aku, kamu, and sex

Melepas Arka dan Arlita



Melepas Arka dan Arlita

Iring-iringan pembawa peti jenazah Arka dan Arlita mulai memasuki area rumah Arka di sebuah perumahan, berdasarkan hasil diskusi seluruh keluarga jenazah Arlita ikut dibawa ke rumah Arka karena Arlita juga bagian dari keluarga Arka dan Humaira.     

Humaira terduduk lemas saat peti jenazah sang kakak di masukkan ke dalam rumah, air mata tumpah ruah di rumah itu, Ramond yang di gendong oleh Matt pun tak kuasa untuk tidak histeris saat melihat peti jenazah sang mama di turunkan dari mobil ambulan.     

Rey sebagai wakil dari keluarga menerima kedua jenazah itu dari perwakilan Interpol lalu kembali menyerahkannya pada kesatuan polisi karena kedua jenazah itu akan dimakamkan secara militer.     

Rey dan Humaira meminta Arka dan Arlita untuk dimakamkan di makam keluarga di pinggir kota, dimana disana juga ada makan ayah, ibu serta kakek dan neneknya.     

Ronald dan Rey membuka peti jenazah Arka dan Arlita untuk memandikan serta mengkafani sesuai sariat islam. Begitu juga dengan Humaira dan Rena serta mamanya yang mengurus jenazah Arlita dibantu oleh pengurus masjid tempat dimana Arka dan Arlita sering ikut pengajian.     

Setelah jenazah disholatkan, kemudian mereka membawa kedua jenazah itu ke dalam ambulan dan membawa mereka ke pemakaman.     

Sang mama memeluk Humaira erat selama di perjalanan menuju ke makam keluarga.     

"Sabar sayang, ingat keponakan kesayangan Arka harus kamu jaga." Ucap mama pada Humaira.     

"Iya ma, Ira hanya belum siap harus kehilangan abang."     

"Iya, semua juga tidak akan siap, tapi kita memang harus siap sayang."     

"Iya Ma. Ira yakin abang bahagia sekarang karena bisa membawa menantu untuk ayah dan ibu bersamanya."     

"Ya. Kita doakan saja semoga mereka ditempatkan di tempat terindah milik Allah."     

"Amiin, ma."     

"Sabar kak, Bang Arka sudah tercapai keinginannya, ingin sehidup semati dengan kekasihnya, Arlita." Ucap rena. Humaira mengangguk membenarkan apa yang dikatakan oleh Rena.     

Ramond yang berada didekapan Ronald masih terisak, begitu juga dengan Matt yang duduk bersebelahan dengan Ronald.     

"Aku tak menduga jika Arlita dan Arka akan berakhir seperti ini, aku ingin melihat dia bahagia, tapi aku bahkan tak melihat secara langsung acara pernikahan mereka." Ucap Matt sambil menatap pilu wajah sang anak yang meringkuk dalam dekapan Daddy nya.     

"Dia sudah bahagia bersama orang terkasihnya. Ramond anak sholih harus rajin sholat dan doakan mama juga ayah ya." Kata Ronald pada Ramond yang mengangguk lemah.     

"Anak pintar."     

Mobil iring-iringan itu berhenti dipemakaman keluarga yang berada dipinggir kota. Kedua peti jenazah itu langsung dikeluarkan dari mobil jenazah lalu segera dilakukan upacara pelepasan secara militer.     

Rey menjadi wakil dari keluarga menerima penghargaan yang diberikan untuk Arka dan Arlita, semua yang hadir dipemakaman tak mampu menahan haru tat kala Ramond sebagai anak tunggal Arlita mengadzani jenazah ibunya setelah dimasukkan keliang lahat.     

Matt dan Ronald pun tak mampu menahan haru melihat ketegaran Ramond, apa lagi Tuan Gordon yang baru saja bertemu dengan Arlita dan Ramond, sungguh tak menyangka jika cucunya dibesarkan oleh seorang perempuan yang hebat, seorang polisi yang menjadi mualaf karena kisah pilu hidupnya.     

Hingga akhir kematinnya pun keluarga Arlita tak ada satupun yang datang, karena menaganggap Arlita bukan lagi anggota keluarganya saat Ia pergi dari rumah ditambah kini Ia seorang mualaf.     

