Menggerakkan Menara Guntur
Menggerakkan Menara Guntur
Namun Bi Ling masih menggelengkan kepala, "Yin'er, kultivasiku lebih kuat darimu, tapi aku sendiri juga tidak yakin bisa menggerakkan menara guntur ini, apalagi kamu."
"Kalau menara guntur berbalik menyerang, kamu bisa mati!" Ucap Bi Yin. Menurut apa yang tercatat di kitab, ahli yang sudah mencapai tingkat lautan dewa dan memiliki darah purbalah yang bisa menggerakkan menara guntur. Jika Bi Ling memaksakan diri untuk menggerakkannya, sama saja ia mengambil resiko besar.
Bi Ling menoleh dan menatap Ye Chen, lalu melihat Bi Yin, "Yin'er, kalau aku mati, gantikan aku mengikuti Adik kecil, ia bisa membangunkan darah purbamu. Aku bisa tenang jika kalian bisa saling menjaga." Berhadapan dengan kematian, Bi Ling bersikap seperti Bi Mie, Zhan Li, dan Sha Tongtian, ia sangat tenang. Meskipun berat untuk meninggalkan dunia ini, tapi mereka terlihat sangat yakin.
Bi Yin menatap Bi Ling dengan sedih, ia mengerti kalau ini adalah kesempatan mereka satu-satunya.
"Ling'er, aku…" Melihat tatapan Bi Ling yang penuh keyakinan, Bi Yin pun menangis dan menganggukkan kepala.
Bi Ling tersenyum saat melihat Bi Yin menganggukkan kepala, "Yin'er, terima kasih."
Kemudian ia mengenakan zirah gunturnya dan berjalan ke arah menara guntur tersebut.
Melihat kepergian Bi Ling membuat Bi Yin menangis tanpa suara, ia berusaha untuk menahan kepedihan hatinya.
Bi Ling maju selangkah demi selangkah ke arah menara guntur, dan menara itu tiba-tiba bersinar, muncul kilatan-kilatan guntur yang mengitari menara tersebut. Bayangan Bi Ling perlahan tenggelam dalam sinar guntur itu.
Para ahli di dalam area terlarang itu duduk bersila, tapi mereka mulai tidak tenang.
Siluman bersisik hitam itu sering kali lewat di atas area terlarang itu, dan terlihat bagaikan awan gelap dengan hawa kematian yang menyelimuti hati mereka.
Siluman bersisik hitam itu sering mengguncang segel area terlarang, dan seiring dengan bertambahnya jiwa yang mereka makan, luka di tubuh siluman itu semakin pulih. Saat mereka sudah benar-benar pulih, mungkin mereka bisa menembus segel area terlarang tersebut.
Walaupun ribuan tahun yang lalu segel area terlarang itu tidak bisa ditembus bahkan oleh ahli dewa energi, tapi sekarang sudah tidak seperti dulu lagi.
Siluman bersisik hitam itu sering menyerang segel area terlarang dengan cakarnya yang panjang.
Segel itu terus bergetar, seolah bisa runtuh kapanpun.
Keputusasaan dan rasa pesimis telah menguasai hati mereka semua.
Banyak orang yang tidak takut mati, namun yang mereka takutkan adalah begitu mereka mati, anggota klan yang masih menunggu mereka tidak akan memiliki harapan hidup lagi.
Mereka duduk bersila dan berkultivasi sekuat tenaga, bersiap untuk pertarungan terakhir. Walaupun tahu pasti bahwa mereka akan mati, tapi mereka tetap mau bertarung seperti ksatria.
Tiba-tiba ada getaran yang berasal dari tengah-tengah area terlarang itu, dan muncul bayangan menara setinggi sepuluh meter lebih. Menara itu bertingkat sembilan dan diselimuti sinar ungu emas yang terlihat menyilaukan mata.
"Apa itu?"
Kenapa bisa tiba-tiba muncul sebuah menara di dalam area terlarang?
Bayangan menara itu dikelilingi pilar guntur, dan ada sebuah Xuan Qi guntur tebal yang muncul dari sana, terasa sangat kuat sampai membuat mereka semua sesak napas.
