Karena kamu terlalu membencinya, jadi aku takut kamu akan jatuh cinta sama dia." Ujar Fakhri.     

"yang benar saja, aku akan jatuh cinta sama cewek bar-bar kayak dia." Jhonatan bertambah kesal dengan tuduhan saudaranya itu.     

"Ye, ga percaya…jarak antara cinta dan benci itu sangat tipis bro, hati-hati lho." Ujar Fatih.     

"Helah, kamu masih kecil kamu tahu apa coba tentang cinta."     

"lagi-lagi kalian melecehkan aku yang masih kecil, asal kalian tahu saja, tuh bu astute sama pak harun menikah karena siapa?"     

"Karena Allah lah." Jawab Yola.     

"nah itu karena Allah."     

"Ye, ga nyambung." Celetuk jhonatan dan Yola, lalau mereka tertawa lebar, lagi-lagi mata sinis itu selalu tertuju pada mereka.     

"Kalian tidak akan bahagia, jika aku tak bahagia." Ujar laki-laki cupu tersebut. Lalu laki-laki itu pergi meninggalkan tempat berkumpulnya geng Jhonatan dengan tangan terkepal kuat.     

"Nanti pulang kita mampir ke warung bakso mang giman yuk." Ajak Yola.     

"oke, kamu mau traktir kita-kita kan yol…" Ucap Jhonatan.     

"Boleh dah,,, aku lagi bahagia kali ini, aku bagi-bagi sama kalian."     

"Pasti karena ketemu sama kak Ramond ya.." Tanya Fatih.     

"Itu salah satunya."     

"Kamu beneran menyukai kak Ramond?" Tanya Jhonatan.     

"Ya suka kan dia kakak kita." Elak Yola karena tak ingin jhonatan tahu jika Ia sangat menyukai bahkan mencintai Ramond.     

"Oh… kirain kamu cinta beneran sama kak Ramond."     

"memangnya kenapa kalau dia cinta beneran sama kak Ramond?" Tanya Fatih sambil menatap Jhionatan.     

"Ya janganlah, katanya kak Ramond sudah dijodohin sama anak temannya Om Matt."     

"Yang bener?" Tanya Fatih.     

"Iya, kak Ramond yang bilang." Jawan Jhonatan.     

"Kapan?"     

"Udah lama."     

"kok kamu ga pernah cerita si bang." Protes Yola pada Jhonatan.     

"Ya, aku pikir kalian juga sudah tahu dari orang tua kita."     

"Terus kak Ramond mau aja dijodohin?" Tanya Fakhri.     

"Ya, waktu kak Ramiond ga bisa mengelak karena orang tua si gadis sedang sakit keras, dan juga perfusahaannya membutuhkan penerus, maka dari itulah Kak Ramond sekarang ikut belajarv mengelola perusahaan karena pasti akan menjadi penerus usaha calon istrinya itu." Ujar Jhonatan.     

Yola hanya diam mendengar apa yang diucapkan oleh kakaknya, tak pernah Ia sangka jika Ia kini benar-benar tak mempunyai kesempatan untuk bersama dengan Ramond.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.