New life
New life
Danil menamai anaknya dengan nama mendiang kakek nya dan anak perempuannya dinamai dengan nama mendiang nenek Jelita. Sedangkan anak laki-laki Rey dan Humaira menggunakan kakek Jelita dan anak Rena dan Ronald menggunakan nama kakek Ronald. Hingga kini Usia anak-anak mereka sudah remaja.
Sedangkan Selena dan Tuan Handoko tak mengharapkan kembali untuk mempunyai momongan setelah diketahui jika Selena mempunyai masalah dalam rahim. Namun mereka tetap rukun dan saling mencintai.
Ramond ikut bersama Matt dan Molly tinggal di negara C yang sekarang keadaannya telah menjadi jauh lebih baik, setelah Danil melakukan agresi pada kelompok pemberintak dan juga kaum bersenjata. Dan hingga sampai detik ini tidak ada yang mengetahui siapa sang pemimpin yang berhasil menghancurkan kelompok bersenjata itu dari negara C kecuali Brandon dan tentunya Jelita.
Namun Ramond masih sering mengunjungi Ronald dan juga oma opanya yaitu Tuan Sanjaya dan Nyonya Sanjaya, bahkan kini Ia lebih dekat dengan Danil karena Ia sangat senang ketika berjumpa dengan Jhonatan dan Yolanda.
Saat ini mereka sedang ada di Villa Tuan Sanjaya dan Pak Handoko serta Richard yang saling bersebelahan, malah kini mereka membuat taman bersama untuk mereka makan bersama.
Jhonatan sangat dekat dengan Fahri dan Fatih, begitu juga dengan Yolanda, walaupun perempuan satu-satunya namun nyatanya mereka sangat dekat satu sama lain. Walau Yolanda terkesan cuek dan lebih aktif kedunia sosial disbanding yang lain. Ketiga saudaranya lebih cool dan cuek dengan orang lain tapi tidak dengan adik dan saudaranya. Mereka seperti tiga sekawan sang primadona karena usia mereka tak jauh berbeda. Namun Ramond pun sering bergabung dengan mereka walau usianya terpaut lima tahun. Tapi karena Ramond memiliki wajah imut jadi masih dapat mengimbangi keempat saudaranya.
"Bang Jhon, dapat salam tadi dari Vivian." Ujar Yolanda yang sedang makan snack kentang favoritnya.
"Salam apaan? Salam cinta salam sayang? Atau salam rindu?" Tanya Jhonatan antusias.
"Helah, mana aku tahu."
"Ye…besok lagi di tanyain dong, salam apaan biar jelas."
"Ogah, ga penting."
"Dasar… adik macam apa kamu, ga bantuin modusin abangnya."
"Ngapain juga bantuin abang modus, Yola kasih tahu Bunda lho."
"Sukanya ngadu."
"Biarin."
"Mau ngadu apa, hm…?" Tanya Jelita yang bergabung dengan kedua anaknya di taman villa milik kakek mereka.
"Itu lho Bun, abanggg…mmHhnnnmmpp." Jhonatan membekap mulut sang adik saat Yola ingin mengadukan pada bundanya perihal kakaknya yang naksir seorang cewek di sekolah, padahal mereka sudah diperingatkan untuk tidak pacaran selama masih sekolah.
"Ga apa-apa bun, biasa nih sih Yola rese.. ga usah di dengerin bun." Kata Jonatan sambil nyengir.
"Tapi ga usah bekap mulut juga dong!!" Bentak Yola pada saudara kembarnya.
"Lagian sih kamu, pengaduan."
"Kalian ini sudah sama besar, bukannya tambah dewasa malah kayak anak kecil." Jelita menarik nafas panjang lalu melemparkan bantal sofa pada kedua anaknya, membuat keduanya berteriak.
"Bundaaaa…!!!!" Teriak keduanya sedangkan Jelita hanya tersenyum lebar sembari meninggalkan kedua anaknya yang tampak kesal.
"Ada apa sih, Bun?" Tanya Danil yang sedang minum teh bersama Richard, Papa Sanjaya serta Papa Handoko, Selena dan Nyonya Sanjaya.
"Biasa Tuh anak-anak." Ujar Jelita lalu duduk dipangkuan Danil.
"Kamu itu lho Jel, seneng banget ngisengin anak-anak." Ujar Selena.