Setelah Bi Ling dan Bi Yin membawa pemuda masuk ke dalam sebuah bangunan di tengah area terlarang, sampai sekarang mereka bertiga belum keluar, apa yang sebenarnya terjadi?
"Itu adalah menara guntur Kota Dewa Guntur!"
"Tetua tertinggi Bi Ling sudah menggerakkan menara guntur!"
Para ahli keturunan makhluk guntur berseru, mereka antusias melihat menara tersebut.
Menara guntur Kota Dewa Guntur?
Entah apa fungsi dari menara tersebut, tapi melihat sikap mereka yang antusias menimbulkan harapan baru pada hati semua orang. Apakah menara guntur tersebut bisa membunuh siluman bersisik hitam yang mengerikan itu?
Di atas menara tersebut ada kilatan guntur yang terlihat mengitarinya, di dalam guntur itu mengandung banyak kekuatan yang semakin lama semakin kuat, seolah akan menembus langit dan bumi. Kemudian tiba-tiba angin kencang berhembus, membuat mereka semua melihat ke atas.
Siluman bersisik hitam yang melihat bayangan menara guntur muncul pun akhirnya sadar kalau ada bahaya, dan mereka memilih untuk menjauh.
"Lari!" Shen Duan yang merupakan kepala merah dari siluman itu meraung marah.
Siluman tersebut terbang dengan kecepatan tinggi.
Tiba-tiba menara guntur bersinar terang, dan kilatan guntur yang mengerikan melesat ke arah siluman tersebut.
Cahaya guntur itu lebih cepat daripada siluman bersisik hitam!
Hong!!!
Dalam sekejap mata, guntur itu menyerang sayap siluman tersebut, membuatnya patah, dan darah-darah terlihat beterbangan.
Cahaya guntur tersebut sangat tebal, seolah hampir menjadi benda padat yang tajamnya luar biasa!
Siluman bersisik hitam menjerit kesakitan, dan berputar-putar di angkasa. Mereka terbang dengan semakin rendah.
"Dia terkena serangan!"
"Dia sudah terluka!"
Para ahli di dalam area terlarang bersorak sorai. Siluman bersisik hitam itu adalah keberadaan yang nyaris mencapai lautan dewa, dan tak ada yang menyangka bahwa mereka bisa mematahkan sayapnya. Hal itu membuat mereka tiba-tiba mendapatkan harapan.
"Bunuh dia!"
Para ahli berteriak, mata mereka tampak memerah. Mereka sangat membenci Tiga Kepala Kerajaan Penegak Hukum tersebut.
Lalu terdengar suara ledakan keras, dan guntur kembali menyambar tubuh siluman bersisik hitam.
Cahaya guntur itu menembus tubuh siluman tersebut, membuat dadanya berdarah. Sisik hitam yang tebal itu tidak bisa melawan cahaya guntur.
Tiga kepala siluman tersebut menjerit kesakitan dan terus meronta. Mereka ingin lari dari kepungan serangan menara guntur.
Di atas menara guntur di dalam area terlarang, cahaya guntur yang mengalir itu melepaskan kekuatan yang mengerikan, seperti tidak dapat dilawan oleh siapapun.
"Menara guntur ini luar biasa!"
"Siluman bersisik hitam itu sepertinya akan mati!"
"Satu serangan lagi akan membunuhnya!"
Para ahli tampak gemetar dan tegang saat menyaksikan pertarungan di atas. Siluman itu terlihat meronta-ronta, berusaha lepas dari serangan, membuat para ahli di dalam sana merasa sangat puas.
Namun yang tidak mereka sadari adalah, setiap kali menyerang, kekuatan guntur yang mengelilingi menara itu juga berkurang.
Bi Ling yang berada di dalam menara guntur tersebut merasa kekuatan, kekuatannya sudah semakin terkuras, dan ditelan oleh menara guntur. Namun ia memaksakan diri untuk terus menggerakkan menara tersebut. Lalu ia merasakan penglihatannya semakin lama semakin kabur, dan kepalanya kosong, seperti tidak kuat lagi.
