aku, kamu, and sex

Eksekusi Tak Terduga 3



Eksekusi Tak Terduga 3

Arka dan Arlita sedang tidur terlelap setelah aktifas percintaan mereka untuk pertama kalinya, saat tiba-tiba ponselnya berdering, dan kabar mengejutkan mereka.     

Arka langsung membangunkan Arlita yang juga sedang tidur terlelap, karena lelah yang mendera.     

"Arlita, bangun sayang." Ucap Arka sepelan mungkin membangun istrinya agar tidak kaget.     

"Ada apa? Ini masih malam kan?"     

"Iya, tapi ada sesuatu yang terjadi dan mereka membutuhkan bantuan kita."     

"Ada apa?"     

"Ayo lekas bersihkan tubuhmu, lalu segera pergi dari sini."     

Tanpa banyak bertanya Arlita segera berlari ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya, lalu mengenakan pakaian dan jilbabnya.     

Tak sampai setengah jam Arita sudah siap dengan perlengkapan tempurnya, pistol yang terisi penuh amunisi.     

"Siapa yang menyerang?" Tanya Arlita pada suaminya.     

"Kelompok pemberontak itu menyerang pantai utara lokasinya tak terlalu jauh dari kita, mereka menyerang warga sipil yang tak bersalah."     

"Sungguh kejam sekali mereka."     

"Hallo Brandon." Jawab Arka pada Brandon yang menelponya.     

"Arka di panati utara tolong segera kelokasi."     

"Aku sudah hampir sampai."     

"Personil yang lain sedang dalam perjalanan."     

"Baik kalau begitu."     

Arka memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi, dan tak jauh dari lokasinya saat ini terjadi baku tembak antara warga sipil yang membela pemerintah dengan pemberontak.     

"Berhati-hatilah sayang."     

"Oke, kamu juga."     

SElesai mengatakan itu Arlita dan Arka segera meluncurkan tembakannya pada musuh yang bertebaran di hadapan mereka, para pemberontak dengan sangat mudah untuk dikenali, karena mereka mempunyai tanda khusus dilengan kirinya, sedangkan warga sipil, mereka menggunakan pakaian rumahan biasa dan senjata yang mereka miliki pun senjata biasa, tak seperti pemberontak yang ketua mereka sudah secara khusus memesan senjata pada pemasok senjata api ilegal.     

"Arka awas." Ucap Arlita yang langsung menembakkan di sebelah kanan Arka.     

DOR     

DOR     

DOR     

Tembakan bertubi-tubi mereka lancarkan hingga kini mereka berdua terpojok dalam sebuah toko baju yang bagian depannya telah porak-poranda akibat pertempuran itu.     

Arka dan Arlita berdiri dibalik pilar besar. Keadaan mereka sangat genting dimana mereka hanya berdua sedangkan musuhnya masih ada berpuluh orang diluar sana, sementara bantuan belum juga tiba.     

"Sayang, kamu menembak ke kiri, dan aku ke kanan."     

"Oke, ikuti aba-abaku." Ucap Arka.     

"Baik."     

"Satu dua tiga."     

DoR     

DOR     

DOR     

Arka dan Arlita maju secara bersamaan dengan dua pistol di kedua tangan mereka, dalam sekejap semua musuh di hadapan mereka tumbang, lalu terdengar bunyi tembakan beruntun tak jauh dari mereka. Rupanya bantuan personil telah tiba.     

Arka menarik nafas lega karena tugasnya akan semakin mudah dengan bantuan teman-temannya.     

"Sukurlah bantuan telah datang."     

"Ya, ayo kita keluar." Ajak Arlita.     

Dengan tatapan waspada keduanya keluar dari dalam toko lalu bergabung dengan Brandon dan kawan-kawannnya untuk menuntaskan tugas mereka dimalam itu.     

"Pasangan gila, kalian menghabisi mereka semua dalam hitungan detik." Ucap Brandon.     

"Itu harus, kalau tidak nyawa kami yang menjadi taruhannya." Jawab Arka sambil terengah.     

"Kau benar pengantin baru?"     

"Eh?"     

DOR     

"Jangan heran kalau aku mengetahui apa yang kalian lakuakan."     

Dor. Brandon kembali melancarkan tembakannya sambil meneruskan perbincangannya dengan Arka dan Arlita.     

"Bahkan pimpinan kita telah mengetahuinya, beliau mengucapkan selamat untuk kalian."     

DOR     

DOR     

DOR     

"Arah jam tiga Brandon." Ucap Arlita, seketika Brandon menoleh ke kanan dan.     

DOR     

Satu tembakan langsung mngenai pemberontak yang ingin menembaki mereka.     