"Habisnya mereka berdua lucu, Moma." Balas Jelita pada Selena yang mereka panggil dengan sebutan moma.
"Assalamualaikum." Sapa Fahri dan Fatih, dibelakang mereka berjalan mendekat Rena dan Ronald serta Rey dan Humaira.
"Waalaikumsalam." Jawab mereka serempak.
Seperti biasa mereka akan saling cium pipi dan cium tangan pada orang yang lebih tua.
"Fahri, itu kaca mata bisa semakin tebal kalau kamu selalu sibuk sama gadget kamu." Celetuk Opa Sanjaya pada Fahri yang langsung sibuk dengan gadgetnya setelah masuk kedalam villa hendak menemui Jhonatan dan Yolanda yang datang lebih dulu dari pada mereka.
"Ga apa-apa eyang, kan tambah keren." Jawab Fahri sambil berjalan masuk ke dalam villa.
"Fatih, kamu ga ikut-ikutan main gadget?" Tanya Richard pada Fatih.
"Enggaklah Eyang, kalau Fahri kan memang berbakat dalam hal digital sama kayak Om Rey." Jawab Fahri sambil mencomot kue pisang kesukaannya yang tersaji di atas meja depan opanya.
"Lalu kesukaan kamu apa?" Tanya Danil pada Fatih.
"Mainin cewek." Jawab Yola dari dalam villa.
"Sembarangan, fitnah tuh Om, si Yola. Anak keren begini dibilang suka mainin cewek." Elak Fatih.
"Elah, Fatih sama bang Jhon itu samaan, Yah. Suka bikin keki cewek-cewek." Serang Yola.
"Awas kamu ya. Yol…" Fatih sudah mengambil ancang-ancang mengejar Yola, yang sudah siap dengan jurus kaki seribunya alias lari sekencang-kencangnya.
Dan benar saja, mereka langsung berkejar-kejaran hingga ke kebun teh yang ada di samping villa.
"Hoshh hossshhh…" Yola mengatur deru nafasnya yang terengah dan merebahkan tubuhnya di gardu tanpa atap karena kelelahan. Disusul Fatih yang juga ikut merebahkan tubuhnya disamping Yola.
"Sialan kamu, Yol. Belajar lari dimana kamu? Kenceng banget larinya." Kata Fatih sambil mengatur nafasnya.
"Halah, gitu aja udah K-O. Payah."
"Yol, aku mau Tanya sesuatu sama kamu." Kata Fatih pada Yolanda lalu menatap gadis berkerudung biru yang rebah disampingnya dengan menyisakan jarak diantara mereka.
"Tanya apa?"
"Kamu bener mau masuk pesantren?" Tanya Fatih dengan nada sedih.
"Bener, memang kenapa?" Tanya Yola balik.
"Kita jauhan dong, Yol."
"Kenapa memangnya?"
"Kamu kan tempat aku mencurahkan isi hati."
"Isi hati sama cewek-cewek yang ga jelas."
"Kamu itu, bener ga nih kamu mau masuk ke pesantren?"
"Iya bener."
"Kenapa sih Yol?"
"Karena aku ingin kayak bunda, tahu tentang agama, agar aku bisa berbakti sama bunda dan ayah."
"Nanti kalau kak Ramond datang, kamu ga bisa ketemu sama dia dong."
"Ga apa-apa, kalau jodoh ga akan kemana, lagian kayaknya kak Ramond memang ga ada perasaan apapun sama aku, dia hanya menganggapku adik, ga lebih." Jawab Yola lalu membuang nafasnya kasar.
"Kamu beneran suka ya sama kak Ramond?"
"Ga tahu, mungkin ini Cuma sekedar rasa kagum, ga lebih dari itu."
"Kak Ramond memang luar biasa, diusianya yang masih muda sudah bisa mengurus perusahaan padahal kuliah aja belum lulus, tapi sudah ikut mengurus perusahaan, uncle Matt."
"Ya, kak Ramond juga sangat agamais, hebat ya, dinegara yang muslimnya minoritas, kak Ramond bisa tetep mempertahankan ibadahnya walau uncle Matt tak seagama dengan kak Ramond."
"kamu benar, kamu ga salah mengagumi orang."
"Balik Yuk, nanti kita dicariin sama opa dan kakek." Ajak Yola, lalu merangkul bahu Fatih dan berjalan bersama menuju ke villa.