Ukiran Es!!
Ukiran Es!!
Roh Ye Chen memeriksa area bawah, di bawah daratan es itu ada sebuah es beku yang terlihat bagaikan lautan luas, dan rohnya tidak bisa menemukan ujung dari daratan tersebut. Entah sudah berapa lama lapisan es tebal yang mencapai ratusan meter tersebut sudah berada di sana.
"Kitsu kitsu!" Tiba-tiba A Li berteriak, dan sebuah bayangan putih tampak melesat terbang.
"Apakah A Li menemukan sesuatu?" Ye Chen tampak kaget, ia dan Xiaoyi serta Yikuai segera mengikuti A Li dari belakang.
Empat bayangan tersebut segera melesat terbang dengan cepat, dan setengah jam kemudian A Li pun berhenti. Ye Chen, Yikuai dan Xiaoyi juga berhenti, lalu melihat kejauhan. Di sana ada sebuah dataran es yang luas, serta ada ukiran-ukiran es yang tinggi dan berbentuk kereta kuda, istana, tokoh manusia, siluman, dan lain-lain. Ukiran es itu terlihat sangat hidup, membuat orang kagum melihatnya.
Dan area ukiran es itu luasnya mencapai ribuan mil!
Selain beberapa manusia, siluman yang sering ditemui di antaranya adalah beberapa ukiran es yang berbentuk makhluk buas dalam berbagai pose yang terlihat hidup.
Ye Chen menemukan ada phoenix hitam, badak putih Tianlin, gurita langit, dan siluman lainnya yang tampak familiar.
Tapi ada banyak siluman lain yang tidak ia kenali.
Mereka terbang melewati patung-patung yang membuat mereka seolah masuk ke sebuah negara es. Xiaoyi yang masih kecil pun melihat patung-patung itu dengan penuh rasa penasaran, ia yang paling bersemangat, sementara Yikuai lebih diam, dan A Li yang duduk di bahu Ye Chen terlihat melihat ke seluruh penjuru seperti mencari sesuatu.
Kemudian terdengar suara "Tingting! Tangtang!!" dari kejauhan. Tapi karena jaraknya sangat jauh, suara itu hanya samar-samar terdengar. Suara tersebut terdengar seperti suara logam yang sedang beradu.
Ye Chen terkejut, ia segera mengeluarkan rohnya untuk memeriksa ke ujung lahan yang penuh dengan patung es. Ia lalu melihat sosok orang tua yang mengenakan baju tebal, dengan kedua tangan yang memegang palu dan pengukir es, sedang mengukir bongkahan es besar di tanah.
Bongkahan es itu sudah membentuk beberapa bentuk, ada yang raksasa, ada yang sudah separuh jadi.
Raksasa itu sangat besar, dan terlihat mengenakan zirah perang. Patung raksasa tersebut tampak sangat perkasa dengan wajahnya yang terlihat hidup. Di sampingnya ada enam raksasa lainnya dengan wajah dan ekspresi yang terlihat berbeda-beda, ada yang mengenakan zirah perang, ada yang mengenakan jubah, ada yang memegang golok, dan ada yang memegang pedang tajam.
Pandangan Ye Chen jatuh pada sebuah patung raksasa, patung itu memegang sebuah menara tinggi, dan menara itu memiliki sembilan tingkat, setiap tingkatnya terukir berbagai macam siluman dalam jumlah banyak, tapi ukirannya tetap sangat detail.
Melihat patung raksasa tersebut membuat Ye Chen terkejut karena wajah patung es itu adalah wajah Senior Tian Yuan, hanya saja tampak sedikit lebih muda. Sedangkan menara yang ada di tangannya itu adalah Kerajaan Giok Bawah Tanah.
Di antara raksasa-raksasa itu ada seseorang yang menarik perhatian Ye Chen, yaitu seorang wanita cantik dengan rambut yang diikat ke atas. Tubuh raksasa tersebut tampak sangat indah karena mengenakan rok panjang yang cantik, dan terlihat sangat anggun serta mempesona. Tapi yang menarik perhatian Ye Chen bukanlah wajahnya, melainkan senjata di tangannya! Senjata di tangannya adalah trisula milik Tantai Ling!
Ye Chen terbilang sering berhubungan dengan Tantai Ling, jadi ia memahami trisula itu, dan ukiran es itu sama persis dengan trisula Tantai Ling!