"Terimakasih personil baru."     

"Sama-sama personil lama." Balas Arlita pada Brandon.     

'Kalian harusmentraktir kami makan setelah ini berakhir."     

"dengan senang hati, kawan." Jawab Arka.     

BLAMMM     

Dentuman Bom terdengar ditelingga mereka, dan beberapa menit kemudian seluruh pemberontak itu tewas tak bersisa.     

"Kalian berdua luar biasa, aku senang bisa bertugas bersama kalian." Ucap Brandon pada Arlita dan Arka.     

"Kau pun sama, kau luar biasa, bahkan baru kemarin kau kena tembak di pahamu, kini kau bisa kembali berperang melawan pemberontak itu." Puji Arka.     

"Ya, tertembak itu sudah biasa untuk orang seperti kita bukan?" Tandas Brandon.     

"Ya kamu benar, aku bahkan sering kali tertembak dalam menjalankan misiku." Ucap Arlita.     

"Kamu perempuan pemberani."     

"Ayo kita kembali ke kantor, tapi sebelum itu aku traktir kamu makan." Ujar Arka lalu mengandeng pingang Arlita disinya.     

"Posesif sekali kau ini ternyata."     

"Itu harus aku lakaukan jika tak ingin istriku digoda oleh laki-laki seperti dirimu." Jawab Arka dengan tersenyum.     

"Oke lah kalau begitu, tapi maaf aku tak suka menjadi pelakor atau penjahat kelamin."     

"Bagus kalau begitu."     

Mereka masuk ke dalam mobil yang dikendarai Arka,Arka menatap ke seluruh mobil itu tak ada sedikitpun yang rusak, lalu menatap Arlita yang duduk di sampingnya.     

"Mobil ini anti peluru." Ucap arka.     

Arlita baru menyadari bahwa apa yang diucapkan arka adalah benar, mobil yang mereka pakai adalah mobil anti peluru.     

"Ini pasti mobil pribadi milik Matt, dia memang selalu safety dalam segala hal."     

"Ini cara dia melindungimu."     

"Mulai lagi."     

Arka terkekeh, sedangkan Arlita mendengus kesal, Brandon hanya menyaksikan kedua pasangan suami istri itu lalu mengelengkan kepalanya pelan.     

"Kalian ini, ayo cepat jalan, perutku sudah lapar." Ucap Brandon menginterupsi.     

"Baiklah ayo berangkat."     

Danil sedang menunggu laporan dari anak buahnya yang ikut penyerbuan itu, lalu tak berapa lama, ponselnya berdering.     

"hallo Tuan."     

"Ya, keadaan sudah terkendali, semua pasukan selamat dan hanya mengalami luka ringan." Ucap Brandon melaporkan situasi.     

"Bagus, bagaimana dengan Arka dan Arlita?"     

"Mereka baik, kami sedang menikmati makan malam bersama, untuk merayakan pernikahan mereka.     

"Baiklah selamat menikmati makan malam kalian."     

"Terimakasih Tuan."     

Danil meletakkan ponselnya diatas nakas, lalu berjalan menuju balkon di kamarnya. Udara yang menusk dingin hingga ketulangnya tak ia rasakan, yang ada dipikirannya saat ini hanyalah bahwa keselamatan warga sipil saat operasi besar-besaran besok.     

Danil tak membayangkan jika harus ada korban jiwa dari warga sipil, jika harus mengungsi mereka juga pasti menolak, karena mereka lebih senang memepertahankan rumah serta harta benda mereka dari pada mengungsi.     

Andai saja kesehatan Danil tak terganggu, mungkin dia sudah datang sendiri ke negara tersebut dan memaksa warga sipil untuk mau mengungsi ketempat yang aman. Namun lagi-lagi gerakannya terbatas, pikiran Danil terus melayang memikirkan bagaimana cara terbaik untuk menyelamatkan warga sipil yang tak berdosa. Hingga pelukan hangat dari belakang Ia rasakan dengan tonjolan yang besar dipungungnya.     

"Kau merindukan ku ibu hamil?" Tanya Danil pada Jelita.     

"Ya, tentu saja, aku tak suka tidur sendirian, kau tega sekali meninggalkanku sendirian."     

"Maaf sayang, tadi ada telpon dari Brandon, melaporkan situasi terakhir mereka.     

"Lalu bagaimana sekarang situasinya?"     

"Arka dan Arlita taka pa-apa, dan semua pemberontak telah di habisi tak bersisa."     

"Syukurlah kalau begitu.     

"Ay o kita tidur, kamu harus menjaga kondisi demi anak-anak kita sayang." Ucap Danil lalu membimbing istrinya untuk masuk ke dalam kamar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.