Acara pemakaman berlangsung dengan haru dan lancar, kini semua anggota keluarga bersama-sama kembali ke rumah Arka untuk persiapan mengadakan pengajian untuk Arka dan Arlita.     

"Ronald, aku tahu sejak Ramond lahir kau dan Arlita yang membesarkannya, tapi bolehkah jika sekarang, aku yang membesarkan Ramond? Aku berjanji akan mendidiknya dengan baik, dan tak akan menghalanginya untuk menjalankan perintah agamanya." Kata Matt saat mereka semua berkumpul di ruang tamu selepas acara pengajian usai.     

"Matt, Ramond itu anakku juga anakmu, dimanapun Ia mau tinggal itu tidak jadi masalah asalkan dia benar-benar menginginkannya, aku tak kan melarang jika memang Ramond ingin tinggal bersamamu, tapi jika dia tidak mau, maka biarkan dia bersamaku." Jawab Ronald sambil menatap Ramond yang tertidur di pangkuan Rena.     

"Biarkan dia bersama kami." Ucap Tuan Gordon.     

"Tuan Gordon, Ramond juga cucu kami, walau nyatanya andalah kakek kandungnya, jadi biarkan Ramond sendiri yang memilih ingin tinggal bersama siapa, asal dia bahagia maka kami akan bahagia, karena kami juga tak keberatan membesarkannya." Ucap Tuan Sanjaya.     

"Baiklah, biar Ramond sendiri yang akan memilih akan tinggal bersama dengan siapa." Ucap Matt sambil membelai tubuh Ramond yang masih di pangku Rena.     

"Kak, Ronald sebaiknya Ramond dibawa ke kamar kak Arka saja, kasian Rena nanti pegal." Ucap Humaira.     

Lalu Ronald mengangguk dan mengendong Ramond ke kamar tidur milik Arka ditemani Rena dan Humaira.     

Humaira membuka pintu kamar Arka, ketika pintu terbuka aroma minyak wangi yang sering digunakan Arka langsung menguar ke indra penciuman karena beberapa lama tidak di tempati sang empunya.     

Humaira menatap sekeliling kamar, lalu memandang foto yang berjajar diantaranya ada foto dirinya yang sedang dirangkul sang kakak selepas Ia wisuda kedokteran. Foto kedua adalah saat Arka mencium keningnya saat Ia menikah dengan Rey.     

Air mata Humaira kembali menetes, kala melihat Foto Arka dan Arlita yang sedang mengenakan seragam dinas lengkap sedang berdiri bersisian. Lalu foto berikutnya adalah Foto ayah dan ibunya yang juga berdiri bersisian dengan ayahnya menggunakan seragam dinas beserta ibunya yang menggunakan seragam yayasan kesatuan ayahnya.     

"Selamat jalan, bang. Sampaikan salam ku pada ayah dan ibu ya." Ucap Humaira. Rena yang mendengar apa yang diucap kan Humaira langsung merangkul bahunya dan menyandarkan kepala Humaira kebahu.     

"Bang Arka sudah bahagia, kak." Ucap Rena, lalu Humaira mengangguk.     

"Bang Arka sangat menyayangiku, kau lihat Rena sebagian besar foto yang ada di ruangan ini adalah Foto ku bersama bang Arka. Dia abang yang baik, tak pernah sekalipun dia membentakku, dan tak pernah mengajariku untuk hidup dalam dendam. Dulu aku sering dibully di sekolah, tapi bang Arka mengajariku untuk tidak membalas dengan yang buruk, lalu bang Arka mengajariku bela diri, agar tidak ada yang bertindak kelewatan terhadapku." Cerita Humaira pada Rena sambil sesekali menghapus air matanya.     

"Iya, aku tahu, Bang Arka dan Arlita sama-sama orang baik mereka juga meninggal dalam keadaan baik, pasti juga akan mendapat tempat yang baik."     

"Iya, kau benar Rena. Mereka bilang abang meninggal saat melakukan sholat subuh berjamaah dengan Arlita, sungguh indah kematiannya, bisa hidup semati dengan orang yang dia sayang dalam keadaan yang suci dan sedang menghadap Allah, semoga Allah mengampuni dosa-dosa bang Arka dan Arlita."     

"Amiin."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.