Sebenarnya apa yang sedang terjadi? Apa hubungan wanita yang diukir itu dengan Tantai Ling?
Ye Chen kembali melihat orang tua pengukir es tersebut. Walaupun orang itu mengenakan baju tebal, tapi ia tetap terlihat tinggi dan kurus, rambut putih dan jenggotnya tampak bergerak karena tertiup angin, dan kulit wajahnya tampak penuh dengan kerutan yang membuat tak ada ekspresi kehidupan di wajah tersebut. Tatapan matanya kelihatan keruh, dan tak ada cahaya kehidupan sama sekali di matanya. Orang itu hanya menunduk dan terus mengukir es tersebut. Seiring dengan pukulannya, bongkahan es tersebut terlihat mulai berbentuk.
Bongkahan-bongkahan es tersebut seolah menjadi hidup berkat teknik ukiran orang tua itu.
Patung-patung es tampak memenuhi area seluas ribuan kilometer, dan jumlahnya sangatlah banyak sampai tak terlihat ujungnya. Semua makhluk hidup yang dikenal Ye Chen ada di antara patung-patung tersebut, dan itu membuatnya merasa sangat kagum.
Tempat tersebut bagaikan dunia patung es.
"Kak A Li, lihatlah, patung ini mirip denganmu, ajaib sekali." Ujar Xiaoyi dari jauh, Ye Chen dan A Li segera melihat ke arah tersebut, ada ukiran es membentuk pepohonan seperti hutan, dan ada rubah-rubah yang memenuhi hutan tersebut dengan berbagai pose, benar-benar terlihat hidup. Rubah-rubah itu paling sedikit memiliki delapan ekor, dan di antara mereka ada sebuah patung rubah dengan sepuluh ekor.
Dan yang membuat A Li serta Ye Chen terkejut adalah, wajah rubah itu sama persis dengan A Li!
Semua yang ada di sana terlihat sangat ajaib.
"A Li, Yikuai, Xiaoyi, ayo kita lihat ke depan lagi." Meskipun Ye Chen merasakan kalau orang tua itu adalah orang biasa tanpa kultivasi, tapi suhu di sana mencapai minus tiga puluh derajat, bahkan Ye Chen sendiri yang kultivasinya sudah mencapai tingkat tak berawal saja merasa sedikit kedinginan, jadi mana mungkin orang tua itu adalah orang biasa?
Ye Chen menjadi sangat waspada, ia lalu menyatukan rohnya dengan milik A Li yang berdiri di bahunya. Dengan begitu, rubah tersebut bisa mengetahui apa yang Ye Chen pikirkan.
"Bos, di sini ada patung klan beruang kita." Ujar Yikuai yang berdiri di depan sebuah patung es sambil memegang kepalanya. Patung es itu adalah seekor beruang besar, hanya saja tubuhnya berkali-kali lipat lebih besar daripada tubuh Yikuai.
Xiaoyi juga menemukan patung ular bersayap, ia penasaran dan mengamati patung itu, ada seekor ular bersayap dengan huruf kuno di punggungnya.
"Kak Ye Chen, ada beberapa huruf di belakang patung ini!" Xiaoyi berseru keras.
"Di sini juga ada." Ujar Yikuai, ia melihat huruf di belakang patung beruang dan bertanya, "Apa arti dari tulisan ini?"
"Kak Ye Chen, apa ini adalah nama mereka?" Xiaoyi bertanya dengan bingung.
Ye Chen dan A Li juga melihat ukiran tersebut, dan hampir setiap patung memiliki beberapa huruf kuno, tapi mereka sama sekali tidak mengenal huruf tersebut. Mereka hanya bisa menebak mungkin itu adalah nama dari patung es itu.
Ketika mereka melihat ke kejauhan, di sana masih penuh dengan patung es.
Ye Chen lalu bersiap menanyai orang tua tersebut, ia membawa A Li terbang sejauh sepuluh mil dan mendarat di hadapan orang tua tersebut.
Orang tua itu dikejutkan oleh kedatangan Ye Chen, ia mendongak dan melihat Ye Chen. Ada banyak bunga salju di rambut dan jenggot orang tua itu, bahkan ada sedikit es, tapi ia sama sekali tidak menghiraukannya, dan tetap menatap Ye Chen dengan mata keruhnya. Namun seketika ia menunduk kembali dan melanjutkan pekerjaannya.