Dalam pandangannya yang kabur, siluman bersisik hitam itu masih meronta.
Tidak bisa, sedikit lagi, aku harus bertahan!
Ini semua demi Adik kecil…dan anggota klan…
Bi Ling menggigit lidahnya demi mengembalikan kesadarannya. Kemudian ia kembali menyerang.
Sebuah cahaya guntur pun mendarat di tubuh siluman itu, membuatnya meraung marah. Tubuh mereka terus dilubangi, dan berubah menjadi tumpukan arang. Sayap dan cakarnya patah menjadi beberapa bagian.
Setelah serangan terakhir itu, siluman tersebut terjatuh ke tanah, membuat debu-debu memenuhi udara, dan mereka tidak bergerak lagi.
"Apa siluman itu sudah mati?"
Ada orang yang bertanya lagi, matanya membelalak menatap siluman yang sudah tergeletak itu, ia takut kalau itu hanyalah mimpi.
"Dia mati!!!"
Beberapa saat kemudian terdengar sorak sorai di dalam area terlarang, semuanya menangis.
Mereka telah berhasil bertahan hidup!
Klan mereka akhirnya bisa bertahan hidup!
Di tengah-tengah aula besar itu, di dalam cahaya guntur, seorang wanita bertubuh indah tergeletak di dalam menara guntur. Bi Ling menutup mata, wajahnya tampak pucat, dan ada bekas darah di bibirnya. Ia tergeletak tapi tetap terlihat cantik.
Melihat Bi Ling yang pucat, hati Ye Chen seperti tercabik-cabik, ia merasa sangat kehilangan.
Ia hanya tertidur sebentar saja, namun setelah sadar, Bi Ling sudah masuk ke dalam menara guntur.
Ye Chen merasa menyesal, seharusnya ia menghalangi Bi Ling!
"Kak Bi Ling, cepat sadar!" Ye Chen memeluk tubuh Bi Ling, ia berbisik di telinganya dan terus menyalurkan Xuan Qi. Namun Bi Ling tidak juga sadar, detak jantung wanita itu justru semakin melemah.
Ye Chen menangis saat merasakan Bi Ling sudah hampir mati, ia teringat senyuman wanita itu.
"Aku tidak mengizinkanmu mati!" Ye Chen berteriak dengan suara serak, dan pisau terbang di pikirannya pun bergetar. Pisau itu tiba-tiba bersinar merah terang, kemudian ada Xuan Qi yang mengalir deras ke tubuh Bi Ling.
Mutiara ilusi juga melayang di sana.
A Li yang berubah menjadi manusia di dalam mutiara ilusi sedang melihat Ye Chen sambil menangis.
"Leluhur, apa Ning'er salah?" A Li bergumam.
Seorang wanita tua berjubah putih datang menghampirinya dan mengelus rambut A Li.
"Ning'er, kalau kita berada di posisimu, kita juga akan berbuat demikian."
Di dunia ini ada banyak situasi yang bisa membuat seseorang menjadi tidak berdaya.
"Leluhur, apa kalian bisa menolong Kak Bi Ling?" A Li menangis, ia menatap leluhurnya dengan penuh harapan.
"Kalau begitu, biarkan dia masuk ke dalam sini, mungkin masih ada kesempatan," ujar wanita tua yang menghela napas tersebut.
Di samping aula itu, Bi Yin yang pucat menatap Bi Ling, ia terus teringat akan semua yang berkaitan dengan Bi Ling, dan membuat air matanya mengalir deras membasahi wajahnya.
Ye Chen terus mempertahankan nafas terakhir Bi Ling dengan Xuan Qi-nya, tapi nyawa Bi Ling semakin lemah.
Ye Chen mengerti kalau ia tidak akan melupakan wanita ini.
Wajahnya, gayanya, Bi Ling merupakan wanita pertamanya.
Wanita itu sangat tenang dan merelakan nyawanya demi kesempatan hidup bagi semua orang.
Kalau Bi Ling mati, Ye Chen tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri.
Tepat pada saat itu, mutiara ilusi terbang di atas Bi Ling, ada cahaya putih yang keluar dari sana, dan turun ke arah Bi Ling.