"Senior, apa kabar?" Ye Chen menyapa dengan sopan.
"Kerajaan Giok Bawah Tanah belum dibuka, Anak muda, bagaimana kamu bisa masuk kemari?" Tanya orang tua itu dengan suara serak, ia berbicara dengan lambat, seperti sudah lama tidak berbicara. Ia berbicara sambil terus mengukir.
"Aku mendapatkan izin dari Senior Tian Yuan di pintu masuk Kerajaan Giok Bawah Tanah, Senior Tian Yuan mengijinkanku untuk datang ke sini kapanpun aku mau." Ujar Ye Chen sambil mengamati orang tua itu.
Mendengar dua kata "Tian Yuan", orang tua itu terlihat sedikit bereaksi.
"Dengan kekuatanmu, paling jauh kamu bisa mencapai lapisan keenam, kalau diteruskan kamu pasti mati." Ujar orang tua tersebut, matanya tetap terlihat suram seolah tidak ada kehidupan, dan tingkat kultivasinya juga tak terlihat. Tapi entah bagaimana ia bisa mengetahui kultivasi Ye Chen dan lainnya.
"Apa Senior tahu mengenai Kerajaan Giok Bawah Tanah yang mungkin ada kaitannya dengan gelombang binatang jiwa yang menyerang?" Tanya Ye Chen, orang tua ini sepertinya tidak memiliki kultivasi, tapi tubuhnya memiliki energi yang misterius. Karena Ye Chen merasa pisau terbang di kepalanya sedikit bergetar.
Orang tua itu tidak menjawab, ia hanya menunduk dan meniup patung es di depannya untuk membersihkan serpihan es di atasnya, seketika ukiran patung di depannya terlihat jelas.
Ye Chen mengeluarkan beberapa pertanyaan secara berturut-turut, namun tidak dijawab oleh pak tua tersebut. Pak tua itu bersikap seolah tidak mendengarnya sama sekali, dan terus memahat dengan penuh konsentrasi.
Sepertinya hal ini sulit untuk dilanjutkan.
Ye Chen dan A Li saling bertatapan, A Li juga terlihat penasaran dengan pak tua tersebut.
"Senior, untuk apa patung-patung ini dipahat?" Tanya Ye Chen.
Ia tak menyangka kalau pak tua itu akan menjawab pertanyaannya barusan.
"Ini semua adalah batu nisan mereka…" Ujar pak tua itu, suaranya terdengar sedih dan lemah.
Batu nisan? Ye Chen tertegun, kalau begitu huruf yang terukir di belakang patung itu adalah nama mereka?
Ye Chen lalu melayang di udara, kemudian mengeluarkan rohnya. Di sana penuh dengan patung es sampai tak terlihat ujungnya, dari manusia, siluman, dan hewan spiritual. Saking banyaknya jumlah patung tersebut, sampai sulit untuk menghitungnya.
Ye Chen mulai merasakan firasat buruk saat melihat patung es yang tak ada habisnya.
Perang besar seperti apa yang membunuh ahli sebanyak ini?
Apalagi di antara patung-patung tersebut ada rubah berekor sepuluh, phoenix hitam, badak putih Tianlin, ular bersayap, dan ahli kuat lainnya.
Pandangan Ye Chen melihat jauh ke depan, ke sebuah patung raksasa yang memegang menara tinggi, itu adalah Senior Tian Yuan. Apakah Senior Tian Yuan sudah mati? Dan yang mati bersamanya adalah para ahli super ini?
Kenapa orang tua itu mengukir es untuk mereka?
Dengan kecepatan pak tua ini, mungkin butuh lebih dari ribuan tahun untuk menyelesaikannya.
Apakah pak tua tersebut terus berada di dalam tempat ini tanpa berhenti memahat? Bagaimana ia bisa bertahan hidup?
Ada banyak teka-teki yang tidak bisa dipahami oleh Ye Chen. Setelah itu, apapun pertanyaannya tak lagi digubris oleh pak tua tersebut.
Bunga salju terlihat bertebaran, langit gelap yang ada di atas sana seolah turut berduka melihatnya.
Ada kesedihan yang mendalam tampak memenuhi langit, membuat orang merasa ikut sedih merasakannya.